Selasa, 10 Februari 2009

Mesias dan Dunia Baru

Markus 1:1-8

Mesias = dia yang diurapi, diberkati, diyakini dapat membawa perubahan dan pembaharuan yang positif bagi masyarakat, penyelamat dan lain sebagainya....

Hanya saja ternyata Yesus sebagai Mesias tidak serta merta mengubah dunia. Menjadi penyelamat yang mengubah segala sesuatu menjadi baik dalam sekejap. Yesus memiliki cara yang berbeda, cara yang tak pernah dipikirkan manusia, bahkan diharapkan. Seorang Mesias atau penyelamat tentunya haruslah memiliki pengaruh di kalangan atas, sehingga ia juga suatu saat dapat menjadi kalangan atas (pemerintah) yang mengatur dan mengubah segala sesuatu menjadi lebih baik. Orang jawa mengenalnya dengan sebutan Ratu Adil, karena ialah juga yang membuat negara menjadi subur, makmur, sejahtera, dan tentunya adil.

Jalan yang ditempuh Yesus untuk menjadi Mesias sama sekali berbeda. Ia datang dengan segala kelemahan dan dalam kerendahan seorang hamba. Walaupun Yesus dapat dikatakan memiliki wibawa yang luar biasa, ia bukan orang yang dapat diajak bekerja sama dengan pemerintah, bahkan ia dapat dikategorikan sebagai orang yang mencoba untuk melawan pemerintah (orang Farisi dan shli Taurat), dan dianggap tidak kuasa mampu mengadakan perubahan. Yesus tidak punya pasukan, pendukungnyapun lahir dari kaum tertindas, miskin, teraniaya dan terbuang dari komunitas.

Dalam kacamata Yesus seorang Mesias bukan semata-mata menjadi orang yang mampu mendatangkan keselamatan, pembebasan, dan kebaikan hanya dengan mengejapkan mata, atau menjentikan jari, namun terutama seorang Mesias adalah orang yang bersedia melakukan tindakan penyelamatan dan menjadi contoh agar dunia sungguh mengalami perubahan.

Sesungguhnya yang dapat mengubah dunia menjadi lebih baik bukan hanya Mesias. Tapi ketika masyarakat juga turut berperan serta untuk mewujudnyatakan dunia baru yang diimpikan itu. Karena, bagaimanapun yang menjalani hidup dalam dunia adalah masyarakat. 1 orang saja tidak akan membawa perubahan yang signifikan, oleh karena itu Yesus datang ke dunia bukan untuk berkata kepada dunia: ”hai dunia, Akulah raja kalian, apa yang kuperintahkan hendaklah kalian buat.” Tidak sama sekali. Ia juga tidak mengadakan perubahan dengan kekerasan dan pemaksaan seperti yang dilakukan oleh pengusa lain. Yang dilakukannya adalah menanamkan nilai pembebasan, kebaikan, perubahan, keadilan, kebahgiaan dalam diri setiap manusia, dengan mendedikasikan hidupNya bagi mereka, yaitu hidup bersama dan untuk mereka. Sehingga perubahan itu sesungguhnya dirasakan dan dilakukan oleh semua orang. Oprah menyebutnya sebagai: God, who show (not only teach or tell) you the way how to live.

Tapi sebelumnya, kita tentunya perlu mengetahui mengapa dunia ini butuh seorang mesias?

  1. karena dunia dikuasai oleh dosa, dunia adalah hamba dosa. Dunia juga terikat dengan dosa.
  2. karena manusia lemah. Ia telah jatuh ke dalam dosa dan tidak mampu keluar dan melepaskan diri dari jeratnya. Disinilah timbul kebutuhan akan penyelamat. Manusia berlomba-lomba menciptakan agama untuk dapat melepaskan serta menyelamatkan mereka dari kuasa dosa. Kesadaran akan kebutuhan mereka akan keberadaan Kuasa yang lebih besar dari mereka membuahkan pencarian Mesias, sang penyelamat itu.

Dengan logika berpikir ini tentunya manusia akan melakukan apapun untuk dapat meraih apa yang disebut dengan keselamtan bukan? Apapun yang diminta untuk dilakukan tentunya akan dilakukan. Hanya saja pada kenyataannya tidak demikian. Manusia menolak Yesus bukan hanya karena mereka tidak mengerti apa yang dilakukan Yesus adalah semata-mata untuk membebaskan mereka dari kuasa dosa. Tapi terutama karena Yesus sendiri tidak pernah menyebut diriNya sebagai mesias. Sebutan dan gelar Mesias ada jauh setelah Yesus pergi ke sorga. Pertanyaannya adalah mengapa? Karena misi kedatanganNya ke dunia memang bukan sekedar untuk menyelamatkan umat manusia. Tanpa Ia datangpun, dengan kuasaNya itu, Ia dapat menyelamatkan manusia. Semuanya itu dilakukanNya karena Ia ingin memberikan teladan hidup, itulah mengapa Ia mengatakan Akulah Jalan, kebenaran dan hidup. Dengan meneladani jalan dan cara hidupNya, kebenaranNya, niscaya manusia memperoleh hidup kekal dan keselamatan. Ia percaya manusia bisa berubah, dan manusia bisa menjadi baik. Ia memberi kesempatan bagi manusia untuk berperan serta dalam menciptakan dunia baru, karena sesungguhnya dunia baru akan tercipta manakala manusia baru hadir dan berkarya dalam dunia.

Dunia baru bukan hanya sekedar langit dan bumi yang baru, pemerintahan yang baru, keadaan yang baru, baik itu keadaan ekonomi, sosial, politik, kebudayaan yang lebih baik. Bukan hanya menjadi lebih makmur, lebih sejahtera an lain sebagainya. Dunia baru yang hendak dibawa dan diciptakan Yesus melalui kehadiranNya di dunia adalah dunia yang memiliki kualitas kerajaan Allah. Yaitu dunia yang dipenuhi dengan kasih, ketulusan, kedamaian, pembebasan, kelepasan, dan keselamatan versi kerajaan Allah dan bukan manusia. Untuk itu cara pandang manusia terhadap dunia baru dan kerajaan Allah yang pertama kali perlu diubah, dan untuk itulah seorang manusia perlu berubah tyerlebih dahulu. Layaknya tahun yang baru akan menjadi sama ketika manusia itu tidak berubah. Tahun boleh berganti, namun keadaan tidak berbeda. Dunia baru adalah dunia yang dipenuhi oleh memiliki cara berpikir, berkehendak dan berbuat yang baru menurut cara Allah

Kini bagaimana caranya agar kita juga dapat ikut serta dalam menciptakan dunia baru ini:

Injil Markus yang telah kita baca memberikan resepnya:

  1. bertobat. Ketika manusia tahu bahwa ia salah, apa yang dilakukannya menyakiti Tuhan dan sesama, hendaklah manusia itu tidak berbuat yang sama lagi. Bertobat berasal dari kata Metanoia yang artinya berbalik, 180 derajad dan bukan 360 derajad. Mungkinkah? TIDAK!!!! MANUSIA TIDAK AKAN LANGSUNG DAPAT BERUBAH 100% bila memang manusia bisa berubah 100% maka seharusnya dunia ini sudah menjadi lebih baik bukan? Tidak ada lagi manusia yang berbuat dosa, berbuat kesalahan, semuanya menjadi baik, bila itu terjadi maka orang tidak perlu lagi Tuhan, gereja akan menjadi sepi, karena semua manusia sudah tidak butuh lagi Tuhan. Tapi karena manusia tidak mampu untuk berubah sekaligus 180 %, manusia membutuhkan waktu untuk berproses,untuk berubah, dan sepanjang hidupnya ia berusaha untuk berubah hingga semakin serupa dengan Yesus, maka seorang manusia harus juga....
  2. memberi diri dibaptis. Bukan memberi diri mengikuti katekisasi sebanyak yang telah ditentukan oleh majelis jemaat, dan kemudian dibaptis baik itu dengan cara diselam atau dipercik oleh Hamba Tuhan, pendeta ternama. Memberi diri dibaptis memiliki makna yang lebih dari hanya sekedar sakramen gerejawi. Memberi diri dibaptis berarti memberi diri dicuci, ditenggelamkan, diselamkan, dimatikan segala yang bersifat ragawi dan diganti dengan yang rohani. Selain itu memberi diri dibaptis juga berarti memberi diri untuk diperiksa baik hati, pikiran, perbuatan kita oleh Tuhan, tentunya ktidak hanya sekedar diperiksa lebih dari itu kita memberi diri untuk dimurnikkan dengan ‘api’, yaitu membiarkan Tuhan sungguh berkuasa atas hidup kita. Membiarkan Tuhan menyelidiki hari dan pikiran kita dan memperbaharui, mendidik dan menjadikan kita manusia yang semakin dewasa. Dan berikan diri kita setiap hari, setiap waktu, setiap jam, dan setiap detik hidupmu. Sehingga suatu saat nanti yang entah kapan kita dapat sungguh-sungguh bertobat, berbalik 180 derajad....
  3. oleh karena itu memberi diri dibaptis juga memiliki makna memberi diri untuk berubah. untuk apa kita minta Tuhan menyucikan, membersihkan, menilik, menyelidiki, menguasai hidup kita, bila kita juga tidak mau untuk berubah. jadi sebenarnya memberi diri untuk berubah adalah yang utama dan yang terpenting. Kita mampu bertobat, mampu memberi diri untuk dibaptis bila kita juga sungguh mau berubah... berubahlah untuk maju, karena perbahan tak datang sendiri. Begitu juga dengan dunia baru takkan datang sendiri, kitalah yang harus memulainya.

amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar