Minggu, 08 Februari 2009

Persembahan Kain dan Habil

Pertanyaan refleksi:

  1. Apa makna dari persembahan?
  2. Kenapa saudara memberikan persembahan?
  3. Apa pertimbangan saudara ketika memberikan persembahan?

- jumlahnya? (kuantitas)

- mutunya? (kualitas)

- lain-lain?

  1. Apa yang menyebabkan persembahan Kain ditolak oleh Tuhan? Dan sebaliknya persembahan Habel diterima?
  2. Apa maksud Firman Tuhan pada ayat yang ke 7?

Sembah: pernyataan hormat dan khidmat

Menyembah: menghormati dengan mengangkat sembah, memuja

Menyembahkan: memberi dengan hormat

Persembahan: hadiah, pemberian kepada orang yang terhormat

Apa yang dapat kita pelajari bersama dari persembahan Kain dan Habil?

  1. Kain (Ibrani:qayin= possesion=memiliki, menguasai, harta benda) Habel (Ib: abel=breath= nafas, hidup, kehidupan. Melalui ayat 3 dan 4 kita tidak tahu dengan pasti apa yang membuat persembahan Kain ditolak oleh Tuhan dan Habil diterima. Namun dari ayat ini kita mengetahui bahwa hanya persembahan Habil yang berkenan kepada Tuhan, oleh karena itu Tuhan menerima persembahannya.
  2. apa yang menyebabkan persembahan Habil diterima sedangkan persembahan Kain tidak dapat kita temukan di Ib 11:4: ” Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada TUHAN korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena TUHAN berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.” jadi persembahan Habel diterima bukan karena Tuhan lebih suka lemak kambing jantan Habel, yang memang bila dibakar akan menimbulkan aroma yang harum sekali Bdg Im 6:12. Alasan mengapa persembahan Habel diterima adalah karena iman. Iman disini dapat diartikan sebagai kepercayaan tidak hanya kepada keberadaan TUHAN, dan kekuasaanNya, namun juga kepada komitmen kepada TUHAN untuk dapat memberikan yang terbaik dari apa yang ada padanya, baik dalam rupa ketaatan, kesetiaan, kerelaan, perkataan, perbuatan dan pemberian berupa korban bakaran, dan lain sebagainya. Dan tentunya Iman Habel dinyatakan dengan pemberiannya yang terbaik, yaitu juga dengan memberikan yang sulung (sulung memiliki arti yang besar bagi masyarakat Yahudi, baik itu anak manusia maupun anak binatang, karena yang sulung adalah yang utama, mis : hak kesulungan), yang gemuk (banyak lemaknya: bukan hanya sulung tapi Habil memberi yang terbaik yang ia bisa berikan kepada Tuhan) karena Habel tahu bahwa itulah yang TUHAN inginkan.
  3. iman kepada TUHAN yang dimiliki oleh Habel juga menumbuhkan motivasi yang dipandang baik dan tidak bersalah (bersih, murni, tulus)oleh TUHAN Mat 23:35 yang bahkan ketika ia sudah matipun darahnya masih berteriak Ib 12:24, yang tidak dimiliki oleh Kain. Ay 6-7, ” mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau dan engkau harus berkuasa atasnya.” secara tidak langsung menunjukkan bahwa Kain memiliki motivasi yang tidak baik ketika ia memberikan persembahan kepada TUHAN (bndg Mat 15:19). Tidak dikatakan dengan pasti apa motivasi Kain dalam memberikan persembahan, apakah hanya ikut-ikutan Habil atau lainnya, namun motivasi yang buruk itu jualah yang akhirnya mendorong Kain untuk membunuh Habel.

Apa relevansinya bagi kehidupan kita?

  1. Persembahan seringkali dipahami hanya sebagai pemberian ’sukarela’ atau bahkan yang bersifat kewajiban kita kepada Tuhan baik itu berupa persembahan perpuluhan bulanan, tahunan, syukur dan lain sebagainya. Ternyata persembahan lebih dari hanya sekedar pemberian ’sukarela’. Persembahan sendiri dalam KBBI memiliki arti hadiah. Apa yang orang lakukan untuk memberikan hadiah? Apalagi bila hadiah itu ditujukan bagi orang terkasih dan terdekat dengan kita? Biasanya orang akan memberikan apa yang disuka atau apa yang sedang dibutuhkan, oleh orang terkasihnya itu. Dan untuk mencari hadiah itu seringkali manusia membutuhakan waktu yang lama agar hadiah tersebut menjadi hadiah yang tidak terlupakan. itulah seharusnya yang menjadi dasar kita memberikan persembahan kepada Tuhan. Masalahnya banyak orang tidak memahami dengan benar apa yang dimasud dengan persembahan. Oleh karena itu banyak orang (pada akhir tahun atau hari raya) lebih sibuk mencari hadiah apa yang ingin diberikan kepada kolega dibandingkan mencari hadiah untuk Tuhan. ”Kalo Tuhan mah yah segitu-segitu aja, kalo kolega kan menentukan kelangsungan hidup dan kerjasama di masa mendatang?!
  2. Persembahan bukan hanya sekedar ’mencari uang kecil’ ketika penatua sudah membacakan ayat persembahan.” bu nuker uang buat naik angkot yaa?” ”bukan untuk persembahan” Atau pemberian yang berjumlah sama karena memang sengaja disisihkan dengan jumlah yang sama untuk setiap minggu atau setiap kantong. Persembahan haruslah hasil dari perjuangan untuk menyenangkan orang yang begitu berarti dan terhormat bagi kita. Dan tentunya bila persembahan itu kita berikan kepada orang terhormat maka pemberian itu haruslah yang terbaik.
  3. persembahan juga sering kali dijadikan sebagai sarana adu prestisewah si ibu itu ngasih 100.000, saya ga mau kalah dong, saya kan lebih kaya dan lebih mampu.”

belajar dari persembahan Kain dan Habel, ada beberapa hal yang perlu kita renungkan dalam hal memberikan persembahan bagi TUHAN:

  1. IMAN, persembahan kita haruslah dilandaskan kepada iman yang benar kepada TUHAN dan bukan hanya sebagai pemberian belaka. Dengan begitu pemberian kita juga tentunya harus disertai dengan ketaatan, kesetiaan kita kepada Tuhan yang tentunya diwujudnyatakan dalam perbuatan. Jangan kita menjadi orang yang tidak pernah lupa memberikan persembahan setiap minggunya, bahkan tidak lupa memberikan baik anak maupun cucu kita persembahan untuk diberikan pada saat sekolah minggu. namun dalam keseharian kita tidak pernah menunjukkan bahwa kita sungguh beriman dan berbakti kepada Tuhan.
  2. MOTIVASI YANG BENAR, persembahan juga harus dilandaskan pada motivasi yang benar. Bukan karena ingin dipuji, bukan karena ingin diterima. Tapi hanya untuk memberi Dengan iman yang benar kepada Tuhan maka kita juga akan memberikan yang terbaik (bukan dari segi jumlah, kualitas) tapi sungguh karena kita ingin mempersembahkan yang terbaik bagi TUHAN sebagi hadiah, dengan segenap usaha yang bisa kita lakukan.

3 komentar:

  1. ya.,apa yang anda bahas,.sangat teologis dan hal ini benar dan mampu untuk di pertanggung jawabkan.

    BalasHapus
  2. ya.,apa yang anda bahas,.sangat teologis dan hal ini benar dan mampu untuk di pertanggung jawabkan.

    BalasHapus
  3. Masukan u saya,tks u renungannya

    BalasHapus