Kamis, 10 Maret 2011

Dengarkanlah Kristus Anak Allah Yang Terkasih

Dengarkanlah Kristus Anak Allah Yang Terkasih
Keluaran 24:12-18
Mazmur 2
2 Petrus 1:16-21
Matius 17:1-9

Apa pentingnya kita, sebagai anak-anak Allah mendengarkan Yesus? Bagaimana bila pertanyaannya saya ganti menjadi: Siapakah Yesus? “Bagaimana sih Ibu ini, siapapun tahu Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia” Apakah benar semua orang tahu? Kalau semua orang tahu lalu mengapa banyak orang yang tidak mau percaya? Bahkan kita yang adalah orang Kristen, yang juga pasti tahu bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia belum tentu percaya 100% pada Dia, yang kita panggil Tuhan itu, bukan?

Yesus adalah anak Allah. Kini bagaimana kita memperlakukan anak? Biasanya anak diperlakukan sebagai yang lebih kecil, yang tidak berpengalaman, yang tidak mampu mandiri, yang tidak seberkuasa orang tuanya. Tanpa sadar paradigma budaya kita memandang seorang anak, menghantar kita pada paradigma yang demikian pula dalam memandang Yesus. Menjadi anak bukan berarti menjadi lebih lemah, lebih kecil, lebih terbatas kuasaNya. Yesus adalah Allah bukan hanya sekedar anak Allah, tapi sungguh-sungguh Allah. Kata anak ingin menggambarkan betapa sesungguhnya Ia memiliki persamaan dengan BapaNya, dan betapa Ia memiliki hubungan yang intim dengan bapaNya. Yesus mendapat kepercayaan dan kuasa penuh dari BapaNya, bukan hanya karena Ia adalah anak, namun karena Ia adalah Allah itu sendiri. Ia ada dan telah ada sebelum manusia dijadikan. (Bdg Yoh 1:1-3)

Kini kembali pada pertanyaan awal kita? Apa pentingnya mendengarkan Yesus, Anak Allah yang Terkasih? Tentunya mendengarkan Yesus bukan seperti mendengarkan siaran radio, atau lagu favorit. Karena mendengarkan yang demikian hanya akan membawa kita mendengar dengan telinga, dan bukan mendengarkan dengan hati. Lebih lagi mendengar yang demikian adalah mendengar sesuai dengan tuntutan selera, bukan mendengar karena adanya ketergantungan yang benar,iman. Karena mendengar karena iman adalah mendengar yang membuahkan hasil dalam bentuk yang nyata bukan hanya teori atau sesuatu yang bersifat ambigu. Lalu apa pentingnya kita mendengar Yesus sebagai anak Allah:

1. Menerima kemuliaan Allah yang menjadikan kita berbeda dengan manusia lain. Keluaran 24: 16-17 Apa sih kemuliaan Allah itu? Macam apa kemuliaan Allah itu? Kata kemuliaan menggunakan kata dasar bahasa Ibrani kabod yang artinya kehormatan, (penghormatan, mendapatkan rasa hormat), keagungan, keluhuran, kemegahan, keindahan, takzim. Pertama-tama yang harus kita sadari adalah menerima Yesus sebagai Allah akan menghantarkan kita pada sikap menghormati, mengangungkan, memegahkan Allah, sebagai Tuhan dan pemilik hidup. Yang kedua, mendengarkan Allah, akan membawa kita pada kemuliaan Allah yang bertahta dalam diri kita. 2 TESALONIKA 2:14 Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita. Nah, kini apa maksudnya kita boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus? Orang orang yang memiliki kemuliaan Kristus, juga akan mendapatkan kehormatan, keindahan, kemegahan, ketakziman Kristus. Mengapa ? karena orang melihat Kristus dalam kita. Orang mendengar perkataan Kristus yang keluar dari lidah bibir kita. Orang melihat tindakan-tindakkan Kristus melalui tindakan kita. Akhirnya orang mulai bertanya, Hebat sekali orang itu, bisa sabar, bisa murah hati, bisa lembut. Kemuliaan Allah membuat kita berbeda dengan orang lain. Pernahkah anda melihat seseorang yang membuat anda kagum, sepertinya orang tersebut adalah orang yang sangat baik, sampai kita tidak mampu menyakitinya? Seperti itulah kurang lebih kemuliaan Tuhan dalam diri manusia.

2. Menjaga terang dalam hati manusia. 2 Pet 1: 19. Mendengarkan Allah akan menjadikan kita tetap menyala di tengah kegelapan yang paling pekat sekalipun. “Give me oil in my lamp keep me burning...give me oil in my lamp i’ll pray” Karena manusia hidup tidak hanya dari roti saja, tapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Sayangnya banyak manusia yang tidak sadar betapa pentingnya Firman. manusia modern lebih dikuasai dan dipengaruhi oleh geliat kehidupan yang berada di luar dirinya: pekerjaan, pakaian, ketenaran, kuasa, kehormatan, namun tidak pernah peduli betapa kosongnya dirinya. Orang tua modern lebih suka memenuhi dan memperhatikan yang kelihatan seperti kebutuhan materi, dan fisik anak-anaknya ketimbang memperhatikan dan memenuhi kebutuhan rohani dan memperhatikan perkembangan jiwa si anak. Mendengarkan Allah adalah salah satu cara manusia memperhatikan apa yang ada di dalam. Mendengarkan Allah membuat kita mengisi, melengkapi, menumbuhkan yang ada di dalam, tapi mana ada waktu. Sedangkan untuk mengisi, melengkapi dan menumbuhkan yang di luar saja masih kurang waktu. Tapi sadarkah kita bila kita tidak menyediakan waktu untuk mendengar maka, kegelapan akan dengan mudahnya menguasai hati dan pikiran kita. Bahkan bagi kita yang sudah menyediakan waktu untuk mendengar saja menjaga terang itu tetap menyala sungguhlah amat sulit, apalagi bagi kita yang tidak mau mendengar. Ingatlah hidup dalam kegelapan adalah hidup dalam maut!

3. Menghadapi ketakutan. Hidup bersama Yesus, bukan berarti rasa takut hilang. Para murid masih dapat merasakan ketakutan ketika mereka melihat Yesus dimuliakan. Mereka tersungkur dan tak mampu memandang Yesus. Sering kali hidup kita juga dirundung ketakutan. Bukan hanya ketakutan dan kekhawatiran yang biasa kita rasakan, kuatir cuaca, kuatir makanan, kuatir jabatan dll. Lalu ketakutan macam apa? Ketakutan kepada Allah. Berapa banyak dari kita memiliki rasa takut yang tidak wajar kepada Allah. loh kok? Ngak wajar? bukankah takut sama Tuhan Allah itu wajar? Hohoho..jangan salah! Takut pada Tuhan Allah memang bukan hal yang wajar, karena yang wajar adalah sikap takjub dan hormat, bukan takut. Mengapa? Karena ketakutan memiliki sifat negatif, merusak, bukannya membangun. Tapi, bukannya ketakutan dapat menjadikan manusia taat? Ketaatan yang dilandasi oleh rasa takut adalah ketaatan yang palsu, karena ketaatan yang demikian adalah ketaatan yang dijalankan karena takut akan konsekuwensinya, bukan manfaatnya. Mengapa ketakutan seperti itu bisa muncul dalam hati kita? Karena banyak dari kita menganggap bahwa Allah adalah Allah yang keras, yang kejam, Dia adalah pemberi hukuman yang tidak kenal ampun. Disinilah Yesus hendak menunjukkan bahwa Tuhan Allah bukanlah seperti yang manusia pikirkan. Dia memang Allah yang mengaggumkan, yang kekuasaan dan kekuatannya tak terbandingi oleh apapun. Namun Dia juga adalah Allah yang peduli, Allah yang lembut dan Allah yang mau berbicara dari hati ke hati, Ia adalah Allah yang mau memandang wajah kita dan memegang tangan kita. Ia adalah Allah yang mau menyentuh dan menjalin hubungan secara pribadi dengan manusia ciptaanNya. Dengan mendengar Dia, kita akan mengetahui dengan pasti siapa sesungguhnya Allah kita. Kita tidak akan dipenuhi oleh rasa takut dan gentar, namun dengan rasa sukacita yang meluap karena kasihNya. Sehingga ketaatan kita bukanlah ketaatan yang lahir dari ketakutan, tapi karena Ia mau menyapa dan mendekat sekalipun di dalam ruang yang paling gelap di hati kita.

Spiritual Journey

YOU FEEL THAT YOU'RE LONELY
IT DOESN'NT PROVE THAT YOU ARE ALONE
YOU FEEL THAT NOBODY WANT YOU
IT DOESN'T MEAN THAT NO ONE CARES ABOUT YOU
Lahir dan tumbuh sebagai anak tunggal, sering kali membuat saya merasa kesepian. Mungkin banyak dari Anda berpikir wahh enaknya menjadi anak tunggal karena pasti seluruh perhatian diberikan pada saya. Ya, memang tidak salah menjadi anak tunggal membuat seluruh perhatian kedua orang tua saya tertuju pada saya. Namun, tidak seperti anak tunggal yang lain, saya memiliki kedua orang tua yang ‘unik’. Mereka tidak pernah memanjakan saya.
Papa yang notabene adalah seorang tentara UN (Batalyon IV, Garuda VIII) adalah seorang yang lembut sekaligus disiplin. Pengalaman hidupnya yang keras dan penuh perjuangan, juga pergaulannya yang sangat luas menjadikan ia pribadi yang sangat terbuka. Apapun pilihan saya didukungnya. Izin untuk naik gunung setiap tahun (dan pulang dengan sedikit babak belur karena jatuh dan gigitan lintah di wajah, perut hingga kaki), mengikuti segala macam kegiatan di sekolah, hingga masuk STT Jakarta, dengan mudah saya kantongi. Hingga usianya kini, 64 tahun beliau masih berprofesi sebagai dosen di PUSDIKLAT Badan Meteorologi dan Geofisika.
Mama. Bagi saya mama adalah sosok pekerja yang tidak pernah lelah. Sejak usia muda (SMA) hingga usianya kini, 64 tahun beliau masih bekerja sebagai asisten apoteker di salah satu apotik di kawasan Green Garden. Segala macam usaha dicobanya, maklum ia lahir sebagai anak dari keluarga besar (bahkan besar sekali). Memasak, bekerja, mencuci baju, mengepel, menjahit, mengelap....dan semua (saya tegaskan: SEMUA) pekerjaan rumah tangga diselesaikannya dengan sangat sangat...baik sekali. Karenanya kami tidak membutuhkan seorang pembantu di rumah. Dengan kedua orang tua yang pekerja keras seperti mereka saya harus memilih untuk dapat juga mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sejak saya kecil. Hasilnya: saya memang tumbuh sebagai anak perempuan yang mandiri sekaligus keras kepala (karena semuanya sudah dapat dikerjakan sendiri).
Tentu bukan tanpa alasan kedua orang tua saya bekerja sedemikian rupa. Papa yang saat itu bekerja di Departemen Perhubungan dengan gaji yang ‘secukupnya’, harus membiayai saya yang bersekolah di BPK Penabur. Memang mama juga bekerja namun untuk mencukupkan segala kebutuhan hingga kami juga tetap memiliki tabungan, bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu mereka mencoba segala sesuatu untuk mencukupkan keluarga kami. Mulai dari berjualan sepatu, kaos, daster hingga makanan kecil dilakukan mama, sedangkan papa juga bekerja sebagai pelatih tenis di waktu luangnya atau setelah ia pulang bekerja. Yahh, itulah yang membuat saya benar-benar kesepian. Mama dan papa memang sangat sibuk waktu itu. Tapi, namanya anak kecil, belum dapat berpikir secara realistis membuat saya merasa tidak berharga. Lebih dari itu saya memiliki begitu banyak trauma (karena saat ini sudah tidak menjadi trauma, maka tidak perlu diungkapkan lagi ) di masa kecil saya yang membuat saya tiba pada kesimpulan semua orang tidak menginginkan saya. Saya merasa tidak disayang dan itulah awal mula pemberontakan saya.
Tidak ada kenakalan anak yang tidak pernah saya lakukan (bila saya sebutkan semuanya, mungkin buku ini akan menjadi sangat tebal, dan akhirnya anda akan berpikir untuk membatalkan saja penahbisan ini, hehehe) Saya mencoba untuk melarikan diri dari rasa kesepian saya, namun sayangnya saya salah memilih. Saya memilih untuk melakukan apa yang buruk, yang jahat, yang membuat kedua orang tua saya marah dan kecewa. Mungkin anda bertanya, apakah saya tidak pernah mendengar firman Tuhan? Apakah saya tidak pernah ke gereja? Berbicara soal Firman Tuhan, tentu saya belajar melalui pelajaran agama. Sejak TK hingga SMA saya bersekolah di sekolah Kristen yang sesungguhnya cukup untuk membuat saya mengerti siapa Yesus. Tapi yaahhh sebatas tahu saja. Kalo soal pengetahuan tentang agama, mudah sekali mendapatkannya bukan? Tapi melakukannya? Hmmm...saya akan pikir beribu-ribu kali untuk menjadi seorang Kristen. Bagaimana dengan gereja? GEREJA?! Jauh-jauh dari kehidupan saya. Saya tidak suka ke gereja, bahkan saya sangat membenci gereja. Bagi saya gereja hanya tempat anak-anak yang suka menyakiti orang lain, mereka suka mengejek, mengancam dan melakukan hal-hal yang menyakiti hati. Jadi gereja adalah tempat yang paling saya benci hingga saya beranjak remaja.

IF YOU THINK THAT YOU'RE NOTHING
BUT FOR ME YOU ARE SOMETHING BEAUTIFUL
PERJUMPAAN DENGAN TUHAN YANG MENGUBAH JALAN HIDUP
Lelah...lelah menjadi anak yang nakal, anak pemberontak, anak yang terluka...saya memutuskan untuk mengakhiri hidup. Saya benci hidup, saya benci sekolah (karena saya juga tidak punya teman, cenderung anti sosial dan kuper) saya benci semua yang pernah saya alami di manapun. Tak pelak lagi inilah saat-saat kritis dalam hidup saya, ketika saya tidak dapat menemukan satu orangpun yang berada di sisi saya. Kesepian saya sudah berada pada tingkat yang paling membahayakan. Tangis sudah tidak mampu membuat saya lega, malah dalam tangis munculah berbagai ide perbuatan bodoh yang mungkin akan membuat saya mati muda. Tapi disitulah saya menemukan Tuhan!! Di tengah derai air mata yang tak kunjung berhenti saya mendengar suara Tuhan dengan lembut berkata dalam hati dan pikiran saya: “Aku mengasihimu. Sekalipun semua orang menolakmu, Aku mengasihimu, dan untuk itu Aku mau mati bagimu.” Tidak pernah ada kalimat yang begitu indah mengisi relung batin saya yang kosong selain apa yang saya dengar dan imani sebagai suara Tuhan menyapa saya malam itu. Di sanalah letak perjumpaan yang mengubah seluruh jalan hidup saya dan disanalah perjalanan saya mencari Tuhan dimulai.
Hari demi hari saya belajar untuk membuka Alkitab dan membacanya. Dan saya sungguh dibuatnya terkejut. Apapun pertanyaan saya waktu itu dijawab-Nya dengan cara yang luar biasa melalui Alkitab. Kesadaran saya bahwa Tuhan sedang menggiring saya kedalam rancangan-Nya yang indah menjadikan saya luluh, tak berdaya dibuatnya, menyerah, dan memberikan diri saya untuk ‘digiring-Nya’ kemanapun Ia membawa saya.
YOU THINK THAT YOU CAN'T DO ANYTHING
BUT YOU CAN DO A LOT OF THINGS WITH ME
MAUKAH ENGKAU MELAYANIKU?
Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, gereja bukanlah tempat yang saya sukai. Hingga perjumpaan dengan Tuhan saya alami, gereja tetap belum menjadi pilihan saya untuk dikunjungi. Apalagi untuk bekerja secara fulltime di tempat itu. Aduhhhh, ga mungkin dehhh!!! Tapi ternyata saya sadar, bahwa saya tidak akan pernah dapat melawan kehendak Tuhan, lebih lagi bila itu sudah digariskan oleh-Nya.
Pemanggilan saya dimulai dari sebuah kunjungan saya ke rumah salah satu tetangga saya yang seusia dengan saya. Dalam kunjungan saya tersebut ia memperlihatkan sebuah selebaran yang diterimanya siang itu. Saya membacanya sebagai sebuah iklan untuk penerimaan mahasiswa baru dari sebuah STT di Jakarta, STT RII. Dia bertanya pada saya perihal keinginannya untuk masuk ke sekolah tersebut. Jawab saya: “Yah terserah kamu, kalau kamu rasa itu adalah yang terbaik, masuk saja.” Sepulangnya saya dari rumahnya, entah mengapa, hati saya jadi tidak karuan. Saya merasa selebaran itu ditujukkan untuk saya, bukan untuk tetangga saya, dan saya mengutarakan perasaan saya tersebut pada mama. Namun beliau tidak terlalu merespon karena mungkin pikirnya, saya masih labil soal menentukan kemana saya ingin melanjutkan kuliah. Apalagi saat itu saya ditawari beasiswa untuk masuk ke sebuah universitas swasta untuk mengambil jurusan komputer akutansi. Malam itu adalah malam pergumulan saya yang pertama.
Suatu saat, beberapa hari kemudian, hmmmm....sebelumnya saya ingatkan bahwa anda boleh percaya boleh juga atas kisah yang saya beritakan ini, tapi bagi saya ini adalah awal perjalanan, pergumulan dan perjuangan iman saya hingga hari ini anda membaca kisah saya. Beberapa hari kemudian ketika saya sedang belajar untuk ujian, saya dikejutkan kembali oleh suara yang dengan lembut menyapa dan bertanya: “Yael, maukah kamu melayani-Ku penuh waktu?” Kaget, binggung...semuanya bercampur aduk dalam benak dan hati saya dan saya mulai bertanya dalam hati benarkah semua ini, apakah ini hanya khayalan saya atau memang saya mendengar ada suara yang bertanya pada saya. Yang saya lakukan saat itu adalah berdoa, bertanya dan meminta tanda lebih lanjut untuk panggilan ini. Kalau ini memang panggilan Tuhan maka saya yakin Tuhan akan membukakan banyak pintu dan memberikan banyak kunci untuk membukanya. Dan Ia sungguh melakukannya!!
Tidak sampai 1 menit selesai saya berdoa, seorang kerabat, yang adalah ibu dari Pdt. Cipto M. Sapangi menghubungi saya dan bertanya akan kesiapan saya menjadi seorang mahasiswa teologi dan kesiapannya untuk mendukung saya dalam pilihan saya itu. Terkejut, itulah respon saya saat itu, tak mampu berkata, hanya mampu menangis dan mengucap terima kasih. Ternyata Tuhan tidak berhenti sampai di situ. Ia memberi lebih dari cukup tanda, pintu dan kunci yang paling tepat untuk membukanya.
LISTEN TO THE WORD I SAY
THAT I WILL ALWAYS BY YOUR SIDE
STT JAKARTA VS DUTA WACANA VS STT RII
Memilih sekolah teologi mana yang saya inginkan bukanlah hal yang mudah bagi saya. Saya tidak punya informasi sama sekali tentang STT mana yang terbaik, kelebihan dan kekurangannya. Pdt. Evelyn Yudiarti dan Pdt. Linna Gunawan adalah dua orang yang paling menolong saya menentukan pilihan yang terbaik. STT Jakarta menjadi pilihan saya. Dan tahukah anda pilihan saya itu membawa saya pada perbedaan pendapat dengan seorang kerabat yang pada saat itu berjemaat di salah satu gereja Bethel. Baginya STT Jakarta bukanlah pilihan tepat. Saya yang tidak tahu-menahu hanya mampu setuju dengannya. Tapi entah mengapa Tuhan menutup semua jalan bagi saya untuk memilih STT yang lain selain STT Jakarta. Dengan segala desas-desus, keburukan yang saya dengar tentang sekolah tinggi teologi tersebut, saya memutuskan untuk tetap memilh STT Jakarta sebagai tempat saya belajar. Dengan itu mama harus rela (walaupun lebih banyak bersusah hati karena harus melepas anak tunggalnya) membiarkan saya masuk dan menjadi mahasiswa teologi di tempat itu. Saya yakin apa yang Tuhan pilihkan bagi saya adalah pilihan yang terbaik bagi saya, tentunya tanpa merendahkan sekolah lain. Tapi karena saya yakin bahwa di tempat inilah Tuhan akan menempa, membentuk dan melengkapi saya menjadi pribadi yang tangguh dan bertanggung jawab.
Suatu saat dalam doa saya mendengar dalam hati dan pikiran saya bahwa Ia berjanji tidak akan pernah meninggalkan saya , dan akan senantiasa memegang tangan saya selama saya berada dalam jalannNya. Itulah yang membuat saya semakin yakin atas pilihan ini. Dan sekali lagi Tuhan membuktikan bahwa pilihan-Nya adalah pilihan yang terbaik!

YOU MEAN EVERYTHING TO ME
THAT I WILL NEVER LEAVE YOU
CAUSE I LOVE YOU SO
TULANG RUSUK
Seorang kekasih diberikan kepada saya sejak semula saya memasuki panggilan ini. Saya menyebutnya tulang rusuk saya, karena memang Tuhanlah yang memilihkannya bagi saya (mau cerita lengkapnya silahkan diunduh www.kambinggunungdantulangrusuk.blogspot.com). Tanpa beliau (dan tentunya tanpa Tuhan) saya tidak akan sampai pada hari ini. Bagi saya dialah yang paling mengerti susah payah, pergumulan dan perjuangan saya berada di jalan yang UNIK ini. Dengan dialah saya menjalani hari-hari yang berat, yang menyakitkan, menyebalkan dan menguras air mata selama 5 tahun berkuliah di STT jakarta, dan 3 tahun setelahnya. Bersama dia jugalah saya menikmati banyaknya mujizat, berkat, dan jalan keluar dari masalah yang tidak pernah saya bayangkan terjadi dalam hidup saya sebelumnya. Kini, bersama dialah saya juga akan menghabiskan sisa hidup saya. Tuhan sungguh baik, bahkan sangat baik!
SEORANG SAHABAT YANG LAIN: PDT. HARRY KURNIAWAN DANI
Tuhan tidak pernah membiarkan saya sendiri, ia memberikan seorang sahabat yang luar biasa. Saya yang dapat dikatakan tidak pernah memiliki sahabat hingga duduk di bangku SMA, kini memperoleh kesempatan untuk menikmati yang saya namakan persahabatan yang terbaik yang pernah saya alami. Ia memberi 2 orang sahabat terbaik saya sepanjang perjalanan hidup saya hingga kini, Ebed Yosua Lamorahan, yang tak lain adalah suami saya, dan Harry!
Bersama beliau saya menjalani hari-hari di kelas, menjadi panitia selama lima tahun di STT Jakarta, di setiap event, di bidang yang sama: DEKORASI! Itulah yang membuat saya lulus dari STT Jakarta dengan predikat: tukang listrik, tukang kayu, tukan cat, tukang pohon, dan tukang segala-galanya. Bekerja mendekor aula STT Jakarta dengan dana yang sangaaaatttt terbatas hingga malam tak kunjung membuat saya lelah karena beliau selalu punya cara yang luar biasa membuat saya tersenyum. Di situ ada Yael di situ jugalah Harry berada. (kecuali toilet). Tak heran banyak adik kelas kami yang menyangka kami adalah sepasang kekasih.
Kehadirannya bagi saya layaknya air yang memberikan kesejukan tanpa batas, memberi saya semangat dan sukacita menjalani berat dan bosannya perkuliahan. Hingga kini, beliau sudah berkeluarga, dan menjadi seorang pendeta Gereja Kristen Pasundan, persahabatan kami masih seperti dulu. Saya dapat katakan bahwa saya sungguh bangga dan bersyukur punya sahabat seperti beliau! Thanks Harry!! thanks juga Irene yang tetap mengijinkan saya bersabat dengan suami terkasihnya! Tentunya terimakasih Tuhan yang telah mengasihi saya sedemikian rupa melalui mereka berdua.
WHEN I SAY THAT I LOVE YOU
IT'S MEAN I GIVE THE BEST FOR YOU
WHEN I SAY THAT I LOVE YOU
I WILL GIVE EVERYTHING FOR YOU
GKI KAVLING POLRI
Perjalanan saya di GKI Kavling polri juga termasuk tak terduga. Lulus pada tahun 2007 dari STT jakarta, ketika semua teman-teman seangkatan masih dapat bernafas setelah ‘kerja rodi’ selama 5 tahun, seorang pendeta datang menghampiri saya ketika saya sedang bertugas menjadi notulis di Persidangan MKJB di tahun yang sama. Mungkin anda sudah dapat menebak siapakah beliau. Ya! Pdt. Santoni mengajak saya untuk ‘bantu-bantu’ (yang berakhir dengan ‘terjebaknya’ saya  yang saya imani bukan kebetulan) di GKI Kavling Polri, khususnya untuk pelayanan remaja dan pemuda karena adanya kekosongan pembina.
Keras dan sulit, itulah perasaan yang saya alami ketika memasuki masa ‘diperbantukan’ saya di sana. Bagaimana tidak, saya, yang baru lulus ini, harus menggantikan sosok pembina sebelumnya yang sudah sangat senior dan berkualitas. Tahu apa yang saya rasakan? Saya seperti orang asing yang tidak tahu bahasa, kebudayaan, kebiasaannya. Intinya, saya seperti orang bodoh. Tidak mudah untuk membuat mereka menerima kehadiran saya di tengah-tengah mereka. Di tengah kebimbangan (karena saat itu saya juga diperhadapkan dengan pilihan GKI Kayu Putih sebagai tempat yang sudah dipersiapkan Sinode), saya ingat Firman Tuhan yang menyatakan, “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda...tapi jadilah teladan.” Yups...saya sadar bahwa mereka tetap akan menganggap saya masih hijau dan tidak berpengalaman bila saya tidak mampu menunjukkan keteladanan.
SUUUUSAAAHHHHH!! Apa yang mereka harapkan dari seorang remaja berusia 24 tahun? Itulah pikiran saya. Saya masih belum mau serius, masih pengen main, tapi sudah dituntut sedemikian rupa. Kembali, saya diyakinkan bahwa apapun proses yang harus saya alami di sini adalah bagian dari pembentukan dan cara Tuhan melengkapi dan mengasihi saya. DANNN KEMBALI IA BUKTIKAN BAHWA SAYA TIDAK SALAH MEMILIH, DAN PILIHANNYA ADALAH YANG TERBAIK!
3 tahun lebih saya melayani di GKI Kavling Polri, dan tahukah saudara GKI Kavling Polri adalah tempat yang palinggg tepat bagi saya untuk BELAJAR! Belajar mengendalikan diri, belajar sabar, belajar mengasihi dengan tulus, belajar mengampuni, belajar berbela rasa, belajar untuk mengerti sebelum dimengerti, belajar bahwa hidup ini indah oleh karenanya kita patut mensyukuri setiap kesempatan dan anugrah yang datang dalam hidup kita. Dia sungguh memberikan segala sesuatu yang saya perlukan bagi masa depan saya.
NO MORE FEAR ABOUT THE FUTURE
AND BLAME FOR THE PAST
I'LL GIVE EVERYTHING WHEN I SAY THAT I LOVE YOU
DARI INDONESIA KE NEGRI PAMAN SAM.
Menjadi delegasi GKI untuk event besar seperti Konfrensi Gereja-gereja Reform se-Dunia, bukanlah impian saya. Terbersitpun tidak! Tapi Tuhan beri saya kesempatan besar itu melalui Pnt. Rumeser, Pdt. Santoni, Pdt. Lazarus Purwanto, Pdt Jusak Soleeman, Pdt. Stephen Suleeman, Pdt. Kuntadi Sumadikarya, Pdt. Arliyanus Larosa, Pdt. Mungki A. Sasmita dan Pdt. Lindawati Chong.
Saya tidak akan sampai pada pengalaman yang demikian, bila Tuhan tidak pernah membentuk saya melalui kedua orang tua saya yang luar biasa, berbagai pengalaman pahit, pedih, sakit, dikecewakan, dikhianati, difitnah yang saya alami di masa lalu saya. Saya yakin ini bukanlah pengalaman yang dibentuk oleh kebetulan semata atau kesempatan yang datang tiba-tiba. Namun melalui perjalanan panjang yang terangkai dari masa lalu hingga masa kini, yang telah dirancangkan-Nya jauh sebelum saya dibentuk.
Dia meremukkan saya untuk membentuk saya menjadi pribadi yang lebih mengasihi-Nya, mengasihi ciptaan-Nya, dan mengasihi hidup yang sudah Ia karuniakan. Tuhan selalu punya cara untuk meyakinkan saya bahwa pilihan-Nya tidak salah, pilihan-Nya tidak kurang suatu apapun, pilihan-Nya adalah yang terbaik.
Kini, saya sadar tugas dan tanggung jawab yang ada di pundak saya semakin besar dengan menjadi pendeta dan menjadi salah satu Executive Committee dari badan dunia baru WCRC selama 7 tahun ke depan. Entah perjalanan seperti apa yang Tuhan rancangkan bagi saya di tahun-tahun ke depan, tapi yang saya yakini adalah RANCANGANNYA BUKAN RANCANGAN SAYA, DAN JALANNYA BUKANLAH JALAN SAYA, TAPI JALAN DAN RANCANGANNYA ADALAH YANG TERBAIK BAGI SAYA. JADI...IA PASTI MEMAMPUKAN SAYA DI TENGAH KETERBATASAN DAN KELEMAHAN SAYA SEBAGAI MANUSIA.
Takut? Kuatir? Ragu? Masih dapat saya rasakan tapi itu sama sekali tidak membuat saya ragu bahwa masa depan saya ada pada tangan yang tepat! Tuhan sendiri.
“Memohonlah agar engkau dimasukkan kedalam daftar pemaksaan Tuhan,
yang Kehendaknya Tak Dapat Diingkari untuk kebahagiaan dan kesejahteraanmu”
(Mario Teguh)

I WANT YOU TO KNOW THAT I DIED FOR YOU
I WANT YOU TO KNOW THAT I'LL GIVE ALL MY LIFE FOR YOU
WHEN I SAY THAT I LOVE... SAY THAT I LOVE YOU

Kamis, 17 Februari 2011

Taat!

Taat! Kata yang sangat pendek, hanya terdiri dari 4 buah huruf, bahkan menuliskannya pun dapat dilakukan dalam hitungan detik. Namun ternyata kata yang begitu singkat dan mudah untuk ditulis bahkan dieja ini, tidak mudah untuk dilakukan. Untuk menjadi taat manusia membutuhkan waktu berhari-hari, berbulan-bulan bahkan berpuluh-puluh tahun.
Tahukah mengapa sangatlah sulit untuk menjadi manusia yang taat? Karena ketaatan bukan soal berkata ya terhadap segala permintaan, perintah atau tergantung pada siapa si pemberi perintah. Namun ketaatan berpusat kepada kerelaan untuk tunduk dan menerima segala sesuatu yang diperintahkan dan diminta.
Jadi sesungguhnya yang sulit bukan taatnya tapi rela dan tunduknya. Kedua hal tersebutlah yang menjadikan ketaatan memiliki kesulitan yang luar biasa. Mengapa ketaatan membutuhkan kerelaan? Karena ketaatan yang dilakukan tanpa kerelaan hati hanya kana menjadi sebuah paksaan. Hasilnya? Mungkin kita akan tetap melakukannya, tapi itu semua dilakukan dengan terpaksa, atau semata-mata karena takut terkena ganjaran karena tidak melakukannya, akhirnya kita melakukannya dengan bibir yang cemberut dengan hati yang kalang kabut dan tidak sukacita.
Di sisi lain mengapa ketaatan butuh tunduk? Kita tidak akan pernah dapat menjadi taat bila kita tidak mau menyerahkan hak kita untuk membuat serta menentukan pilihan kepada mereka yang memberi perintah bukan. Kita akan selalu merasa bahwa kita memiliki hak untuk menentukan ini dan itu. Misalnya seorang anak yang disuruh pergi ke gereja oleh orang tuanya. Ia tidak akan pernah dapat taat bila ia berpikir bahwa ia memiliki hak dan pilihan sendiri hari itu, yaitu untuk bermain bersama teman-temannya atau untuk bangun lebih siang. Tunduk bukan hanya sikap kepala tapi sikap hati dimana kita mengizinkan Tuhan untuk mengambil alih pilihan-pilihan kita untuk menjadikan kita manusia berjalan dalam jalanNya.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menjadi taat?

PACARAN: Membangun VS Merusak!!!

Apakah pacaranmu merusak atau membangun? Emang seperti apa sih pacaran yang membangun ataupun yang merusak? Bagaimana sih memiliki hubungan pacaran yang membangun itu Nah, sebelum kita tahu bagaimana menciptakan hubungan yang saling membangun, lebih baik kita coba dulu untuk menjawab dulu pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

Apa sih yang membuat kamu tertarik pada pacar kamu?
a. Dia guanteeennggg/cantik banget
b. Dia baik hati
c. Dia co/ce yang populer abis!
Apa yang kamu lakukan kalau pacarmu tidak membalas SMS atau tidak mengangkat teleponmu?
a. Diemin aja, sibuk kali
b. Cari tahu kenapa dengan tenang
c. Ngambek, ngancem putus
Kalo kamu salah, dia orang yang bisa melakukan apa sama kamu?
a. Ngak ngapa-ngapain, ga berani kali yaa
b. Mengingatkan dan selalu mengingatkan kita
c. Nyebarin kesalahan kamu ke teman2nya
Apa kamu takut diputusin?
a. Biasa aja tuh
b. Ngak, pasti Tuhan kasih yang terbaik kok
c. Amit2 deh jangan sampe kejadian sama gue
Kamu itu tipe pacar yang gimana sih?
a. Hmmm...penyayang?
b. Mencoba untuk memberi yang terbaik
c. Protektif!
Apa yang kamu biasa lakukan saat pacaran?
a. Ngobrolin yang ga penting
b. Cari tahu pandangannya tentang suatu hal
c. keluarin jurus gombal...terus...

Kalau jawaban kamu banyaknya A, kamu dapat dikatakan sebagai orang yang tidak akan mengalami kemajuan yang signifikan dalam pacaran, bahkan kamu cenderung suka berganti-ganti pasangan. Kamu melihat pacaran hanya sebagai sesuatu yang biasa dilakukan anak muda. Bahkan mungkin kamu sendiri tidak tahu dengan pasti kenapa kamu pacaran. Mungkin kamu adalah orang yang suka ikut-ikutan. Oleh karena itu ketika semua teman-temanmu pacaran kamu juga memutuskan untuk pacaran. Kalo yang ada boleh, kalo ngak ada juga ngak maksa. Kamu belum mampu mengenali siapa dan pribadi seperti apa kamu bagi orang lain dan kamu tidak mampu menjalin hubungan yang berkomitmen. Kamu masih menguatamakan apa yang kelihatan di depan mata dan bukan melihat apa yang di dalam hati. Memang menjalani hubungan pacaran dengan kamu tidak merusak namun juga tidak membangun, karena kamu lebih suka mengenal orang dari permukaannya saja. Sesungguhnya hati kamu belum siap untuk pacaran, kalau mencari teman sebanyak-banyaknya, mungkin akan menjadi pilihan yang paling tepat buat kamu pada masa kini.

Kalau jawaban kamu didominasi oleh jawaban C, kamu dapat dikatakan sebagai orang yang hanya sanggup mencintai tapi tidak dapat mengasihi. Kamu memiliki tingkat keegoisan yang tinggi sehingga pacaran kamu gunakan untuk memuaskan apa yang kamu inginkan. Kamu ingin menjalani cara pacaran yang sesuai dengan kehendak dan impian kamu dan kamu tidak peduli atas apa yang diinginkan oleh pasangan kamu. kamu adalah tipe orang yang menggunakan pacaran sebagai pelarian dari kesepian kamu, atau mungkin kekecewaan kamu terhadap kurangnya kasih yang kamu peroleh dari orang tuamu. Dengan begitu kamu tidak akan pernah menajdi seorang pendamping yang baik, karena kamu hanya berorientasi pada dirimu dan bukan pada pasanganmu. Tanpa kamu sadari kamu akan merusak hubungan yang telah kamu bina, karena sifat dan sikap negatif kamu terhadap pasanganmu. Kamu mungkin menilai bahwa kamu adalah pribadi yang berkomitmen tinggi dan setia, namun ternyata bukan kesetiaan yang sejati, tapi kesetiaan karena kamu membutuhkan dia untuk menjadi arena pelarian dari berbagai macam hal yang kamu alami. Jelas deh, sebenernya kamu belum siap untuk memasuki hubungan pacaran ini, karena kalau ini terjadi kamu akan terjebak pada hubungan dimana kamu merasa sebagai orang yang paling malang, yang paling disakiti dan hasilnya....kamu akan menyakiti pasanganmu!

Kalau jawaban kamu banyaknya adalah jawaban B, dapat dikatakan kamu adalah pribadi yang cukup siap untuk memasuki hubungan pacaran. Kamu matang dan tenang. Kamu mampu melihat persoalan dari sisi yang berbeda, bukan hanya kulit tapi inti persoalan dapat kamu petakan dengan cukup baik. Kamu tidak berorientasi pada dirimu sendiri tapi juga pada pasanganmu. Kamu tidak hanya ingin dimengerti, tapi kamu belajar untuk mengerti pasanganmu. Kamu mengikat diri dalam hubungan pacaranmu tapi kamu tidak terikat padanya. Sehingga kamu tetap dapat memberikan yang terbaik walau suatu saat nanti keadaan tidak berpihak kepadamu. Tahukah kamu, kamu akan menjadi pasangan yang sempurna bagi dia.

Kataatan Sejati

Ulangan 30: 15-20
Maz 119:1-8
1 Korintus 3: 1-9
Matius 5: 21-37

Ketaatan macam apa yang saudara miliki? Ketaatan yang semu, yang pura-pura, yang dipenuhi dengan keterpaksaan atau apa? Dapatkah anda memberikan jawabannya? Wah sepertinya pertanyaan ini adalah pertanyaan lanjutan, jadi saya akan memberikan pertanyaan awalnya: apakah yang disebut ketaatan itu? Pasti banyak dari saudara yang mengatakan bahwa ketaatan adalah kepatuhan, lalu apa yang disebut dengan kepatuhan? Apakah cukup dengan mengatakan ya terhadap segala perintah atau permohonan?

Taat memang merupakan kata yang sangat sederhana. Ia hanya terdiri dari 4 buah huruf yang untuk mengeja ataupun menulisnya merupakan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Hanya saja kesederhanaan kata taat ini bertolak belakang dari makna yang sesungguhnya. Untuk menjadi orang yang taat manusia membutuhkan waktu berhari-hari hingga berpuluh-puluh tahun lamanya. Mengapa? Karena taat bukan soal mengatakan ya dan melakukan apa yang diperintahkan. Taat lebih rumit dan kompleks dari hanya sekedar mengatakan ya. Lalu apa yang penting soal ketaatan yang sejati?

1. KETAATAN ADALAH SOAL SIKAP HATI. Ulangan 30: 17. Ketaatan bukan soal melakukan diperintahkan Tuhan pada ayat 16. Kemalangan akan datang bukan ketika bangsa Israel tidak mengerjakan apa yang Allah perintahkan pada ayat 16 “karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya.” Lalu karena apa? Coba perhatikan ayat ke 17. Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya. Jadi sesungguhnya ketaatan pertama-tama adalah soal sikap hati kita. Apakah mengasihi Allah dapat dilakukan tanpa sikap hati yang benar? Mengasihi perlu menggunakan hati, bukan hanya dengan tangan atau kaki, karena kasih seperti itu akan menjadi kasih yang palsu. Apakah ketaatan adalah hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya, namun dengan sungut-sungut, dengan kemarahan, dengan ketidakpuasan? Dan bukan dengan sukacita? Matius 5 :22-25 Hidup dalam jalan Tuhan tidak dapat dijalankan tanpa hati yang terarah kepada Tuhan, karena tanpa mengarahkan hati kepada Tuhan, kita akan menajdi orang yang mudah berhenti, dan berpaling pada yang lain. Lebih lagi, untuk hidup dalam jalan Tuhan, kita harus senantiasa mendengar suara Tuhan yang mengarahkan, menuntun, mengayomi kita, karena jalan Tuhan adalah jalan yang tak nampak bagi kita. Ia ada dalam kacamata iman, ia membawa kebaikkan dan kebahagiaan dalam persepsi Allah sendiri. Jadi hidup dalam jalan Tuhan adalah hal yang mustahil dilakukan tanpa memberi hati untuk mendengar apa yang Ia katakan bagi kita. Berpegang pada perintah juga tidak akan pernah dapat kita lakukan bila kita tidak memberikan hati kita untuk menyembah (worship: shachah) Allah. Karena berpegang pada perintah Allah harus didahului dengan kerelaan untuk mengakui kekuasaanNya, tunduk dan menerima perintahNya; untuk menyerahkan hak kita kepadaNya dan membiarkan Dia berkuasa atas segala hak kita.
2. KETAATAN ADALAH PENGAKUAN BAHWA MANUSIA TERBATAS. 1 Kor 3:1-9 Paulus adalah bapak Kekristenan yang luar biasa berpengaruh baik dari jemaat mula-mula hingga kekristenan modern seperti sekarang ini. Surat-surat Paulus bahkan lebih sering dikutip dari pada perkataan Yesus sendiri. Paulus adalah orang yang sangat menguasai Taurat, lebih dari itu ia adalah sosok yang sangat pandai, kritis, dan berpengetahuan sangat luas. Ia adalah orang yang sangat ahli di bidangnya, sehingga sulit mencari orang yang mampu menandingi kemahiran Paulus. Namun nyatanya, dibalik kemahiran dan kejeniusannya, ia adalah tetap seorang manusia yang terbatas.Ia sadar sepenuhnya ia hanya dapat menanam, Apolos hanya dapat menyiram. Tapi tanpa pertumbuhan, semua yang dilakukannya adalah suatu kesia-siaan. Yang terpenting bagi sebatang pohon, bukanlah siapa yang menyiram, siapa yang memberi pupuk, siapa yang menyiangi, namun apakah ia dapat hidup dan bertumbuh menjadi pohon yang sehat dan yang berbuah lebat . Paulus tidak dapat memberi hidup, karena hidupnya sendiri adalah belas kasih Allah, anugerah! Imannya sekalipun adalah pemberian, dan bukan hasil usahanya sendiri. Itulah yang membuat Paulus sang ahli taurat memiliki ketaatan penuh kepada Allahnya, karena hanya Allahnya-lah yang mampu membuatnya sungguh hidup
3. KETAATAN ADALAH WUJUD PENGENALAN DIRI AKAN ALLAH. Matius 5. Yesus menggunakan kata: Kamu telah mendengar Firman. Ternyata mendengar Firman Allah atau mendengar siapa Allah saja tidaklah cukup untuk dapat membuat seseorang menjadi taat kepada Allah. Seseorang haruslah mengenal dan mengalami Allah secara pribadi untuk dapat menjadi taat. Seseorang yang hanya mendengar bahwa berkendaraan roda 2 haruslah menggunakan helm, akan tetap menggunakan helmnya di tangan. Bila ia berkendara di dalam kompleks, ingat harus memakai helm saja tidak. Tapi bagi mereka yang pernah mengalami pentingnya helm sebagai pelindung kepala mereka, akan dengan rela dan taat menggunakan helm walau hal tersebut seringkali membuatnya pengap dan kepanasan. Pengalaman adalah unsur yang paling penting dalam kehidupan manusia. Karena melalui pengalaman manusia belajar tentang apa yang baik, yang tidak, yang berguna, yang tidak; dan dari pengalaman pula manusia belajar memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Paulus mengalami Allah secara pribadi itulah yang menjadikan Ia menjadi pribadi yang taat sampai mati, dan bukan karena pengetahuannya yang sempurna tentang taurat serta tradisi Yahudi. Semakin seseorang kenal siapa Allahnya semakin ia menjadi manusia yang taat. Loh ko bisa? Karena Ia semakin sadar bahwa tidak ada yang mampu menyaingi Allah dalam hal kasih, kesabaran, pengatahuan, karena hanya Dialah yang Maha, dan tidak ada yang lain.

Jumat, 28 Januari 2011

Allah peduli?

Allah peduli?
“Bagaimana mungkin Allah peduli terhadap mereka yang lemah dan tertindas? Buktinya yang lemah semakin lemah yang tertindas semakin tertindas. Lebih lagi di masa modern seperti ini kita masih semakin banyak menjumpai mereka yang lemah dan tertindas bukan? Lalu dimana Allah? Apakah Allah memang ada? Bila Ia memang ada mengapa Ia berpangku tangan? Mengapa Dia membiarkan banyak hal buruk terjadi pada manusia?”
Benarkah pernyataan di atas? Apakah anda setuju, bahwa Allah adalah Allah yang tidak peduli akan penderitaan manusia? Atau anda lebih setuju bahwa Allah membiarkan penderitaan ada dalam hidup manusia agar manusia lebih peka terhadap apa yang sedang dialami oleh dunia, alam, dan sesama manusia? Anda dapat setuju dapat juga tidak setuju dengan pernyataan di atas. Namun bagaimana Firman Tuhan melihat penderitaan, penindasan manusia?
Pertama-tama tentunya kita harus menggunakan cara pandang Allah terhadap segala sesuatu (selalu cara pandang Allah, dan bukan cara pandang kita). Mengapa? Karena kita tidak akan pernah dapat mendapatkan pengertian yang benar yang membawa kita pada pengaminan atas apa yang Tuhan perbuat dalam kehidupan manusia. Tuhan tidak pernah melihat penderitaan dan kelemahan sebagai suatu aib, suatu yang perlu dijauhi, bahkan sesuatu yang membuat manusia tidak bahagia. Sebaliknya Ia memberi nilai positif terhadap segala hal yang manusia anggap kesialan dan segala sesuatu yang tidak menyenangkan.
Apakah nilai positif yang dimaksud di sini? Ini tentang kelimpahan! Bagi Allah kelimpahan bukanlah kekayaan, kelimpahan bukan juga kekuasan dan hormat, kelimpahan juga bukan bagaimana kita dapat memenuhi kebutuhan anak cucu kita hingga 7 turunan sekalipun. Tapi kelimpahan adalah soal sikap hati manusia. Kelimpahan tidak akan pernah dapat dinikmati oleh manusia bila manusia memiliki sikap hati yang salah.. Ia tidak akan pernah merasa cukup dalam hidup. Ia akan selalu merasa kurang dan kurang, kurang ini, kurang itu, suami saya kurang begini, isteri saya kurang begitu, anak anak saya kurang sekali dalam hal ini, orang tua saya apalagi....Hasilnya? Mengeluh! Walau hidup yang sedang dijalani sesungguhnya jauh dari yang namanya menderita, lemah dan tertindas. Karena kita tertindas oleh keinginan, cara pandang dan keangkuhan kita sendiri. Hasil terakhir kita akan merasa Allah tidak peduli terhadap hidup kita. Kita akan menyalahkan Allah yang dirasa berpangku tangan terhadap semua persoalan hidup yang kita alami.
Jadi bagaimana seharusnya? Imani Allah tidak akan pernah meninggalkan umatNya sedetikpun, segala sesuatu yang Allah izinkan terjadi dalam hidup manusia adalah untuk kebaikkan manusia itu sendiri dan bukan untuk kesenangan apalagi kepuasanNya. Dia bukan Allah macam itu. Dan tentunya milikilah sikap hati yang benar, dengan menggunakan kacamata Allah dalam melihat segala sesuatu. Maka dengan demikian anda kan melihat bahwa Allah begitu peduli akan hidup anda!

Selasa, 25 Januari 2011

Dapatkah Keselamatan Dibatalkan?

Dapatkah Keselamatan Dibatalkan?
Yohanes 10 : 28, Fil 2: 12
Tujuan dan Sasaran :
Membukakan kepada jemaat pemuda apa artinya bahwa keselamatan itu adalah pekerjaan Allah, menjelaskan juga apakah mungkin orang yang sudah diselamatkan oleh Yesus dapat meninggalkan imannya (murtad) dan juga menjelaskan apa arti bahwa keselamatan itu bersifat tetap dan permanen dalam Yohanes 10: 28
Jemaat Pemuda mengerti konsekwensi logis dari keselamatan, yaitu iman yang menghasilkan perbuatan. Karena iman tanpa perbuatan adalah mati.
Jemaat Pemuda didorong untuk memaknai dan terus mengerjakan keselamatan yang telah diterimanya.

Bila saya bertanya kepada saudara apakah keselamatan kita dapat dibatalkan ? Apa jawaban saudara DAN kenapa? Bila anda tidak dapat menjadwab pertanyaan ini maka saya ajukan pertanyaan yang paling mendasar: Apakah saudara dan saya sudah diselamatkan? Bila sudah apa buktinya? Apakah itu secarik surat baptis, surat pernyataan sidi, kartu keanggotaan gereja, atau KTP yang menyatakan bahwa kita adalah orang Kristen? Keselamatan itu bukan soal akhirat loh. Bukan juga soal masuk sorga atau masuk neraka. Keselamatan yang sejati langsung diterima, dirasakan dan dialami oleh sang penerima keselamatan. Nggak nunggu sampe Tuhan memanggil kembali ke pangkuannya. Kalo kita belum dapat menjelaskan paling tidak menceritakan bagaimana rasanya keselamatan itu jangan-jangan kita belum selamat loh! Waaahhhh...serius? Ya. Karena keselamatan adalah hal yang serius dalam kekristenan maka cara memperlakukannya juga harus serius. Ingat bahwa keselamatan kita memang diberikan Tuhan dengan Cuma-Cuma, tapi itu tidak membuatnya jadi murahan! Nah, Kalo kita tidak dapat mendefinisikan apa itu keselamatan paling tidak kita harus tahu apa saja tanda-tandanya dan syaratnya
Apa sih syarat keselamatan kita?
Ef 2:8 mengatakan: Keselamatan merupakan ANUGERAH. Apa artinya? Artinya keselamatan kita diawali oleh sebuah pemberian Allah sendiri, bukan karena kita memohon keselamatan. (nggak mungkin, manusia terlalu sombong untuk memohon keselamatan kepada Allah)
Namun anugerah yang Cuma-Cuma itu tidak dapat berlaku tanpa adanya confirmasi dari setiap kita. Mengapa? Karena Allah tidak pernah memaksakan keselamatanNya. Ia ingin kita dengan rela dan yakin menyambut keselamatan tersebut. Oleh karena itu 2 Tim 3:15 mengatakan syarat keselamatan yaitu: IMAN KEPADA KRISTUS YESUS.Iman adalah respon manusia terhadap kasih anugerah Allah. Kini, aspek apa yang utama dalam beriman? Yups, benar sekali PERCAYA.
Tentunya orang beriman dan percaya memiliki tanda-tanda (bukti yang dapat diaminkan oleh orang lain bahwa memang kita telah diselamatkan) yang berbeda dengan mereka yang tidak beriman dan tidak percaya kepada Yesus. Kalau kita tidak dapat menunjukkaan tanda-tanda atau bukti bahwa kita memang sudah diselamatkan bagaimana kita dapat membawa orang lain pada keselamatan? Nah, Kini apa tandanya? Apa buktinya.
Efesus 4:23-24 dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan hidup sebagai manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya. Apa artinya? Kita punya cara hidup yang baru,(kalo dulu hidup dalam percabulan sekarang hidup dalam persekutuan, kalau dulu hidup mencari eksistensi sekarang mencari jiwa, kalo hidup untuk diri sendiri, untuk mengejar kehendak dan cita-cita diri sekarang untuk mengejar dan melakukan kehendak Tuhan) cara pikir (kalo dulu liat cewek pikirannya jorok mulu, sekarang liat cewek pikirannya gimana caranya saya bisa bawa ke Tuhan, kalo dulu liat orang baru pikirannya nekting mulu, kalo sekarang liat orang baru diajak pelayanan)dengan motivasi baru yang lahir dari Roh Allah (kalo dulu melayani karena popularitas,sekarang melayani karena membalas kebaikkan Tuhan, kalo dulu melayani karena ikut pacar, sekarang pelayanan melayani sang pacar) yaitu hidup dalam kehendak, kebenaran dan kekudusan standar Allah. Dan tanda-tanda ini tidak hanya kita yang merasakannya. Tapi orang orang lain yang ada di sekitar kita juga merasakannya. Kenapa? Karena memang keselamatan kita bukanlah keselamatan pribadi tapi keselamatan komunal. Semua orang boleh dan bahkan harus merasakan keselamatan yang kita miliki.
Nahhhh, kalo dah tau tanda tandanya, sekarang cek ada nggak itu tanda tanda pada diri kita. Kalo nggak ada tanda-tanda tersebut jangan heran kita suka ragu kalo ditanya kita ini sudah selamat belum. Kalo kita sendiri ragu gimana orang lain. Bisa bisa orang lain mengklaim keselamatan kita dibatalkan sama Tuhan!
Sekarang, sebenarnya keselamatan kita bisa dibatalkan tidak sih? Yoh 10:28 mengatakan: dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Wahhhh...jangan seneng dulu. Mari kita lihat ayat2 sebelumnya, karena ayat dalam Alkitab ini tidak dapat berdiri sendiri kalau tidak bisa kacau dunia. Lihat ayat 25-27.
25 Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku. Coba perhatikan perkataan Yesus dengan seksama. kata kunci pertama dari ucapan Yesus kali ini adalah percaya. Oh saya sudah percaya kok!! Makanya saya memeluk agama Kristen. Ingat loh percaya bukan sekedar hitam di atas putih. Percaya adalah sebagian kecil dari mempercayakan diri kepada Allah. Dan mempercayakan diri artinya memberi hidup untuk diatur masa depannya, diperintah hidupnya, diutus kemanapun, kapanpun bagi siapapun, singkatnya mempercayakan diri adalah bagian dari pemberian hak kita kepada Tuhan. Memang Tuhan telah memegang hak hidup kita sebagai ciptaanNya, namun hak yang lain biasanya dimonopoli oleh kita sendiri. Dari hak mencari sekolah, pekerjaan, pasangan hidup, cara memperlakukan pasangan, memperlakukan sahabat, teman, musuh , anak-anak, orang tua. Coba perhatikan berapa banyak hak yang kita monopoli sendiri dan tidak membiarkan Tuhan ikut serta di dalamnya ?
26-27 tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku. Apa kata kunci kita kali ini? Mendengarkan suara-Ku, mengenal dan mengikut. Mendengar disini menggunakan kata akouo yang arti harafiahnya adalah mendengar dengan seksama, hingga sungguh sadar apa yang telah dikatakan, memberi telinga untuk mendengar pengajaran, mengerti dan memahami dengan benar. Alias nggak asal dengar, atau pura-pura dengar, apalagi kayanya dengar. Mengenal menggunakan kata ginoskow, yang artinya mengetahui, mencari tahu, mengenal secara dalam (sexual intercourse). Bukan hanya tau, bukan asal kenal, bukan juga asal tahu. Tapi layaknya suami mengenal isterinya dan sebaliknya. Tentunya mengenal yang seperti ini akan melahirkan suatu hubungan yang intim, karena kita sungguh2 bergaul dengan Tuhan. Mengikut (akoloutheo) yang bukan hanya berjalan dibelakang tapi menyertai, disertai, menjadi murid.
Dan bagi Domba-dombaNya tersedia hidup kekal selama-lamanya yang tidak terampas oleh siapapun.
Kini, sudahkah kita jadi dombaNya?

Merasa Benar di Jalan Yang Salah

Merasa Benar di Jalan Yang Salah
Yoh 14:6
1 Yoh 4:1
Roma 12:2

“Teologi abu-abu” pernah mendengarnya? Ya itu judul sebuah buku yang ditulis oleh seorang hamba Tuhan yang berpendapat bahwa Teologi Abu-abu adalah posisi theologi kaum pluralis. Karena teologi yang mereka bangun merupakan integrasi dari pelbagai warna kebenaran dari semua agama, filsafat dan budaya yang ada di dunia. Alkitab dipakai hanya sebagai salah satu sumber, itupun dianggap sebagai mitos. Dari perpaduan multi kebenaran ini, lahirlah theologi abu-abu, yaitu teologi bukan hitam, bukan juga putih, bukan teologi Kristen, bukan juga theologi salah satu agama yang ada di dunia ini. Inilah teologi abu-abu yang dengan bangga ditawarkan oleh kaum pluralis, sebagai teologi yang sempurna dan sangat tepat untuk menjawab persoalan fenomena pluralitas agama dan budaya di dunia. Menurutnya,teologi ini sedang meracuni, baik agama Kristen, maupun semua agama, dengan cara mencabut dan membuang semua unsur-unsur absolut yang diklaim oleh masing-masing agama. Dia berpendapat bahwa kaum pluralis sedang bermimpi untuk mengulangi keindahan taman Eden, dan membangun kembali menara Babel (Utopia).
Kini, kita juga tidak dapat memungkiri kita hidup dalam dunia yang abu-abu, yang memutarbalikan yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Kita hidup dalam dunia yang nyaris dan bahkan telah membuat kita bertindak, berpikir seperti dunia bertindak dan berpikir. Yang baik jadi jahat, yang jahat jadi baik; yang normal jadi tidak normal dan begitu juga sebaliknya. Akhirnya membuat kita merasa benar di jalan yang salah. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
HIDUP DALAM DUNIA MEMBUAT KITA BIASA HIDUP DENGAN CARA DUNIA. Hidup dalam dunia tanpa dipengaruhi dunia sangatlah sulit, karena untuk menjadi warga dunia kita juga harus memiliki kriteria yang tepat hingga kita dapat di terima oleh dunia. Misalnya: kita tidak akan menggunakan daster saat kita pergi ke kantor, atau menggunakan kaus singlet ketika kita memimpin rapat di perusahaan kita. Kita tidak makan batu atau biji-bijian, karena itu adalah makanan burung dan ayam bukan manusia. Apa yang terjadi bila kita melakukannya? Kita akan dianggap makhluk aneh, tidak biasa! Bahkan mungkin kita akan menjadi tikus percobaan oleh Ilmu pengetahuan.
Kuncinya adalah BIASA. Dunia berkata MENYONTEK, MENYUAP, MENYOGOK, itu biasa. Maka kita akan berlaku seperti apa yang biasa dunia lakukan. Sehingga kita dengan mudah mengatakan “Semua orang melakukannya kok! Kenapa saya tidak boleh.” Ingat bagaimana perasaan anda ketika anda pertama kali mencontek? TAKUT. Jawaban yang sama juga saya peroleh ketika saya bertanya kepada seorang gadis belia tentang perasaannya pertama kali melakukan hubungan seks di luar nikah. Takut! Tapi bagaimana perasaannya setelah dua, tiga, sepuluh bahkan lebih? Jawabannya adalah BIASA.
Orang-orang yang biasa akan jadi terbiasa. Orang orang yang terbiasa akan menjadikan dirinya tajam pada satu sisi dan tumpul pada bagian yang lain. Tapi bukankah pisau yang baik harus memiliki syarat seperti itu, tajam di satu sisi dan tumpul di sisi yang lain? Memamg benar, tapi bagaimana bila tajam dan tumpul di sisi yang salah? Dapatkah ia menjadi pisau yang baik? Atau dia hanya akan melukai dirinya sendiri. Begitulah orang-orang yang terbiasa dengan dosa. Perlahan tapi pasti ia akan menggiring dirinya kepada kematian.
Untungnya kita bukan hanya menjadi warga dunia, tapi kita dipilih dan dipanggil untuk menjadi warga kerajaan Allah. Apa dampaknya? Kita diperhadapkan dengan kriteria menjadi warga kerajaan Allah yang sama sekali berbeda dengan Kriteria yang diharapkan dunia, bahkan kriteria yang saling berlawanan satu dengan yang lain. Kini tugas kita adalah memilih! Kita akan ada di dalam dunia, tapi tidak serupa dengan dunia. Bagaimana? Apakah saya tidak disebut orang aneh nantinya?
1. Roma 12:2 “...berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Kata kunci yang pertama adalah berubahlah. Paulus menggunakan istilah Methaphor yang artinya adalah perubahan dari bentuk satu ke bentuk yang lain, namun Metafor adalah perubahan yang sama sekali berbeda dengan sekedar bentuk seperti air menjadi uap, es, atau sebaliknya. Adakah seekor kupu-kupu dapat berubah kembali ke bentuk ulat? TIDAK. Ya! Itulah perubahan yang dimaksud oleh Paulus. Perubahan yang benar2 berubah bukan karena tempat, situasi, dan kondisi. Perubahan yang 180 bukan 360 derajat. Kata kunci ke dua adalah oleh pembaharuan budimu. Paulus menggunakan kata nous yang berarti pikiran atau mind. Tahukah anda betapa bahayanya sebuah pikiran? Dari pikiran timbullah berbagai rancangan jahat. Oleh karena itu Paulus dalam 2 KOR 10:5, mengingatkan bahwa pikiran kita harus ditundukkan di dalam Kristus. Agar apa? Agar Kristus yang memegang kendali atas pikiran kita dan bukan diri kita sendiri atau iblis. Ketika Kristus sudah benar-benar menguasai pikiran kita, maka apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna menjadi pilihan kita. Lebih dari itu, ketika kita memilih apa yang salah, maka Dia sendiri yang akan menolong kita keluar dari pilihan tersebut dan kembali kepada pilihan yang tepat. Jadi berubalah oleh pembaharuan budimu artinya berubahlah dan engkau pasti berubah bila engkau telah dibaharui Kristus.
2. 1 Yoh 4:1 Ujilah tiap roh. Ujilah tiap perkataan. Ujilah tiap tindakan. Ujilah tiap pilihan...karena tidak semua perkataan, tindakan, pilihan, roh berasal dari Allah sendiri, tapi dari Nabi-nabi palsu yang pergi ke penjuru dunia. Apa tandanya anda menjawab soal ulangan dengan benar semua? Hasilnya bukan? 100, sempurna. Nah, kini Apa tandanya bahwa perkataan, tindakan, pilihan anda tepat atau benar di mata Tuhan? Hasilnya juga bukan? Hasil yang membuat diri kita dan orang lain lebih baik, lebih berkualitas, lebih meningkat dalam kasihnya, imannya, pengharapannya kepada Tuhan dan bukan kepada yang lain. Gimana caranya? Lihat buahnya!!! Kalo pohon kita adalah pohon yang baik, maka buahnya juga baik! Tapi bila pohon kita adalah pohon yang buruk maka buahnya buruk! Kini, lihat, rasakan, renungkan: apakah yang kita perbuat itu adalah sesuatu yang mendatangkan sukacita, damai, kasih, pengendalian diri...dkk (Gal 5:22)
3. Yoh 14:6. “Mengubah Tuan hidup kita dari diri kita sendiri kepada Tuhan susah...menguji tiap roh juga susah, ga bisa deh!” terlalu ambigu, terlalu rohani, susah untuk direalisasi. Yakin susah? Susah sih iyaa... tapi kalo mau ngak ada yang susah!! Yesus sudah membuktikannya dengan hidupnya. Maka dekat-dekatlah dengan Dia, bergaullah dengan Dia, teladanilah hidupNya, bacalah kesaksian hidupNya. maka tidak ada pilihan yang salah pilih lagi, tidak ada merasa benar di jalan yang salah. Kenapa karena Yesus sudah jadi cermin kita! Anytime, kita bis belajar dan bercermin pada kehidupan Yesus. Gelang WWJD, jangan Cuma dijadikan fashion!! Karena itu pengingat kita sebelum bertindak! Apa yang Yesus lakukan bila Ia berada dalam keadaan seperti saya? Belajar dariNya maka hidupmu akan menuju kepada keselamatan.

Kuasailah Dirimu dan Jadilah Tenang

Kuasailah Dirimu dan Jadilah Tenang
1 Petrus 4: 7

Mudahkah untuk menguasai diri dan menjadi tenang itu? Pasti banyak dari kita yang mengatakan sulit! Di jaman yang ‘panas’ini, orang-orang lebih mudah untuk menjadi panas dan tidak terkontrol, ketimbang tetap tenang dan berpikiran dingin. Pertanyaannya mengapa hal tersebut dapat terjadi? Tentunya bukan karena bumi sedang mengalami pemanasan global atau yang sering kita sebut sebagai Global Warming, tapi karena dunia sedang berada dalam kondisi Global Warning!

Apa maksud global warning disini? Dunia kita, perlahan tapi pasti akan menghadapi apa yang disebut dengan The End Of The World, Kiamat, Akhir Jaman, Harmagedon, Hari Penghakiman, Jaman Baru, atau apalah sebuatannya. Tanda bahaya dimana-mana mulai tampak. Bila Firman Tuhan mengingatkan bahwa di jaman akhir ini akan semakin banyak pengajar sesat dan nabi palsu, makin banyak orang yang tidak takut pada Tuhan, banyak juga manusia yang murtad, yang mulai meninggalkan Tuhannya untuk mencari tuhan lain, baik itu rasio, ilmu pengetahuan hingga ilmu gaib. kejahatan merajalela, bencana alam dan peperangan terjadi di seluruh dunia. Hasilnya ? dunia dilanda ketakutan masal!! Coba? Siapa yang tidak takut kalau begitu?

Ya!! Memang kondisi yang dunia alami membuat kita jadi takut, kuatir. Itu benar dan alamiah. Apalagi bila kita menyaksikan apa yang ditawarkan oleh media massa: ancaman “ Ditemukan jejak UFO di Sleman.” “Banjir bandang melanda Brisbane, menghanyutkan ratusan orang, mobil dan rumah.” Semua orang merasa terancam! Oleh karena itu mereka hidup dalam ketidaktenangan, ketakutan dan kekuatiran yang berlebihan bahkan mengikat kehidupan mereka. Manusia dipaksa untuk melihat apa yang terjadi di dalam dunia, sekarang, hari ini. Mereka dipaksa untuk melihat apa yang ada di depan mata beserta seluruh dampaknya bagi kehidupan manusia. Itulah yang membuat manusia hidup dipenuhi ketakutan dari yang wajar hingga tidak wajar.

Kini kalau dunia yang penuh ancaman ini membuat kita hidup dalam ketakutan, bagaimana kita dapat menjadi tenang? Apakah benar hidup kita berada dalam ancaman yang mematikan, yang tidak dapat kita hadapi dan kita kendalikan?

Eitsss!!! Tunggu dulu!! Adakah perkara yang tidak dapat kita hadapi bersama Tuhan? TIDAK bukan! Begitu juga ancaman hidup, kematian , akhir jaman, UFO sekalipun. Tidak ada satupun kekuatan yang dapat mengungguli dan melampaui kekuatan dan kuasa Tuhan. Firman Tuhan telah menyatakan dan membuktikannya kepada kita. Namun mengapa kita masih kuatir? Jawabannya: bukan perkaranya, persoalannya, ancamannya yang terlalu besar, tapi hati kita terlalu kecil untuk menghadapinya. Kita tidak dapat mengendalikan diri kita, pikiran kita, hati kita alih alih hidup,hingga keputusan kita dikendalikan oleh situasi, kondisi, termasuk oleh apa kata orang!

Nah kini bagaimana cara kita mengendalikan dan menguasai diri hingga kita tidak takluk terhadap ancaman dunia?
1. Kenali kuasa yang kita miliki sebagai orang percaya. Banyak dari kita sering berkata saya tidak bisa. Tahukah ketika kita mengatakan TIDAK BISA, kita sedang menutup banyak pintu bahkan mungkin seluruh pintu bagi kuasa Tuhan yang sudah diberikan kepada kita untuk bekerja! Luk 10: 19 “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.” Kita tahu bahwa kita bisa, tentunya bukan karena diri kita sendiri, tapi karena Tuhan yang memberikannya kepada kita. Sadarkah kita bahwa pemberian Tuhan adalah pemberian terbaik sehingga tidak ada yang dapat menandingi atau lebih baik dari pemberianNya tersebut. Konsekuwensinya adalah: Kuasa yang diberikanNya pasti MANJUR!! Dan bila kita memang sungguh-sungguh menggunakanNya , maka seperti yang telah diFirmnakanNya: tidak ada yang akan membahayakan kita! Tentu bukan berarti kita menjadi kebal terhadap segala penderitaan, bencana, kejahatan yang mungkin datang dalam hidup kita. Tapi kita akan tetap dapat selamat dari bahaya godaan, pikiran negatif, bisikkan, umpan, dakwaan dari IBLIS yang membuat kita kalah,lemah, jatuh, tidak berdaya dalam ketakutan dan kekuatiran kita!!
2. Pikirkan apa yang pantas, bukan apa yang tidak pantas. Roma 12:3 “ Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.” Berapa banyak kita yang pikirannya suka melampaui apa yang pantas kita pikirkan sebagai manusia. Ini tidak ada hubungannya dengan cita-cita setinggi langit loh! Lalu apa yang tidak pantas? Bila kita mulai ‘bernubuat’ atas apa yang anda tidak inginkan: nanti kalau... nanti anak saya kecelakaan naik motor gimana? Nanti kalau suami saya selingkuh, saya gimana? Nanti kalau saya mati muda gimana? Kalau rumah saya kena tsunami gimana? Nanti kalau hidup saya tidak bahagia setelah saya menikah bagaimana? Nanti kalau saya tidak dapat punya anak bagaimana? Kalau..kalau..kalau.... Kita sering kali berfokus terhadap apa yang tidak bisa kita hadapi. Mengapa kita tidak mengubah cara pandang kita dengan berfokus pada janji Allah, Firman Allah, dan iman kepada Allah. Oleh karena itu Rasul Paulus menekankan “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Fil 4:8
3. Biarkan Tuhan yang pegang kendali. Yakobus 3: 3-4 “3 Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.” “Bagaimana bisa kita dapat mengendalikan diri dengan kekuatan kita sendiri?” memang tidak bisa! Kita tidak akan pernah dapat mengendalikan diri dengan baik hanya dengan kekuatan kita sendiri. Oleh karena itu biarlah Dia yang empunya kuasa dan kendali dalam hidup kita mengendalikan kita sepenuhnya. Hingga walau kerasnya hidup menerpa kita akan tetap ada pada jalur yang tepat!
4. Kuasailah dirimu! 1 Petrus 4: 7 Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Bila Tuhan sudah pegang kendali, apa yang harus kita lakukan. Tokh kita bukan robot yang sekali dikendalikan, diprogram semuanya akan beres! Petrus tetap mengatakan bahwa kita harus menguasai diri kita. Bagaimana? Kata kuasailah (Sophroneo)dalam 1 petrus 4: 7 memiliki arti tidak hanya kuasai, namun juga melatihnya. Melatihnya tunduk dalam kuasa Allah, melatihnya berada dalam Firman Allah, melatihnya untuk menjadi sesuai dengan kehendak Allah, melatihnya agar dapat berfungsi sebagaimana yang Allah inginkan, yaitu agar kita senantiasa dapat berkomuniakasi dan bergaul dengan Allah melalui doa.
Tenang bukanlah barang langka bagi anak-anak Allah. karena di dalam Allah ketenangan adalah hal yang sangat lumrah, yang dapat diperoleh oleh setiap orang yang sungguh tinggal di dalam Allah

Jumat, 14 Januari 2011

Dipanggil, Dibentuk, Diutus

Dipanggil, Dibentuk, Diutus
Yesaya 49:1-7 Mazmur 40:1-11 I Korintus 1:1-9 Yohanes 1:29-42

Apakah saudara dan saya sudah merasa dipanggil? Atau jangan-jangan kita hanya merasa dipanggil? Bila sudah kira-kira mengapa Tuhan memanggil saudara dan saya? Apa keistimewaan saudara dan saya, hingga Allah memanggil kita? Apakah kita adalah manusia yang dapat dipercaya? Yang dapat dipegang janjinya? Yang setia? Yang berpengaruh? Yang tidak hidup dalam kemunafikan? Kemarahan, dengki dan dendam dan memiliki hidup yang ‘bersih’ di hadapanNya, Atau apa? Dapat dikatakan kita ini bukan manusia yang dapat dipercaya, kita kurang pandai dalam memegang janji, jauh dari setia, masih memilih untuk dipenuhi dengan kemarahan yang tidak sehat, dengan dengki dan dendam yang menghasilkan relasi yang buruk dengan orang lain, dan jauh dari hidup berkenan di hadapanNya! Tapi mengapa Allah tetap memanggil kita?

Alasan Allah memanggil, membentuk dan mengutus kita adalah:
1. Yesaya 42:6: Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa.
2. 1 Petrus: supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
3. Yesaya 49: 6: supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi.

Ia ingin kita tidak hanya menjadi objek tapi subjek penyelamatan. Ingat, hal ini dilakukanNya bukan karena Ia tidak bisa atau tidak biasa bekerja sendiri tapi karena Ia ingin kita kembali pada hakekat penciptaan kita, yaitu serupa dan segambar dengan diriNya, ciptaan yang mulia dan sempurna. Ia ingin kita memancarkan terang kemuliaanNya dalam dunia yang gelap ini dan menjadi perjanjian yang hidup, bukan hanya perjanjian hitam diatas putih, atau perjanjian dengan simbol-simbol keagamaan, namun perjanjian yang nyata bahwa melalui diri kita Allah memelihara dan menunjukkan Kasih setiaNya kepada dunia, dengan melakukan juga perbuatan-perbuatan yang ‘besar’ bagi dunia. Ia ingin dunia menikmati keselamatanNya! Dunia, bukan hanya Yesaya, Petrus, Paulus! Tapi dunia! Untuk itulah Ia memanggil kita.

Waduh! Bagaimana saya bisa melakukan perbuatan yang besar? Saya Cuma orang kecil yang tidak bisa apa-apa, tidak punya posisi, kuasa, pengaruh untuk bisa melakukan perbuatan besar. Coba kita lihat apa yang terbesar menurut Allah? Kasih! Mereka yang merendahkan diri seperti anak kecil! Yang mau menjadi pelayan dan bukan Bos! Mereka yang menyambut Tuhan layaknya seorang anak kecil yang penuh semangat, rasa ingin tahu, ingin kenal!Namun untuk dapat sungguh-sungguh melakukan hal-hal besar, perbuatan-perbuatan besar seseorang yang dipanggil tidak cukup hanya dengan berkata YA, SAYA BERSEDIA DIPANGGIL! Ia harus bersedia juga menjadi pribadi yang dibentuk dan ditempa agar ia dapat berfungsi sebagaimana Ia DIPANGGIL oleh Allah. Bagaimana Allah membentuk kita?
1. Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.(Yes 49:2). Apa fungsi utama dari sebilah pisau, anak panah? Untuk memotong bukan dan untuk ditembakkan pada sasaran yang tepat bukan? Membuat yang dipotong memiliki ukuran yang lebih baik, lebih pantas. Menacap tepat pada sasaran dan tidak mental dari sasaran karena ia tumpul. anda tidak akan memasukkan seekor ayam bulat-bulat ke dalam panci tanpa memotongnya menjadi beberapa bagian untuk membuat sepanci sup ayam yang lezat. Atau anda juga tidak akan memasukkan ayam bulat bulat yang baru saja selesai dipanggang ke dalam mulut anda bukan? Anda membutuhkan pisau untuk menjadikannya pantas! Begitu juga anda ingin anak panah anda dapat menancap pada sasaran yang tepat ketika anda berburu, yaitu pada buruan anda. Tapi banyak orang Krsiten termasuk saya menafsirkan: mulut sebagai pedang yang tajam, dengan cara yang berbeda, yaitu untuk menyakiti, untuk memberikan kritikan pedas, untuk menghujat, untuk membicarakan keburukkan orang lain, untuk menghina dan menjatuhkan orang lain. Melakukan hal tersebut sama dengan memnggunakan pisau untuk hal yang salah. Tuhan membuat mulut kita tajam layaknya pedang untuk membuat mereka yang mendengar menjadi lebih pantas untuk memperoleh keselamatan, menjadikan hati mereka lebih pantas untuk dipersembahkan kepada Tuhan, menjadikan perilaku mereka pantas disebut sebagai anak Tuhan, menjadikan mereka pribadi-pribadi yang pantas untuk kemuliaan Tuhan, dan bukan untuk menyakiti, membuat orang lain memiliki dendam kesumat dan kepahitan pada kita. Oleh karena itu yang membuat nya harus Allah sendiri bukan kita, dan yang menggunakannya juga harus Allah bukan kita dengan pengertian yang salah. Karena hasilnya akan salah sasaran semua!! Tuhan mengasah mulut (baca:ucapan) kita dengan hikmatNya yang menghibur, menguatkan, menyadarkan, menegur dengan lembut dan menyapa, agar apa yang kita ucapkan benar-benar tepat sasaran, yaitu memperkenalkan dunia kepada keselamatan dari Allah.
2. Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu.Demikianlah kamu tidak kekurangan dalam suatu karuniapun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. (1 Kor 1:5-6) bagaimana sebuah batu permata berharga dapat sungguh-sungguh menjadi batu yang berharga. Pertama-tama ia harus dicuci bersih, dipisahkan dari bebatuan yang tidak berharga, tanah dan kotoran yang menempel padanya oleh seorang penambang berlian. Lalu ia harus diasah dengan batu yang sama kerasnya oleh Sang pengasah batu. Tak lupa, sang pengasah batu juga harus sungguh-sungguh mahir membuat sudut-sudut yang tepat, agar batu permata anda menghasilkan cahaya yang indah, karena kesempurnaan sudut-sudutnya. Tentunya, bila anda memiliki batu permata yang berharga, anda tidak akan menyimpannya terus menerus, tapi akan memakainya dan menunjukkan bertaoa dia indah dan berharga. Tapi tanpa sebuah cangkang yang kokoh dan indah pula maka ia akan nampak tidak berharga. Misalnya anda membuatkan cangkang permata anda dari besi biasa yang dapat berkarat dan menjadi hitam. Anda akan membuatkan sebuah cangkang dari emas murni yang tidak luntur dan berkarat dengan kualitas pembuatan yang baik, tidak kasar tapi rapi. Nah...coba hitung sekarang berapa banyak penambahan nilai yang anda lakukan untuk permata anda? Banyak bukan? Ya untuk menjadi sungguh-sungguh berharga, sebuah permata yang sudah berharga sekalipun harus dilengkapi oleh banyak hal yang membuatnya menjadi lebih sempurna dalam kualitas, bentuk dan keindahan. Begitu juga dengan kita. KITA INI DASARNYA SUDAH SANGAT BERHARGA DI MATA TUHAN, bahkan sangat berharga. Tapi pembentukkanNya akan membuat kita jadi lebih indah, lebih bernilai, lebih kaya, lebih lengkap dan tidak kekurangan suatu apapun.

Sesungguhnya iapapun yang melihat kita yang sudah sedemikian rupa dibentuK dan dilengkapi baik dengan hikmat, pengetahuan, dan berbagai karunia akan kagum pada dia Sang Pembuat Maha Karya. Siapa lagi kalau bukan Allah sendiri! TAPIIIII....Ia buat itu semua bukan untuk kemuliaan dan kemashuran diriNya sendiri, bukan juga semata-mata agar kita siap diutus kemanapun, kapanpun dan dalam keadaaan apapun. Loh? Lalu untuk apa? Paulus dalam 1 Kor 1:8-9 menyatakan maksud Allah membentuk dan memperlengkapi kita adalah agar kita teguh dan tidak bercacat hingga kesudahannya, dan agar kita menjadi layak masuk dalam persekutuan dengan anakNya Yesus Kristus yang adalah setia.

Allah tidak egois. Ia tidak memikirkan misi, kehendak dan impianNya saja, tapi Ia ingin kita memiliki kehidupan yang terbaik, yang sempurna. Ia ingin kita menjadi layak. Ia ingin kita menjadi manusia-manusia yang berhasil mengatasi tantangan hidup dan menang oleh pilihan kita, bukan karena Ia yang memilihkannya bagi kita. Tapi melengkapi membentuk dan melengkapi kita saja tidak cukup bagi Allah untuk membuat kita sungguh2 mendapatkan kehidupan yang terbaik, yang sempurna yang tidak bercacat. Mengapa? Karena ernyata membentuk dan memperlengkapi berlianjauh lebih mudah dari pada membentuk dan memperlengkapi manusia. Loh ko bisa? Karena manusia punya FREEWILL. Manusia adalah makhluk hidup yang punya pilihan. Andaikata si batu permata punya FREEWILL ia juga mungkin akan melakukan hal yang sama dengan kita. Dengan kehendak bebasnya si batu permata dapat berkata saya tidak mau diasah, sudut2 saya sudah sempurna kok. Saya tidak mau diberi cangkang, saya tidak mau dibatasi oleh lapisan emas yang tidak seberapa. Duh bagaimana tuh?Kalau begitu bagaimana mau diutus? Menyebarkan keselamatan hingga ke penjuru dunia? Kita tetap memilih kehidupan yang biasa-biasa saja, yang tidak sempurna, dan yang bercacat.

Allah tidak pernah memperlakukan kita seperti prajurit yang selalu harus di depan. Kalo mati ya mati duluan. Ketika Allah mengutus kita Ia tidak sembunyi di belakang kita, alih- alih Ia berada di barisan paling depan. Itulah mengapa pertama-tama Allah mengutus Yesus, bukan hanya untuk berbicara kepada kita tentang apa itu keselamatan bagi dunia, namun juga berbicara secara langsung melalui hidupNya. Ia menyadarkan kita apa arti diutus, yaitu ketaatan penuh terhadap yang mengutus. Ia menunjukkan apa tugas seseorang yang diutus, yaitu menunjukkan kasih dan mewujudkan kerajaan Allah dimanapun, kapanpun. Loh, kan Yesus sudah naik ke sorga, Dia tidak ada di depan kita lagi dong! Eitsss jangan salah Dia memang secara fisik sudah tidak ada di tengah-tengah kita, tapi kita tidak akan pernah mau diutus bila Roh Allah tidak mendorong kita melakukannya. Kita tidak akan pernah benar-benar setia melakukannya bila Roh Allah tidak menguatkan kita.

Jadi apa yang dapat kita simpulkan? Yang melayakkan kita dipanggil, yang membentuk dan melengkapi kita, yang mengutus dan memampukan kita untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab ini hanya TUHAN. Bukan diri kita, bukan kuat kuasa kita. Dialah pemilik inisiatif, Dia pula yang menjadikan segala sesuatu menjadi baik! Kini apa respon kita?

Rabu, 12 Januari 2011

Bersedia Dibersihkan

Yohanes 15: 1-3

Kenapa sih kalau kita mau mengikut Tuhan, kita harus bersedia dibersihkan? Jawabannya harusnya sangat mudah loh!! Alasan yang pertama adalah untuk menjadi orang Kristen yang sejati kita perlu hidup dalam standar Tuhan, karena walaupun Tuhan menerima kita apa adanya, tapi Dia tidak akan membiarkan kita menjadi ciptaan yang seadanya. Yang Kedua, Dia ingin kita tumbuh yang bukan hanya sekedar tumbuh tapi Dia ingin kita menghasilkan apa yang baik, yang berharga, yang berguna bagi orang lain, bukan semata-mata bagi Dia.

Nah sebelum kita mengerti apa dan bagaimana Allah membersihkan kita. Mari kita cari tahu apa apa dan bagaimana berbuah itu. Apa yang dimaksud dengan berbuah? Ada beberapa hal pokok tentang berbuah yang harus kita perhatikan, yang tanpa kesemuanya ini berbuah adalah hal yang tidak mungkin terjadi:
1. Sebatang pohon tidak akan pernah berbuah, bila pertama-tama ia tidak mau mati!(Yoh 12:24). Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Bila biji tidak mau mati, jatuh ke tanah, dia tidak akan pernah bertumbuh menjadi pohon dan berbuah. Mati disini adalah pemberian diri, penyerahan ego dan hak hidup. Sebagai orang Kristen kita tidak akan berbuah, bila kita tidak mau menyerahkan hak kita kepada Allah, mematikan manusia lama dan tumbuh menjadi manusia baru, ciptaan yang baru!
2. Sebatang pohon tidak akan pernah berbuah, bila ia tidak berakar! Karena dari sanalah sumber kehidupannya diperoleh. Kita akan tetap menjadi biji mati yang tidak menghasilkan apapun, bila kita tidak mencari sumber hidup, yaitu sari-sari makanan yang terdapat dalam tanah. Namun untuk itu ia harus berusaha menembus rasa sakit ketika ia harus melewati lapisan tanah yang keras, berbatu, liat, bahkan kering. Tuhan memang hanya sejauh doa, tapi tetap harus ada doa bukan? Apa artinya? Tuhan memang tidak sulit untuk ditemui, Ia adalah Allah yang dekat dan bukan Allah yang jauh dalam hidup kita. Namun kita juga harus berani untuk merespon. Karena hidup manusia merupakan kebebasan yang Tuhan berikan untuk memilih. Kita punya andil yang besar untuk memilih arah hidup kita.

3. Sebatang pohon tidak akan pernah berbuah bila ia tidak mau bertumbuh! Tumbuh artinya bukan hanya soal menjadi besar, tapi menjadi semakin berakar, kuat, tahan dan berkembang. Ia akan semakin kuat menyerap sari-sari makanan dan berbagai mineral dari dalam tanah. Dan kelebihan sari makanan itulah yang kita sebut buah. Kita dapat berbuah bila kita terus menyerap sari makanan yang Allah sediakan bagi kita. Bagaimana kita menyerap. Menyerap adalah suatu proses memasuki yang dilakukan oleh semua bagian sel bukan hanya satu bagian. Kita dapat bertumbuh karena tubuh kita menyerap makanan, bukan hanya usus kita yang menyerap, tapi seluruh sel yang ada di tubuh kita ini menyerap makanan. Karena kalau tidak bentuk kita pasti tidak karuan. Lalu bagaimana kita sari-makanan dari Allah tersebut, yaitu ketika sari-sari makanan (Firman Allah) itu meresap ke dalam seluruh bagian kehidupan kita. Maka orang yang sungguh-sungguh bertumbuh adalah orang yang tidak hanya me dalam pelayanan di gereja, namun juga di rumah, di kantor, di lingkungan RT, RW. Dia akan bertumbuh danberkembang dalam kesemua aspek kehidupan secara adil dan merata, dan saat itulah Ia mulai berbuah

Apa yang dapat kita pelajari dari tahap-tahap sebatang pohon dan seorang pengikut Kristus memiliki kehidupan yang berbuah? Buah adalah hasil dari PROSES. Dia tidak ada dengan sendirinya. Ia ada karena proses yang panjang, sulit dan melelahkan. Tentunya 3 proses di atas tidak cukup untuk sebuah pohon menghasilkan buah yang baik, yang matang di pohon, manis dan tidak masam, banyak tidak sedikit, yang membesar tidak hanya jadi pentil buah. Lalu, butuh apa lagi? Butuh yang namanya PERAWATAN. Buat Saudara yang biasa merawat tumbuhan kesayangan, apa saja yang bisa dikategorikan sebagai perawatan? Menyirami, memberi pupuk, memberi penangkal hama, dan tentunya membersihkan. Nah sekarang, dari apa saja sebatang pohon dan seorang anak Allah harus dibersihkan agar hidupnya berbuah?

1. Ketika ia memiliki terlalu banyak dahan alias terlalu rimbun. Wah. Bukankah rimbun itu baik? Kita akan sangat menikmati pohon yang rimbun, apalagi bila cuaca sedang begitu panas dan kita membutuhkan tempat untuk berteduh dan mencari sedikit udara sejuk. Ya, memang! Tapi sebatang pohon ada bukan hanya untuk memberikan kesejukkan, manusia ada bukan hanya untuk memenuhi bumi, untuk menjadi karyawan, orang tua, atau berbagai macam pencapaian karier manusia. Sebatang pohon mangga akan lebih berarrti bila ia tidak hanya memberikan udara sejuk yang dapat dilakukan oleh setiap pohon, tapi berbuah mangga yang manis yang menambah nilai drinya. Bagaimana manusia dapat menajdi terlalu rimbun? Ketika ia tidak memiliki PRIORITAS. Ia sibuk memberi tapi tidak pernah memberi diri untuk diisi. Ia sibuk menjadi ini itu di sana sini, tapi ia lupa mempertahankan kualitas untuk menjadi ini dan itu, di sana sini. Kita akan senantiasa menjadi orang yang kekurangan dan kelaparan, bila kita tidak pernah memberi waktu untuk Tuhan mengisi hidup kita. “Yahhh...tapikan semua harus diperhatikan.” Saya kan harus menjadi suami, ayah, sekaligus kaka dan adik serta anak, saya juga harus menjadi karyawan yang baik, menjadi atasan yang baik buat karyawan saya, saya juga penatua di gereja kan katanya harus melayani juga” Lalu bagaimana dengan kita sebagai anak Allah. Tentunya kalau kita terus sibuk dengan diri kita dan lupa pada sumber makanan terbesar yang dapat membuat hidup kita bertumbuh dan berbuah, matang pada musimnya. Maz 1:1-3. Maka tentukan prioritas hidupmu! Bukan berarti kita tidak boleh menyediakan waktu untuk sesama kita termasuk untuk diri kita, tapi tentunya hubungan kita dengan sesama tidak akan menjadi hubungan yang berkualitas, bila kita tidak menjaga kualitas hidup kita. Sari-sari makanan apa yang akan disalurkan pada ranting-ranting sebatang pohon bila ia tidak pernah menyediakan waktu untuk menyerap?

2. Ketika ia memiliki banyak benalu dan hama yang menyerangnya. Saya punya satu pot lidah buaya dari ibu saya beberapa waktu lalu. Pertama-tama di dalam pot itu hanya ada lidah buaya yang sedang tumbuh subur, lama kelamaan tumbuh tanamana baru yan saya tidak pernah tau apa itu hingga ibu saya menyebutnya sebagai rumput gajah. Rumput itu menjalar kemana-mana menyebabkan tumbuhan lidah buaya saya mengering, sedang rumput gajahnya semakin subur. Akhirnya saya memutuskan untuk mengembalikan tumbuhan lidah buaya tersebut, karena saya sadar bahwa saya pandai merawat seekor anak anjing tapi tidak sepot tumbuhan. Apa yang ingin say katakan adalah banyak hal dalam hidup kita membuat kita mati. Mereka atau sesuatu itu menyerap seluruh kekuatan kita hingga akhirnya kita menyerah untuk terus bertumbuh dan berbuah. Apa saja itu? PERTAMA, Itu semua bisa berupa perasaan-perasaan yang mengikat kita seperti masa lalu, kepahitan, dendam, kuatir, kekecewaan, kesedihan dan lain sebagainya. KEDUA “bertemanlah dengan siapapun, tapi jangan bergaul dengan setiap orang” anda pernah mendengar pepatah tersebut? Bagi saya pepatah itu ada benarnya. Berteman dan bergaul memiliki kedekatan yang berbeda. Bergaul lebih dalam maknanya hanya sekedar berteman. Bergaul adalah proses pencampuran, pengadukkan pendapat, cara pandang, cara hidup, termasuk pikiran2 negatif. Jadi bergaul dengan sesama yang memiliki cara pandang, cara hidup, termasuk pikiran2 negatif tentu sah-sah saja, tapi tanpa kita bergaul dengan Tuhan, energi positif kita akan segerah habis tak berbekas. Hasilnya? MATI. Mereka dapat menjadi benalu dan hama yang menghambat kita berbuah dan menghasilkan hal yang baik. So, be aware, dengan siapa kita bergaul!

Nah sekarang bagaimana cara membersihkannya? Maz 1: 1-3, Yoh 15: 3 Yups tidak ada yang lain selain dari FIRMAN ALLAH sendiri. Pertanyaannya adalah bagaimana mau bersih bila Firman Tuhan tidak pernah dibaca? Tuhan bukan tukang kebun kita yang bila kita suruh bersihkan maka Ia akan dengan segera membersihkannya. Karena bersedia dibersihkan dalam hidup kita punya arti yang bukan hanya pasif, tapi aktif! Ketika kita, sebagai seorang anak di tangan Tuhan bersedia dibersihkan olehNya. Tuhan tidak akan masuk dalam hati kita tanpa kita membukakannya untukNya. Ia bukan tukang dobrak hati. Ia adalah Allah yang membiarkan kita untuk memilih, memilih untuk dibersihkan, dicuci, kepangkas, dan disitulah Allah membutuhkan kerelaan kita untuk MENYEDIAKAN WAKTU BAGINYA, DIUBAH OLEHNYA, DIPILIHKAN YANG BAIK OLEHNYA, TERMASUK DIKONTROL OLEHNYA...Mau? MAKA KAU AKAN BERBUAH!!

Minggu, 09 Januari 2011

Kasih seperti apa yang dimiliki dunia?

Kasih seperti apa yang dimiliki dunia?
Kasih seperti apa yang ada di dalam hatimu? Hatiku?
Kasih seperti apa yang kita berikan pada orang lain?
Kasih seperti apa yang kita beritakan melalui kehidupan, perkataan dan perbuatan kita?
Kasih seperti apa yang kita ingin miliki dalam keluarga, gereja, masyarakat kita?

Apakah semua jawabannya sama?
Atau berbeda satu dengan yang lain?
Apakah kita memilih kasih yang tulus, yang sabar, yang murah hati bagi diri kita sendiri?
Dan apakah kita memilih kasih yang munafik, yang mencari keuntungan bagi diri sendiri, yang akan kita berikan kepada dunia dan sesama kita?

Kalau kasih kita berikan, dengan penantian ucapan terima kasih, Itu bukan kasih.
Kalau kasih kita ucapkan hanya untuk membuat kita juga dikasihi, itu bukan kasih.
Kalau kasih kita lakukan, dengan harapan orang lain melakukan yang sama, itu bukan kasih
Itu hanya keegoisan kita...
Dan kegagalan kita mengerti Kasih yang sesungguhnya.

Kita dipilih..
Dipilih untuk menjadi pewarta kasih...
Kasih seperti apa?
Kasih yang sama dengan yang Tuhan berikan bagi kita.
Kasih yang tanpa pamrih, tanpa berkata ‘karena’, tapi kasih yang berkata ‘walaupun’

Kasih yang sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Kasih yang tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Kasih yang tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
Kasih yang menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Kasih yang tidak berkesudahan
Kasih yang tanpa kesemuanya itu, bukanlah kasih.
Sudahkah kita terpilih untuk memberitakan kasih?
Bila sudah, maka lakukanlah kesemuanya itu.

Tahun Baru, Harapan Baru Dengan Sinergi

Tahun Baru, Harapan Baru Dengan Sinergi
Fil 3: 13b, Roma 5:3-5

2011 telah tiba, apa yang menjadi harapan anda di tahun yang baru ini? Biasanya, kebanyakan dari kita akan membuat komitmen, rencana2 dan cita-cita baru yang belum sempat dicapai pada tahun sebelumnya. Banyak dari kita yang membuat komitmen yang sama dengan komitmen tahun yang lalu, tapi bukan karena terlalu banyak target yang harus dicapai, hingga kita kehabisan tenaga untuk mencapainya, namun karena kita pandai untuk memulai tapi tidak pandai dalam menyelesaikannya.

coba kita lihat, berapa banyak dari kita yang bertekad untuk mulai membaca Alkitab dari kejadian sampai Wahyu selama satu tahun, dan akhirnya berhenti di akhir Kitab Kejadian, atau malah melompat langsung ke Wahyu? Berapa banyak kita berjanji pada diri kita sendiri untuk memasuki semester baru dengan semangat belajar yang baru nyatanya malah memiliki semangat belajar yang ngak jauh beda bahkan lebih buruk? Berapa banyak dari kita yang berjanji untuk lebih memperhatikan orangg tua, sahabat hingga kekasih, tapi malah semakin tidak punya waktu untuk mereka. Pun punya waktu, malah digunakan untuk bertengkar.

Kita dapat melontarkan berbagai macam alasan dari yang rasional hingga irrasional. Tapi sebenarnya alasan kita hanya kita lontarkan untuk menutupi kemalasan kita. Kita memang manusia yang pandai untuk mencapai sesuatu, tapi tidak cakap mempertahankannya. Kenapa itu kerap kali terjadi dalam hidup kita? Tentunya bukan tanpa alasan, bukan? Mari kita periksa diri:
1. Apa yang biasanya membuat kita merancangkan sebuah komitmen, cita2, atau harapan? Kebanyakan manusia, mulai merancangkan sebuah komitmen ketika berada dalam situasi dan kondisi tertentu. Misalnya: ketika teman buat komitmen, ketika habis pulang Re-treat, habis ibadah KKR akhir tahun yang ada altar callnya, abis baca buku Mario Teguh...dll. Kesimpulan pertama, kita ini manusia baru mau maju kalo ada yang dorongan positif yang menggugah, menyentuh, intinya banyak manusia tidak punya INISIATIF mengubah diri menjadi lebih baik, bila tidak ada keadaan yang merangsang, berpihak dan mendukungnya untuk menjadi lebih baik.
Mari kita lihat apa yang dilakukan Paulus:
- Ay 10. Merupakan kehendak, cita-cita dan komitmen Paulus. Coba perhatikan adakah kondisi dan situasi positif yang mendorong atau merangsang Paulus untuk membuat sebuah komitmen? Bisa dikatakan malah nyaris tidak ada. Yang tadinya berada di pihaknya sekarang menjadi sekutunya. Yang tadinya membelanya sekarang malah mau menghabisinya, dan dapat dikatakan semua orang meninggalkan Paulus karena komitmen yang dibuatnya itu. Tapi adakah Paulus mundur? TIDAK!! Dia sendirian, tidak ada yang mendukung dan membantunya untuk mewujudkan komitmennya tersebut (selain jemaat yang dilayaninya). Tapi ia tidak menyerah, Paulus tetap menjalankan dan mewujudkan komitmen yang ia yakini sebagai yang baik baginya dan benar di hadapan Allah. KINI, bagaimana dengan kita? Bila kita jadi Paulus, akankah kita melakukan hal yang sama seperti Paulus? Atau kita memilih jalan yang aman, yaitu memilih menjadi sama dengan rekan kita, sahabat kita, mereka yang berpengaruh dalam hidup kita, atau berani menyatakan komitmen kita yang benar bagi dan di hadapan Allah dan berbalik menjadi ‘lawan’ sahabat, rekan bahkan orang yang berpengaruh dalam hidup kita?
2. Kehidupan manusia di masa kini memang dipengaruni oleh masa lalu dan kehidupan di masa depan dipengaruhi oleh pilihan-pilihan yang kita ambil pada masa kini. Anda sepakat dengan pernyataan ini? Saya sepakat! Masa lalu saya yang saya nilai tidak bersahabat dengan saya telah membentuk pribadi saya yang keras kepala, tapi ketika saya telah mengetahui kebenaran bahwa Kasih adalah kelemah lembutan dan bukan keras kepala (tentunya dengan menyadari bahwa keras kepala sama sekali berbeda dengan berprinsip), tentunya seharusnya saya berkomitmen untuk menjadi lemah lembut di masa mendatang, bukan? Tapi saya tidak akan dapat menjadi orang yang lemah lebut di kemudian hari bila saya tidak memulainya dari sekarang. Nah, bagaimana kalau saya memutuskan untuk tidak berubah dan terus mengingat masa lalu saya yang buruk yang menjadikan saya keras kepala bahkan menjadi pemurung? Saya tidak akan pernah menajdi manusia yang lembut hingga kapanpun. Tahukah kita mengapa banyak dari kita tidak berhasil menjalankan komitmen yang telah kita buat? Karena kita biarkan diri kita terikat pada masa lalu yang mengingatkan kita pada hal hal-negatif seperti kegagalan, sakit hati, kepahitan, kesedihan, ataupun yang ‘positif’ kenyamanan, kenikmatan, kebahagiaan, kemakmuran dan banyak hal lain... Maukah anda menjadi manusia yang lebih baik kalau mau bersikaplah seperti Paulus bersikap:
- Ay.13b. menjadi cara Paulus untuk dapat mewujudkan komitmennya. Ia meninggalkan apa yang dibelakang dan mengarahkan diri kepada apa yang ada dihadapannya. Ia tidak mengingat betapa bahagianya ia ketika menjadi seorang Yahudi yang menghabisi orang Kristen dimanapun. Ia tidak mengingat betapa ia dibenci oleh orang Kristen dimanapun karena sikapnya yang membenci mereka. Tapi ia mengarahkan hidupnya pada panggilan Tuhan, yaitu menjadi pelayan Tuhan yang setia. Dan ia membuktikannya dengan kehidupan dan pelayanannya sepanjang sisa hidupnya.
3. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian, adalah pribahasa yang selalu dikatakan oleh ibu saya ketika saya mulai malas belajar. Masakan kita mau senangnya saja dan tidak mau merasakan susahnya hidup. Kita ingin kaya tapi tak mau bekerja. Kita ingin pandai tapi ngak mau belajar. Kita ingin naik kelas dengan nilai baik tapi masuk sekolah saja malas. Intinya untuk meraih harapan baru, dan sungguh-sungguh mewujudkannya harus pakai usaha. Kita ingin jadi orang sabar, tapi kita tidak pernah menghadapi sesuatu, kondisi atau situasi yang buat kita ngak sabar, gimana caranya kita bisa belajar sabar? Harapan, cita-cita dan komitmen adalah sesuatu yang harus kita capai bukan kita tunggu hingga ia menghampiri kita. Jangan lihat kesulitannya, sengsaranya, susahnya, lihat tujuannya, lihat Goalnya!! Kita menjadi pribadi yang makin baik, makin dikasihi Tuhan, makin jadi berkat...dengan begitu kita akan mendapat semangat dorongan untuk menajdi tekun, seperti kata Paulus pada jemaat di Roma:
- “karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan” pernyataan ini memang agak bertentangan dengan pernyataan Phk bahwa hidup adalah kesia-siaan. Tapi mengapa itu bertentangan? Karena Paulus memandang hidup, kesulitan, tantangan dari kacamata Allah dan bukan kacamata manusia. Hidup memang kesia-siaan, ya! Bila tanpa Allah di dalamnya!

Paulus dapat berkomitmen, meninggalkan masa lalu dan menatap ke depan dengan penuh harapan bukan karena ia memang orang yang hebat, kuat dan mampu. Tapi karena Ia sadar bahwa Ia punya Allah yang menjadikan hidupnya tidak sia-sia

Bertahan di Tengah Dunia Yang Membenci Kebenaran

Bertahan di Tengah Dunia Yang Membenci Kebenaran
Matius 5: 10-12
10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.
Apa pendapat Saudara tentang ucapan bahagia menurut Yesus ini? Adakah dari kita yang mengatakan bahwa kotbah Yesus adalah kotbah yang tidak masuk akal, tidak humanis, dan tidak normal bagi manusia. Ya! Termasuk saya pernah mengatakan yang demikian. Siapa yang mau dianiaya. Mendengar seorang pendeta dianiaya karena berkotbah di gereja yang sedang disengketakan saja sudah bikin merinding apalagi menyerahkan diri secara sukarela untuk dianiaya. Anda dan saya mungkin akan lebih memilih mencari cara untuk tidak mengungkapkan kebenaran bila dengan mengungkapkannya hidup kita bahkan orang-orang yang kita kasihi terancam.
Tapi...ternyata sesuatu yang pernah saya anggap tidak masuk akal ini, menginspirasi banyak orang Kristen, termasuk para rasul dan bapa-bapa gereja hingga jemaat2 Tuhan di berbagai tempat dan benua di seluruh penjuru dunia ini. Begitu menginspirasinya hingga mereka begitu rela dan sukacita melakukannya. Meskipun mereka harus menderita, dikejar, dimasukkan ke dalam penjara, diancam untuk dibunuh hingga benar-benar dibunuh, mereka menjalaninya dengan penuh harapan. Bagi kita yang tinggal di jaman modern sekarang ini mungkin akan menyebut mereka sebagai orang –orang sakaw, atau orang orang yang putus asa. Lebih baik mati!
Pertanyaannya adalah mengapa? Mengapa mereka mau? Apakah yang mereka berikan sepadan dengan yang akan mereka terima? Memangnya apa yang akan mereka terima? Apakah yang akan mereka terima adalah sesuatu yang benar-benar nyata? Atau hanya ilusi bahkan mimpi? Menerima uang atau rumah, atau harta benda lainnya akan menjadikannya hal yang sepedan bagi banyak orang, tapi Kerajaan Allah? Apa yang membuatnya menjadi sepadan?
Tentunya kerajaan Allah disini bukanlah kerajaan Allah yang anda bayangkan layaknya sebuah kastil yang dikelilingi oleh taman yang berbunga beserta aliran air jernih dengan bebatuan mulia yang membuatnya nampak sangat mewah dan berkilau. Kerajaan Allah juga bukan soal tempat yang aman, yang membuat kita merasa hommie karena dijaga oleh pasukan malaikat Allah, yang akan menjamin kehidupan yang bebas dari kejahatan, kriminalitas, perampokan, dan semua yang membuat hidup menjadi penuh dengan ketakutan, alias nyaman selama-lamanya. Bukan juga karena yang namanya kerajaan Allah yang pasti berkelimpahan, maka hidup kita juga akan berkelimpahan, kaya, makmur, hingga turunan keberapapun...
Lalu seperti apa kerajaan Allah yang diidamkan para rasul, Bapa Gereja dan sedikit pengikut Kristus ini? Hal pertama yang harus kita sadari adalah kerajaan Allah bukanlah tempat. Bukan juga lokasi dan bangunan yang mewah dan megah. Kerajaan Allah adalah soal eksistensi Allah yang membentuk sikap hati yang benar, yang kuat, yang positif, yang membawa kedamaian dan sukacita. Dan hal tersebut tidak akan pernah terwujud tanpa menjadikan Allah sendiri sebagai pemerintah di dalamnya, karena kerajaan Allah juga adalah keadaan dimana Allah berperan sebagai pemimpin, raja, Tuhan dan penguasa baik pikiran hati dan tubuh.
Nah, bila hal itu memang terjadi, bila Allah sungguh memerintah hati dan pikiran manusia, apa yang paling mungkin terjadi? Damai, sukacita, ketenangan yang sejati. Bukan yang ditawarkan dunia, putaw, estacy, alkohol, seks, bahkan kekayaan bukan? Dan mungkin yang bagi dunia hanya sebuah impian bahkan khayalan. Tapi nyatanya tidak bagi mereka yang mengalaminya. Damai, sukacita, ketenangan dan keselamatan sejati, yang tidak terbatas oleh situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan mereka mau mengalami penganiayaan.
Apakah semua ini sungguh nyata bagi mereka yang mengalaminya? Bukan sekedar euforia belaka, atau khayalan karena banyaknya tekanan dan penderitaan yang harus dihadapi? Ternyata bukan. Mengapa?Karena Yesus bukan khayalan. Ia ada dalam sejarah manusia dan bahkan mengubah sejarah manusia. Masalahnya kini adalah bagaimana caranya kita bisa menikmati dan mengalami kerajaan Allah itu. Kerajaan Allah yang tidak ada tandingannya di dunia ini?
Yesus mengatakan: Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran. Berarti yang membawa manusia pada pengalaman Kerajaan Allah (pengalaman kebahagiaan yang sejati ) sesungguhnya bukan aniayanya, melainkan...kebenarannya, righteousness. Apakah kebenaran itu? Apakah lawannya kebohongan? Apakah lawannya penipuan? Atau apa saja yang dianggap benar oleh dunia? Tidak! Lalu apakah kebenaran itu? Allah sendiri, Yesus sendiri, Kristus sendiri!! Jadi ayatnya sesungguhnya dapat berubah menjadi “berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab Kristus” mengapa?
Karena orang yang memilih Kristus adalah orang yang memilih hidup dan bukan kematian. Orang yang memilih Kristus adalah orang yang menang dan bukan yang kalah, orang yang memilih Kristus adalah orang yang menjadi berkat dan bukan kutuk, orang yang memilih Kristus adalah orang yang memilih menjadi benar lebih dari sekedar menjadi baik. Orang yang memilih Kristus adalah orang yang hidupnya berarti, artinya tidak sia-sia. Ia akan selalu menjadi inspirasi, apa yang dilakukannya akan menjadi sumber kekuatan bagi orang lain yang melimpahkan berkat.
Berarti orang yang akan memiliki kerajaan Allah adalah orang orang yang memilih untuk hidup seperti, bagi dan oleh Kristus. Mereka yang melakukan Kebenaran yang seturut dengan kebenaran Kristus, bukan apa yang dianggap benar oleh dunia. 2 Kor 6: 9-10 Tapi bagaimana kita dapat bertahan di dalam dunia yang tidak mengenal kebenaran ini?
1. Fokus pada tujuan. Proses seberat apapun bila kita tahu tujuannya yang luar biasa (BAHAGIA). Maka kita akan mendorong diri kita untuk sampai pada tujuan akhir, hidup yang berkemenangan bersama Tuhan. Ingat, hidup berkemenangan bukan soal keselamatan di akherat saja, namun keselamatan di dunia, sukacita, damai, tentram yang hadir setiap hari, waktu dalam hidup anda. Bukan juga berarti tidak ada yang akan membuat kita sedih, tertekan, marah, tapi bagaimana dari semuanya itu kita menjadi pribadi yang lebih baik.
2. Karena kita manusia tidak akan pernah mampu melakukan apa yang benar menurut Tuhan tanpa Tuhan sendiri menolong kita, maka jadikan Ia pusat dalam hidup kita. Kita tidak akan pernah bisa hidup benar tanpa sumber yang benar. Karena sama seperti bagaimana kita akan mengeluarkan seekor gajah dari dalam kamar kita tanpa memasukkannya terlebih dahulu? Bagaiamana sebuah talang air akan dapat mengalirkan air tanpa ada air yang mengalirinya? Hidup kita tidak akan pernah jadi benar tanpa Tuhan. Kita akan senantiasa memilih apa yang tidak benar, tanpa Tuhan mengaliri kita dengan kebenaran sejati.

Selasa, 04 Januari 2011

Sang Damai Telah Datang!

Sang Damai Telah Datang!
1 Yohanes 2: 1-17

Sudah berapa lama Saudara merayakan natal ? 10, 20, 60, 85 tahun? Bahkan sepanjang kehidupan kita, kita telah merayakan natal. Begitu juga dunia. Dunia telah merayakan natal lebih dari 2000 tahun bukan? Tepatnya sejak abad ke 4. Namun, apa yang dihasilkan dari natal? Apakah Natal membuat dunia menjadi lebih baik? Bukankah yang miskin bertambah banyak? Jumlah mereka yang susah dan lelah semakin meningkat? Kejahatan semakin merajalela?perang dimana2...bahkan di rumah perang antar anggota keluarga, di kantor dengan sesama rekan kerja, di sekolah bersama sahabat, di masyarakat sama....semua yang buruk bertambah..Lalu apa makna natal bagi kita dan dunia, bila itu sama sekali tidak mengubah kehidupan menjadi lebih baik.

Mengapa natal dirayakan tanpa mengubah segala sesuatupun menjadi lebih baik? Jangan-jangan natal juga tidak mengubah kita. Belasan hingga puluhan tahun merayakan natal sama sekali tidak mengubah kita menajdi pribadi yang lebih baik, alih alih natal ters menerus menjadi perayaan tahunan yang melelahkan, lelah jadi panitia, lelah jadi sie perlengkapan, lelah kerja sendiri, lelah karena tak bisa berlibur, bahkan tahun ini ada re-treat jemaat yang membuat tubuh, pikiran jadi ambruk..bruk...brukkk.

MENGAPA ITU DAPAT TERJADI DALAM KEHIDUPAN KITA YANG MENYATAKAN ORANG KRISTEN?
1. Karena natal menjadi perayaan ulang tahun dan bukan perayaan kesetiaan dan kehadiran Tuhan di tengah-tengah kehidupan manusia. Tuhan Yesus kembali menjadi bayi setiap tahunnya dan kita memperlakukannya layaknya bayi kecil yang lucu, imut, yang tak berdaya, yang hanya mempu menangis ketika lapar, haus atau ingin buang air. Bukan Raja dan Tuan yang memerintah hati dan pikiran kita...Tak mengherankan bukan bila kita kehilangan keajaiban natal. Karena tanpa kita sadari kita menghilangkan Dia sang keajaiban itu sendiri. Kristus! Natal tanpa Kristus sendiri di dalamnya, bukanlah natal, tapi sebuah perayaan tanpa makna.

Kini pertanyaan bagi kita untuk apa Dia datang? Tentunya bukan hanya untuk memberikan keselamatan. Saya selalu yakin kedatanganNya bukan soal dogma yang menyatakan bahwa : bila Kristus Tuhan tidak menajdi manusia maka penebusan manusia atas dosa tidak akan berarti, karena tidak sepadan. Tapi karena Allah punya misi yang lebih dari sekedar penebusan, lebih dari sekedar keselamatan. (walau mungkin kita akan berkata bahwa keselamatan bukan sekedar tapi segala-galanya)

Lalu untuk apa dia hadir di tengah kerusuhan dan keegoisan manusia?
1. 1 John 2:1 ...kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa... pengantara untuk apa? Untuk mengenal siapa Bapa. Siapa dari kita yang tahu dengan pasti Tuhan itu seperti apa, wajahnya? kehendakNya? Rencana dan rancanganNya? Tidak ada yang tahu!! Hanya melalui Yesus kita menjadi tahu. Tentunya jangan harap kita bisa tahu 100 % tidak ada manusia yang dapat mengenal Allah 100% , tapi bukan karena Yesus bukan perantara, penghantar yang baik tapi karena:
- kita membuat diri kita yang terbatas ini semakin terbatas. Seseorang yang mengatakan ingin merasakan seperti apa rasanya tersengat listrik tapi ia menggunakan sarung tangan tebal, bagaimana ia dapat merasakan yang namanya tersengat listrik? Berapa banyak dari kita mengulang kesalahan yang sama dengan nenek moyang kita, Adam dan Hawa. Apa yang mereka lakukan? Mereka yang telah jatuh ke dalam dosa bukan mencari Allah dan bertobat, malah menjauh lari dari Allah, lebih dari itu mereka saling menyalahkan satu dengan yang lain, mencoba untuk berkelit, ingin menang sendiri!! Kita ingin mengenal Allah, kita ingin disentuh Allah, kita ingin dikasihi Allah tapi kita menjauh dariNya, kita menciptakan dan membangun banyak sekali tembok-tembok di sekitar kita untuk menjauhkan diri dari Allah. Tembok egois, tembok ingin menang sendiri, tembok tidak mau disalahkan dan dikritik, tembok harga diri, tembok menyalahkan orang lain....dan masih banyak lagi tembok yang kita buat. Yesus datang untuk meruntuhkan tembok-tembok itu, agar manusia sadar seberapa jauh sesungguhnya mereka dari Allah dan betapa mereka tidak mengenal Allah. Namun tidak seperti peruntuh tembok yang biasa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari yang sering kali menggunakan kekerasan, Yesus menggunakan cara yang paling lembut, yaitu pengosongan dan penyerahan diri secara total bagi manusia.
- Allah ingin kita terlibat dalam pengenalan diriNya. Allah ingin manusia lebih mengenal Allah, bukan sekedar tahu siapa dan apa. Ia ingin kita mengalami diriNya, karena sesungguhnya dari sanalah kita mendapatkan pengenalan secara pribadi. Ia ingin kita juga mencariNya dan bukan hanya menerima ajaran, teori tentang siapa Dia, semata-mata bukan karena Ia ingin kita susah, tapi Ia ingin kita bertumbuh dalam pengenalan yang benar secara ‘privat’ alias langsung dari sumbernya.Tapi bagaimana bisa? Dia ga keliatan! RancanganNya jelas jauh sekali dari rancangan kita!! OLEH KARENA ITU IA menyatakan diri kepada manusia sebagai manusia yang dapat dirangkul, disentuh, diteladani kehidupanNya.
2. ...Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.hidup tenang adalah impian semua orang... setuju? Namun apakah itu hanyalah impian yang tidak akan pernah dapat terwujud? Ya bagi manusia yang hidup tanpa Tuhan! Menjadi pendamai disini bukan semata-mata penebus, atau bahkan penghilang dosa. Dosa tidak akan pernah hilang selama kita masih ada di dunia, selama si jahat masih dengan bebas berkeliaran menguasai dunia. Lalu apa makna pendamai disini? Dengan kehadiranNya, kehidupanNya hingga kematianNya, Ia menjadikan hidup kita TIDAK dikejar pahala dan kewajiban menjalankan hukum taurat. Ia ingin kita memiliki hidup yang tenang damai dan sukacita, bukan penuh ketakutan, kekuatiran dan keraguan. Ia ingin kita menghidupi kebebasan yang bertanggung jawab bukan hidup dalam keterbatasan dan kungkungan hukum. Ia ingin kita dapat mengatakan: “aku mampu melakukan hukum karena aku mengasihi Tuhan yang memberiku kebebasan, pembaharuan dan kekuatan untuk melakukannya, ( ay 5) dan bukan aku terpaksa memenuhi hukum karena bila tidak aku akan terkena hukuman.(ay 4)” Mata ganti mata hanya akan membuat dunia mengalami kebutaan total. Apa artinya? Manusia dapat berelasi dengan Allah dengan sikap hati yang benar...bukan dilandasi oleh rasa takut tapi kagum dan syukur! Hasilnya: RELASI YANG BARU, RELASI YANG DIPERBAHARUI, DAN RELASI YANG MEMBAWA PEMBAHARUAN DALAM HIDUPNYA DAN HIDUP SESAMANYA.
PERTANYAANNYA ADALAH? Mengapa Allah memilih jalan yang sulit? Mengapa Allah memilih pembunuhan anakNya sendiri untuk membawa ketenangan bagi dunia? Mengapa Allah memakai kekerasan untuk memutus rantai kekerasan?
1. Bukan karena Ia ingin menyatakan kekuasaanNya terhadap anakNya
2. Bukan karena Ia tidak punya jalan keluar lain.
3. Bukan karena Ia tidak sayang pada anakNya.
Tapi karena Ia ingin menunjukkan:
1. Hasil dari pilihan manusia. Manusia diciptakan bukan untuk menjadi robot. Bukan untuk menjalankan program saja. Manusia diciptakan untuk bekerja dan mengusahakan diri menjadi lebih baik, karena Allah sendiri yang telah menyediakan segala sesuatunya dalam diri manusia. Allah ingin manusia belajar dari kegagalan, pilihan yang salah, dan berubah!
2. Bahwa manusia TIDAK lemah. Walau manusia masih dapat berbuat dosa tapi Ia ingin kita tahu bahwa kita dapat membuat diri kita tidak dikuasai dosa, tapi dikuasai Allah. Ingin kita tahu bahwa apa yang ditulis di dalam Alkitab bukanlah suatu kesia-siaan, bukan sekedar tips hidup tapi kesaksian hidup dari Allah sekaligus manusia yang hidup, yang mampu mengatasi keinginan untuk berdosa.
3. Bahwa damai adalah sesuatu yang bukan ilusi, tapi dapat menjadi realita BILA DIA DITEMPATKAN DI DALAM KITA