Selasa, 10 Februari 2009

Teguh dan tak terombang-ambing mengenai sakramen baptis

Kejadian 1 : 1-5

Maz 29

Kisah Para Rasul 19: 1-7

Markus 1: 4-11

Pertanyaan:

1. apa yang anda rasakan seketika anda dibaptis?

2. apa yang anda rasakan sehari setelah anda di baptis?

Bila saya bertanya apa yang anda rasakan tentu jawabannya akan bermacam2 yaaa??? Ada yang merasa terharu, tergugah, ser-seran, deg-degan, dan lain sebagainya. Namun untuk jawaban pertanyaan ke 2, saya rasa, semoga salah, banyak orang merasa biasa saja..... sama seperti hidup yang memang harus berputar dan berjalan... rutinitas kembali berjalan seperti biasa tidak ada yang spesial dan tidak ada yang berubah.....

Hal tersebut juga pernah saya rasakan, ketika pertama kali dibaptis, saya malah membayangkan langit-langit GKI kedoya terbuka dan terdengar suara yang mengatakan “ YAEL AKU SANGAT MENGASIHIMU” wahhhh gempar seluruh GKI, karena sangkanya saya utusan Tuhan yang kesekian.... bisa bisa tanpa sekolah Teologi saya sudah bisa jadi pendeta... hehehehe. Sehari setelah dibaptis, yang ternyata berkjalan normal-normal saja, masih terasa gimana gitu, seminggu mulai biasa, kembali ke dosa dosa lama, sebulan, rasanya saya lupa udah dibaptis.

Tapi, saya tidak memungkiri bahwa banyak juga orang yang setelah dibaptis, sungguh-sungguh mengubah setiap segi kehidupannya, sungguh berada dalam jalan Tuhan, sungguh bertobat, sungguh mengabdi dan lain sebagainya. Tapi ketika saya melihat kenyataan ada dua pertanyaan yang terbersit di benak saya: 1. berapa banyak dari kita yang sungguh- sungguh berubah paling tidak belajar untuk berubah...??? menunjukkan bahwa hidup kita kini bukan lagi milik dunia tapi sungguh, milik Kristus.. 2. mengapa banyak orang yang telah dibaptis tidak menunjukkan perubahan. Hidup tetap statis, tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik, malah mungkin berubah ke arah yang lebih buruk dan semakin menjauh dari Tuhan.

Setelah saya merenungkannya, termasuk dengan berkaca kepada kehidupan pribadi saya dengan Tuhan, Saya melihat ada satu hal pokok yang perlu kita tanyakan pada diri kita perihal dengan baptisan:

1. sudahkah kita mengerti dengan benar tentang makna baptis. Jangan-jangan selama ini kita memberi diri dibaptis bukan karena kita mengerti apa itu baptisan, tapi hanya karena takut pada orang tua, karena dari kecil sudah dibaptis, karena ikut ikutan seperti anak remaja, karena dorongan pendeta karena.... satu dan hal lainnya....

Mengapa hal ini harus kita pahami dengan benar? Karena baptisan bukan hal main- main yang bisa diulang, dikatakan tidak sah dan lain sebagainya... banyak dari anggota jemaat GKI yang masih terombang-ambing tentang apa itu baptisan, sehingga ketika ada yang mengatakan baptisan kita tidak sah, kita keburu bingung dan cari yang sah, ketika ada yang bilang kalo belum dibaptis berarti belom bisa masuk sorga, kita buru-buru minta dibaptis, orang tua, anak kita paksa supaya segera dibaptis. Apalagi kalo orang tuanya sudah ‘sekarat’ alias sakit-sakitan dan terkena penyakit berat. Kita buru-buru cari pendeta. Ketika ada yang bilang bila kita memberi anak kita dibaptis, maka mereka akan lulus ujian maka kita buru-buru membaptiskan anak-anak kita agar lulus ujian dan diterima di universitas favorit, dan lain sebagainya....

Hari ini kita akan belajar bersama tentang makna baptisan, apa sesungguhnya baptisan itu dan bagaimana seharusnya kita menganggapi baptisan kita melalui bacaan yang telah kita baca bersama tadi....

1. dengan memberi diri dibaptis, berarti kita juga memberi diri untuk bertobat. Bertobat adalah perubahan yang 180 derajad dan bukan 360 derajad. Bertobat adalah berbalik bukan berputar. Ketika kita memberika diri kita dibaptis, maka kita harus meyakinkan diri kita untuk mau berputar.

2. Tentunya pertobatan tidak dapat dirasakan atau diwujudnyatakan secara instan. Walaupun segala sesuatu di jaman modern ini dapa diperoleh dengan cara instan, lain halnya dengan pertobatan.... pertobatan adalah proses yang tidak berhenti hingga kita kembali menghadap Tuhan. Pertobatan dilakukan sepanjang hidup kita, mengapa karena kita adalah manusia yang terbatas. Kita harus mengakui bahwa kita masih terbatas dengan ruang dan waktu, kita masih dibatasi oleh tubuh yang fana. Menggunakan istilah Pa Eka Almarhum kita ini layaknya bejana tanah liat yang rentan, yang tetap bisa hancur. Itulah keterbatasan kita.

3. ketika kita tahu bahwa pertobatan adalah proses sepanjang hidup, jangan kita kemudian membiarkan saja hidup bergulir, sambil mengatakan, nanti juga kita diproses dalam hidup. Ya pertobatan memang akan hadir beriiringan dengan berbagai pengalaman hidup, tapi pertobatan adalah sesuatu yang diusahakan, dan bukan terjadi dengan sendirinya. Jadi memberi diri dibaptis= memberi diri bertobat= memberi diri diperbaharui= memberi diri untuk berubah.

SO: Yang menjadi point utama bukan baptisannya, bukan caranya, bukan seberapa banyak air yang digunakan, tapi sejauh mana kita mau memberikan diri kita seutuhnya untuk diubah oleh Allah, ditundukkan dalam kuasa Allah. Hingga hidup bukan lagi hanya bagi kita, tapi bagi Kristus. Ketika kita memberi diri dibaptis secara tidak langsung kita memberikan diri kita untuk dikuasai oleh Allah, karena manusia lama kita telah mati, dan digantikan oleh manusia baru, yaitu manusia baru yang adalah milik Allah sendiri. Memberi diri dibaptis berarti memberi diri diikat dalam perjanjian dengan Allah. Oleh karena itu baptisan bukan sakramen yang musti, wajib dijalankan oleh umat Kristen. Baptisan adalah kesediaan mengambil komitmen untuk hidup bersama dengan Tuhan.

Nah, kini merujuk pada kisah para rasul, mungkin dalam hati dan pikiran kita ko boleh baptis ulang, di Alkitab ada, berarti kita juga boleh baptis ulang dong.... ngak! Tidak ada yang namanya baptisan ulang. Baptis itu Cuma 1 kali seumur hidup kita, pun bila dalam perjalannnya kita memutuskan untuk pindah agama, ketika kita kembali ke dalam Kekristenan lagi, kita tidak dibaptis ulang! Baptisan itu sah! Hanya tentunya dengan 1 syarat:

· Baptisan harus dilakukan dalam nama Bapa Putera dan Roh Kudus. Bila merujuk kepada Kis 19, baptisan dilandaskan dalam nama Yesus. Sedangkan baptisan yang dilakukan oleh Yohanes adalah baptisan pertobatan, belum dilakukan dalam nama Yesus.

· Mengapa baptisannya juga berbeda dengan baptisan kita sekarang? Karena Yesus, bukan hanya manusia yang pernah hidup dalam sejarah. Ia juga adalah Allah dan juga Roh. Karya Yesus tidak dapat dipisahkan dari karya Allah Bapa dalam perjanjian Lama, dan karya Roh Kudus pada perjanjian Baru dan surat-surat. Karena mereka adalah Allah yang satu., yaitu:

- Allah yang adalah pencipta langit dan bumi. Pencipta semesta, yang menunjukkan keMaha-anNya dengan cara yang begitu mengagumkan, yang merancangkan segala sesuatu dengan begitu sempurna dan baik adanya. Yang mencipta dari ketiadaan dan bukan dari yang ada.

- Allah yang juga berkarya di dalam dunia, yang mengambil rupa seorang hamba, merendahkan diri, menunjukkan solidaritasnya terhadap manusia, dengan menempatkan dirinya sebagai pendosa, memberi diriNya dibaptis sebagai tanda mengikatkan perjanjian dan bentuk ketaatanNya kepada kehendak Allah

- Allah yang berkerja di dalam setiap manusia hingga kini, yang memelihara iman, menjadi penghibur, memberikan kekuatan, memberikan karunia Roh. Allah kita adalah Allah yang tidak hanya berkarya pada masa lalu namun juga berkarya pada masa kini dan hingga masa depan. Ia adalah yang Awal dan yang Akhir, Alfa dan Omega.

Banyak orang mengira baptisan adalah soal tata cara. Baptisan harus dilakukan dengan cara menyelamkan, menenggelamkan!! Yah memang pada kata aslinya, yaitu dari bahasa Yunani, BAPTIS memiliki arti menyelamkan, atau menenggelamkan, tapi bukan itu maksudnya! Ketika kita dibaptis kita memberikan manusia lama kita untuk mati ketika kita masuk ke dalam air dan bangkit menjadi manusia baru ketika kita muncul dari dalam air. Itulah makna sesungguhnya. Bukan perkara air!!!

Apakah ketika kita punya sanak saudara yang hampir sekarat, dan ia meminta diri dibaptis karena merasa sudah di ujung ajal, kita memaksanya harus baptis selam? Sebelum ia menikmati hidup baru ia bisa langsung mati karena tenggelam. Bila saya ingat sebuah kelakar yang disampaikan oleh pendeta Ronny Natanael, yang mengatakan: air yang segimana yang membuat baptisan itu sah? Semata kaki? TIDAK sedengkul? TIDAK sepinggang? TIDAK sedada? TIDAK. YANG BENAR ADALAH SEKEPALA!!!! Semata kaki? TIDAK sedengkul? TIDAK sepinggang? TIDAK sedada? TIDAK. YANG BENAR ADALAH SEKEPALA!!!! GKI mengambil jalan pintas dengan langsung disiramkan di kepala!! Kan yang penting kepalanya sampai basah!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar