Selasa, 17 Februari 2009

Agape –Daniel “Hidup Yang Memuliakan Allah”


Nats : Dan 2: 1-21

Pertanyaan:

- Orang seperti apakah daniel?

- Hal apa yang dengan jelas menunjukkan kasih setiannya kepada Tuhan?

- Apa yang membuanya memiliki kasih yang demikian?

Pertanyaan pertama bagi kita semua adalah, apa yang akan kita lakukan bila suatu saat nanti kita diancam untuk dibunuh karena iman kita kepada Tuhan.... apa yang akan kita lakukan bila suatu saat rumah kita didatangi orang bersenjata yang menghunuskan senjatanya kepada orang terkasih kita dan mengancam untuk membunuh bila kita tidak menyangkal Yesus? Teror yang sesungguhnya mungkin belum dapat kita rasakan kini. Tapi bila hal tersebut terjadi dalam hidup kita apa yang akan kita lakukan, mencari cara untuk keluar dari msalah dengan cara aman atau bersedia diperhadapkan dengan segala kemungkinan terburuk yang mungkin akan menghantui seumur hidup kita.

Hari ini kita diperhadapkan pada pertanyaan yang tidak bukan hanya untuk direnungkan tapi terutama untuk dijawab. Percaya atau tidak jawaban itu, mungkin akan berubah, ketika kita mengalami secara langsung peristiwa yang mengandung teror tersebut. Dan perubahan itu tergantung... tergantung pada apa? tergantung pada apa yang menurut anda layak untuk dipertahankan dan layak untuk dilepas.

Hari ini kita akan belajar dari Daniel, dan apa yang menurutnya layak untuk dipertahankan dan yang dilepasnya

1. Melalui pembacaan hari ini kita melihat apa yang dihadapi Daniel. Ia tidak hanya diperhadapkan pada persoalan hidup, ataupun pergumulan, namun dengan kematian. Siapa dari kita yang tidak takut mati? Mungkin masih banyak yang berkata TIDAK TAKUT. Tapi bila pertanyaannya diganti dengan: “ Siapa yang tidak takut mati dengan cara dipancung atau dibakar hidup hidup? “, akan berbeda bukan jawabannya? Ya tentu saja... karena kita berpikir bahwa semua orang akan mati, suatu saat ketika kita tua kita akan mati. Ya...meninggal di atas tempat tidur empuk dikelilingi oleh orang terkasih atau paling tidak meninggal di rumah sakit karena penyakit komplikasi, akibat tidak mampu menjaga kesehatan tubuh. Tapi untuk mati dipancung, ditembak ataupun dibakar, tidak akan pernah ada di benak kita. Daniel abdi Allah itu diperhadapkan dengan kematian, kematian yang datang dengan pemberitahuan resmi dari raja Nebukadnesar. Menurut anda layakkah Daniel mempertahankan hidup? LAYAK! Seorang hamba Allah akan belajar melihat hidup sebagai sesuatu yang berharga, yang layak dipertahankan... karena hidup adalah kesempatan untuk mengabdi dan membuktikan kasih kita kepada manusia dan Allah (Mati adalah keuntungan dan hidup adalah bagi Kristus) namun apa yang dilakukannya untuk mempertahankan hidup yang menurutnya layak untuk dipertahankan? Ia tidak melarikan diri seperti pengecut, Ia tidak menipu, tidak bermain akal-akalan atau sebaliknya ia juga tidak mengumbar diri sebagai orang yang kuat, beriman, dan ‘seakan’ yakin 100 % Tuhan akan menyelamatkan hidupnya. Tapi (ay 14-16) dengan cerdik dan bijaksana ia mempertahankan hidup yang berharga itu. Cerdik bukan licik, bijaksana dan bukan serampangan!! Tidak mudah menjadi orang yang cerdik sekaligus bijaksana... lebih banyak orang yang licik sekaligus serampangan, apalagi bila ia harus mengambil keputusan sambil dikuasai oleh ketakutan dan keputusasaan. Daniel bukan orang yang bebas dari rasa TAKUT, tapi ia mampu mengendalikan rasa takut itu serta membiarkan Allah hadir dalam hati dan pikirannya, yang memampukan ia memiliki hikmat di dalam keterbatasannya. Apa buktinya? Ia minta diberi waktu, sekali lagi bukan untuk melarikan diri, tapi untuk mencari hikmat dan kehendak Allah.

2. Tentu Allah bukan Allah yang suka berdiam diri dan tidur... Ia Allah yang peduli kepada apa yang dihadapi manusia. Ia tahu persis bahwa Daniel membutuhkanNya, dan Ia membuktikan kasih setiaNya kepada Daniel melalui penglihatan, yang tidak hanya membuatnya selamat, namun juga mermbuatnya menjadi orang yang begitu dimuliakan dan berkuasa di negeri itu.

Rekan-rekan yang terkasih dalam Tuhan, apa yang kita baca hari ini hanyalah sekelumit dari pergumulan cinta Daniel kepada Allah dan cinta Allah kepadanya. Daniel mampu mencintai Allah bukan karena ia mampu mencintai Allah dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri. Ia mampu mencintai Allah karena Allah terlebih dahulu melimpahkan KHESED (kasih setia)Nya kepada Daniel...

Tak kenal maka tak sayang... Allah tidak akan sayang kepada kita bila Ia tidak mengenal kita. Karena Ia sungguh mengenal kita maka Ia tahu benar apa yang kita butuhkan dengan juga segenap kelebihan dan kekurangan kita sebagai manusia. Bagaimana Ia mengenal kita? Ia menciptakan kita, Ia yang membentuk kita dalam rahim ibu kita dan Ia pula yang menumbuhkan kita hingga menjadi manusia yang mampu berkreatifitas sekarang ini. Menajdi pemuda dan pemudi yang penuh gairah dan semangat.

Tentu ungkapan tersebut juga berlaku bagi kita.... tak kenal maka tak sayang. Tanpa mengenal Tuhannya, Daniel tidak akan pernah sayang pada TuhanNya. Pun, sekali lagi daniel mengenal Tuhannya bukan karena ia mampu mengenal Tuhannnya. Namun karena Allah yang berkenan memperkenalkan diriNya kepada Daniel. Siapakah kita manusia berusaha untuk mengenal Allah? Kita ini hanya manusia terbatas yang ingin belajar dan mengenal Allah yang tidak terbatas.... hasilnya pengenalan kita tentang Allah terbatas oleh cara pandang, dogma dan ajaran, pendapat, buku hasil pergumulan manusia lainnya yang juga terbatas.

Dengan kesadaran bahwa tidak ada manusia yang tidak terbatas... sepatutnya kita mencari Dia yang tidak terbatas, dan bukan dengan paksa, namun dengan meminta kemurahanNya untuk memberi kita sedikit saja dari hikmatnya yang tak terbatas. Mengapa harus dengan kemurahanNya? Karena Allah memberi kita hikmatNya bukan karena kita layak mendapat hikmatNya, namun karena Ia berkenan memberinya. Caranya...bangun relasi denganNya... hingga permintaan kitapun selaras dengan kehendakNya. Tanpa relasi... akan seperti : seorang asing yang tiba-tiba masuk rumah kita dan minta dihidangkan berbagai macam makanan. Kitaq tidak mungkin meminta dari orang yang tiak kita kenal kan? Namanya tidak tahu malu... tapi itulah kita kebanyakan... yang lebih suka meminta tanpa berelasi. Datang bila butuh dan pergi ketika merasa kebutuhannya telah terpenuhi. Tuhan bukan pelayan toko atau pelayan pasar swalayan yang kita datangi ketika kita membutuhkan sesuatu, yang akan melayani kita senantiasa tanpa kita mengenalnya sekalipun, walaupun tanpa mengenalNya kita akan tetap menerima kasihNya.

Namun karena Daniel mengenal siapa Allahnya, dan apa yang telah dilakukan Allahnya dalam hidupnya. Saya rasa tidak perlu lagi saya mengungkapakan apa yang telah dilakukan Allah dalam hidup kita dan hidup Daniel. Ia tahu hanya Allah yang mampu memelihara dan mempertahankan hidupnya, bahkan Allah sendirilah sumber hidupnya. Pengenalan itulah yang menjadikan ia menjadi orang yang bersandar penuh kepada Allah. Tidak hanya bersandar, lebih dari itu ia memberikan hidupnya untuk dipakai dengan luar biasa oleh Tuhan. Berarti ia membiarkan hidupnya dikuasai sepenuhnya oleh Allah. Karena baginya Allah bukan sekedar Allah yang mengetahui kebutuhannya namun juga menjadi Allah yang memberinya kekuatan, inspirasi, dalam menjalankan hidup. Bersama Allah apapun dapat dilakukan dan dilalui. Oleh karena itu yang berharga dan layak dipertahankan bukan hanya hidup yang adalah anugerah Allah, tapi terutama Allah itu sendiri yang berkenan memberikan kita kehidupan.

“dont u ever say: hey God ia have a big problem,

but instead,

hei problem i have a big God

Bukanlah hanya sekedar ungkapan atau SMS belaka tapi inilah yang menjadikan hidup Daniel penuh kasih Allah sekaligus menjadi orang yang dikasihi Allah

Bila Daniel mau mengandalkan Allah dalam seluruh hidupnya, bagaimana dengan kita? Kembali pada pertanyaan awal... bila suatu saat nanti cinta kita diuji seperti cinta Daniel diuji, apa jawab kita? amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar