Selasa, 07 Februari 2012

Lebih Dari Sekedar Nabi

Siapakah seorang nabi itu? KBBI mendefinisikan seorang nabi sebagai seorang yang dipilih Allah untuk menerima wahyuNya. Bagaimana dengan Yesus? Apakah Ia hanyalah seorang nabi yang dikirim ke dunia untuk menjadi pewarta wahyu Allah? Dengan mudah kita dapat berkata dengan cepat: “TIDAK! Yesus lebih dari sekedar nabi, Yesus adalah anak Allah.” Ya! Semua orang memang dapat dengan mudah mengatakan Yesus adalah anak Allah. Tapi apa dampak dari ucapan dan pengakuan tersebut yang tidak mudah untuk diwujudkan.

Ketika kita mengaku bahwa Yesus lebih dari sekedar nabi, namun Ialah Allah, Tuhan, Tuan dalam hidup kita, bahkan sebagai Juruselamat kita, kita harus dapat membuktikan pengakuan tersebut bukan? Ketika kita mengatakan bahwa Yesus itu Allah dan Tuhan, pada kenyataannya sering kali kita tidak memperlakukkan Dia layaknya seorang Allah, yang dipuja, disembah dengan segenap hati dan jiwa, tapi hanya dengan bibir, tangan, kaki, intelektual saja.

Begitu pula ketika kita mengaku bahwa Ia adalah seorang juru selamat bagi kita, pada kenyataannya banyak dari kita tidak memilih untuk melakukan jalan-jalan keselamatan yang telah Ia ajarkan dan teladankan melalui seluruh hidupNya, alih-alih kita semakin menjauh dari jalanNya yang menyelamatkan dan memilih jalan dunia yang menyenangkan.

Pengakuan bahwa Ia lebih dari sekedar nabi memang penting, tapi memperlakukanNya lebih dari sekedar nabi jauh lebih penting. Karena pengakuan berbanding lurus dengan sikap yang menjadi bukti nyata dari pengakuan tersebut. Bila kita hanya mampu mengaku namun tidak mampu membuktikan pengakuan tersebut, maka kita tidak lebih dari seorang penipu yang menipu diri sendiri dan orang lain. Karena sebuah pengakuan lahir dari diri bagi orang lain.

Jadi mari kita akui bahwa Yesus lebih dari sekedar nabi dengan juga memperlakukan Dia lebih dari sekedar nabi, yaitu sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.

Perjumpaan Yang Mengubahkan

Perjumpaan yang mengubahkan

Pernahkan Anda berjumpa dengan seseorang yang baik secara langsung atau tidak langsung mengubah hidup anda? Orang seperti apakah ia? Apa yang membuat Anda mengatakan bahwa ia mengubah hidup Anda? Dan apa yang berubah?

Anda pasti memiliki alasan dan jawaban sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain dan subjektif sifatnya. Misalkan saja Anda bertemu dengan seorang pemulung tua yang sedang bekerja di tengah siang hari bolong, bagi Anda, pemulung tua tersebut menjadi sebuah inspirasi yang begitu melekat pada hati Anda. Tapi orang lain belum tentu merasakan hal yang sama dengan Anda. Mengapa demikian? Karena, perjumpaan bersifat pribadi. Mengubah seseorang, belum tentu mengubah orang yang lain.

Kini, yang menjadi permasalahan adalah ketika manusia berjumpa dengan Tuhan. Bukankah Tuhan terlalu besar untuk ditolak? Bukankah Tuhan terlalu besar untuk tidak menjadi sebuah inspirasi? Rasanya tidak mungkin bila Tuhan tidak dapat menjadi sebuah inspirasi. Namun, pada kenyataannya memang seperti itu. Tidak semua orang yang berjumpa dengan Tuhan mengalami perubahan. Dimana letak kekeliruannya? Apakah Tuhan bisa mengalami kegagalan juga?

Ternyata kuncinya bukan pada perjumpaan tapi pada kesiapan hati untuk mengalami perubahan. Bukan Tuhan yang gagal tapi manusia yang gagal memaknai perjumpaan dengan Tuhan, manusia yang mengeraskan hati dan tetap pada pendirian mereka yang mereka anggap benar. Orang Farisi dan Ahli taurat contohnya. Mereka berjumpa dengan Yesus setiap hari, bahkan dalam setiap hari itu mereka dapat menemukan Yesus mengajar dengan penuh hikmat dan melakukan mujizat-mujizat, tapi apakah mereka berubah? TIDAK. Alih alih seorang perempuan Samaria yang baru pertama kali berjumpa dengan Yesus, ternyata dapat mengalami perubahan dalam seluruh hidupnya.

Jadi bila kini kita belum mengalami perubahan, jangan cepat-cepat berkata: “Tuhan mujizatnya kurang nyata!” atau “ Tuhan berkatnya kurang banyak.” Tapi mari periksa dengan seksama kesiapan hati kita untuk berubah menjadi lebih baik. (YL_12)