Sabtu, 14 November 2009

Sukacita Kemenangan Orang Percaya di Akhir Jaman

Daniel 12: 1-3
Mazmur 16
Ibrani 10:11-14, 19-25
Markus 13: 1-8


Hampir setengah tahun ini saya memperhatikan pekembangan buku-buku yang terbit di berbagai toko buku, khusnya Gramedia. Sesuatu menarik perhatian dan menggelitik nurani sayA, yaitu ketika saya menemukan berbagai macam buku yang berusaha menggambarkan apa yang terjadi pada tahun 2012. Lebih dari itu, kini telah ditayangkan di Bioskop Film bertajuk 2012 yang menggambarkan kengerian yang akan terjadi pada hari Kiamat.

Berbagai macam agama manusia, berusaha mendefinisikan, menjelaskan, meluruskan, hingga menubuatkan akhir dunia yang menurut beberapa orang, telah diramalkan oleh Suku Maya ratusan tahun yang lalu yang akan terjadi pada 21 Desember 2012. bagi Suku Maya sendiri tahun 12 Desember 2012 bukanlah hari kiamat, namun tahun kejayaan bagi bangsa dan bagi umat manusia... yaitu peradaban baru dimana bumi kembali sempurna, dan murni.


Banyak dari kita, yang menyangkal dengan Firman Tuhan yang berkata: “Hari Tuhan akan datang seperti pencuri, tidak ada seorang pun tahu bahkan Anak Manusia sekalipun.” Ya... itu memang benar....menurut iman kita tidak ada yang akan dapat meramalkan dengan pasti tentang akhir jaman, itu adalah rahasia Allah, bukan manusia. Namun tentunya bukan berarti hari itu tidak akan penah datang... bahkan Kiamat dapat hadir lebih cepat dari yang diramalkan. Kini apa dampak semua tulisan, film dan pemberitaan tersebut bagi kehidupan kita sebagai anak-anak Allah? Adakah anda dan saya merasa takut? Bila ya...maka dapat dipastikan anda tidak siap menanti kedatangan Tuhan!!!

Lah!! Mengapa begitu?
Karena seharusnya sebagai anak-anak Allah, orang percaya yang telah dipanggil dari gelap menuju terang yang kekal, kita tidak sepatutnya merasa takut!! Alih-alih perasaan takut itu kita ganti dengan perasaan sukacita! Semakin dekat waktunya semakin sukacita pulalah hati kita, karena akan berjumpa dengan Dia yang adalah pemilik hidup, dan bersamaNya menuju kemenangan sejati! Jadi bila kita masih merasa takut: jangan-jangan kita belum hidup berkemenangan bersama Tuhan, jangan-jangan kita masih berkutat dengan dosa, belum dapat hidup sesuai dengan jalan Tuhan? Belum layak dipanggil sebagai anak-anak Allah
dan disebut sebagai orang percaya?

Memang akhir jaman adalah masa dimana kesesakkan, musibah, malapetaka akan senantiasa mendera hidup manusia. Ini bukan hanya yang ada di film, tapi memang Firman Tuhan mengingatkan kita tentang masa-masa akhir sebagai masa-masa kesesakkan. Oleh karena itu Yesus mengingatkan kita dengan berkata: “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Akan datang banyak orang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah dia, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Dan apabila kamu mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang, janganlah kamu gelisah. Semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan. Akan terjadi gempa bumi di berbagai tempat, dan akan ada kelaparan. Semua itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.” Mark 13: 1-8 dan tanda-tanda jaman yang Yesus katakan ribuan tahun yang lalu itu sudah kita alami satu persatu. Namun itu semua ternyata hanya awal....dan belum kesudahannya.

Makin beratkan tantangan kita? Tentu!!! Semakin berat setiap hari, tapi Tuhan bukan Allah yang kejam!! Ia tetap Allah yang menyertai kita hingga kesudahan jaman. Kehidupan yang semakin sulit, yang menguji pengendalian diri, amarah, kesabaran, pengharapan, iman dan kasih kita kepada Allah ini, akan menjadi batu uji bagi kita. Dan bagi siapa yang bertahan dan menang mengatasi batu uji ini, bijaksana dalam menjalani hidup, membawa orang pada terang kebenaran Allah akan bercahaya bagaikan cakrawala dan bintang-bintang dan mendapat hidup kekal (Dan 12:2-3)

Hanya saja untuk tetap berpengharapan, beriman dan memiliki kasih yang murni terhadap sesama dan Tuhan tentu bukan hal yang mudah. Itulah yang sesungguhnya menjadi dasar ketakutan kita. Kita sadar bahwa hidup sebagai orang percaya bukanlah hidup yang mudah untuk dijalani, apalagi bila dijalani dengan asal2an. Kita sadar bahwa sesungguhnya kita tidak pernah dapat menjadi apa yang Tuhan inginkan seutuhnya...

Oleh karena itu bagaimana menjadi orang percaya yang senantiasa memiliki sukacita kemenangan di akhir jaman ini?
• Tekankan pengharapan kita kepada Yesus, bukan kepada yang lain. Akhir jaman memang merupakan sesuatu yang kabur. Tidak ada satupun orang yang dapat menentukan kapan masa itu akan sunguh2 datang. 3, 10,20,50 100 tahun lagi.... kita tidak akan pernah tahu. buku boleh berkata apapun, film boleh menggambarkan apapun, tapi kita punya iman kepada Yesus. Oleh karena itu belajarlah untuk mendengar apa kata Yesus dan bukan apa kata dunia, para ahli sekalipun. Ramalan Kalender Maya, orang pandai sekalipun jangan membuat iman kita goyah. Yaitu bahwa Yesus Kristus yang telah mengalahkan maut dalam kematian dan kebangkitannya telah memberikan kita kehidupan kekal di masa depan. Tidak ada yang lain yang mampu memberikan kehidupan kekal selain Yesus, Juru Selamat kita, karena Ia tidak hanya memberikan keselamatan, kelepasan, tidak juga hanya menujukkan jalan menuju keselamatan itu, namun mengalami keselamatan itu. (Ibrani 10: 11-14. Penghayatan masa depan bagi orang percaya ada dalam pengharapan bersama dengan Terang karya Kristus, oki.. Tidak menjadi kabur dan gelap
• Karena Yesus telah hadir menjadi teladan maka, kini tugas kita tidak hanya mengakui dan menghayati pekerjaan dan karya Yesus bagi kita, namun terutama berusaha untuk melakukan apa yang Yesus Lakukan!! Kita boleh berkata saya kan punya kelemahan...atau saya kan punya keunikan...atau juga saya kan punya cara sendiri menghadapi persoalan atau...saya kan memang bukan orang yang ramah....saya ya saya...jangan dipandingkan dengan orang lain dong!!! Banyak hal yang bisa kita katakan sebagai pembelaan diri kita terhadap penilaian orang lain. Namun diatas semuanya itu adakah kita ingat bahwa kita adalah citra Allah, bukan hanya keunikan kita saja yang ada dalam diri kita, termasuk kelemahan dan kelebihan...namun jugapunya keunikan Kristus...karena kita adalah gambar dan citraNYa.... jadi daripada menjunjung keunikan diri...bukankah lebih baik kita mencoba untuk makin serupa dengan Yesus???
• Hidup bagi orang lain dan bukan hanya diri sendiri. Ibrani 10: 23-25. Alih alih melakukan perbuatan baik bagi diri sendiri, lakukan juga perbuatan baik bagi orang lain...dan jadilah inspirasi alam berbuat baik bagi orang lain... jangan jadi inspirasi dalam menjatuhkan orang lain. Hari-hari ini jahat... bila kita tidak menggunakan waktu yang ada dengan melakukan apa yang baik di hadapan Tuhan jangan harap Tuhan melihat kita sebagai hamba yang baik dan layak mendapatkan sukacita kekal bersamaNya. Gunakan waktu untuk saling menasihati, mengingatkan dalam kasih bukan dengan kekerasan. Apa pentingnya saling mengingatkan? Karena bila ada salah seorang dari saudara kita yang berbuat dosa dan kita, yang mengetahuinya tidak menegurnya dalam kasih, maka kita juga berdosa kepada Allah.

Jadi pilihlah yang baik, yang benar, yang berkenan kepada Allah, hingga sukacita kemenangan orang percaya di akhir jaman sungguh menjadi milik kita!!! amin

Sabtu, 07 November 2009

Wujudkan Realitas Kerajaan Allah Dengan Kasih

Ulangan 6: 1-9
Mazmur 146
Ibrani 9: 11-14
Markus 12:28-34

Bila hari ini saya bertanya kepada saudara: “ Apakah kerajaan Allah itu telah datang?” apa kira-kira jawaban bapak ibu sekalian? Adakah kita menjawab belum karena Tuhan memang belum datang? Atau malah lebih banyak dari kita yang mengatakan ngaak tahu? Wajar bila kita mengatakan belum, karena yang kita bayangkan tentang kerajaan Allah adalah yang indah...yang damai...yang dipenuhi sukacita....tempat dimana tidak ada ratap tangis, keluh kesah, derita manusia...dan SEGALA SESUATU YANG MEMBUAT MANUSIA BERTERIAK : DIMANA ALLAH!!!! jangan-jangan karena itu juga manusia mengatakan “Allah tidak ada”

Kerajaan Allah memang menjadi konsep yang abstrak sekaligus ambigu bagi manusia kebanyakan. Namun bukan karena keabstrakkannya itu Kerajaan Allah hanyalah menjadi angan atau mimpi manusia yang tertekan oleh kehidupan, atau ekspresi dari pengharapan akibat penderitaan. Kerajaan Allah bukanlah impian, bukan pula harapan belaka, namun sebuah realitas yang dapat dirasakan, dinikmati, diresapi oleh tubuh dan indera kita. Wahhhh.... bagaimana kita bisa meyakini bahwa Kerajaaan Allah adalah suatu realita dan bukan sekedar pengharapan apokaliptik??

Tentunya kesadaran bahwa kerajaan Allah adalah suatu realita berawal dari pengakuan kita terhadap eksistensi Allah. Kerajaan Allah tidak akan pernah ada bila Allah juga tidak ada. Allah kita adalah Allah yang Maha Hadir. I a tidak hanya hadir di masa lalu atau masa depan, namun Ia juga hadir di masa kini. Bila keyakinan itu menjadi pegangan kita, bahwa Allah hadir sekarang...di tengah2 kehidupan manusia bahkan dalam hati kita...maka bukankah perwujudan kerajaan Allah dapat kita nikmati dari saat ini, dalam hidup dan kekinian kita?

Tapi... Allah belum mau mengambil alih kekuasaanNya, dan menjadi Raja sepenuhnya atas diri manusia. Ia masih ‘betah’ berada dalam hati manusia. Oleh karena itu walau judulnya Kerajaan Allah, bukan semata-mata hanya Allah yang bekerja untuk mewujudnyatakannya, manusia diajak untuk mengambil bagian bersamaNya.

Apa wujudnya? Tentu kita semua tahu jawabannya... Kasih melalui Yesus... yaitu kasih yang diberikan atas pengorbanan diri, tubuh jiwa dan ragaNya. Kini, bagaimana mewujudkannya? Dengan cara apa dan bagaimana?
1. (29) Dengarlah. Mendengar bagi sebagian orang bukanlah hal yang menyenangkan, karena ketika mendengar berarti tidak berbicara, bila kita berbicara maka tidak akan pernah dapat mendengar. Sedangkan keinginan manusia adalah berbicara dan bukan mendengar. Nahhhh... Bila untuk mendengar sesama manusia saja, manusia enggan, apalagi untuk mendengar Tuhan!! Kerajaan Allah adalah milik Allah dan oleh Allah bukan milik dan oleh manusia. Bagaimana mewujudkan kerajaan Allah tanpa mendengar Dia yang adalah Raja dari segala raja itu? Kerajaan Allah hanya akan menjadi kerajaan dongeng tanpa kita menghadirkan Allah sebagai pemilik dalam kehidupan kita dan memperdengarkan kehendak dan titah Allah itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita perlu sadar bahwa kerajaan Allah bukanlah kerajaan dimana ada kastil yang indah, dikelilingi oleh taman bunga yang rupawan. Namun kerajaan Allah adalah kondisi dimana aturan Tuhan diberlakukan, kehendak Tuhan diperdengarkan, kuasa Tuhan diinyatakan. Jadi yang pertama belajarlah mendengar Undang-undang, aturan Allah dan bukan kita.
2. (30) dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Apa bukti kasih kita kepada Tuhan? Sekuntum bunga kah? Nyanyiankah? Kesediaan untuk menjadi pelayan di gereja kah? Banyak manusia merasa bila ia telah memberikan waktu dalam pelayanan berarti sudah mengasihi Tuhan. Banyak juga dari kita yang merasa telah memberikan persembahan yang banyak berarti telah mengasihi Tuhan. Salah besar!!! Karena mengasihi Tuhan haruslah dengan 1. segenap hati, yaitu dengan memusatkan kehidupan kita kepada Tuhan. Bukan sekedar hidup untuk menyatakan eksistensi kita sebagai manusia, namun hidup untuk menyatakan eksistensi Allah; Hidup yang mewartakan Allah, mengandalkan Allah, meminta kekuatan Allah dan untuk dipersembahkan kepada Allah. 2. dengan segenap jiwa, yaitu dengan segenap nafas. Nafas adalah bukti kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup manusia, maka kasihilah Tuhan dalam setiap hembusan dan tarikkan nafas kita. yaitu ketika kita tidur untuk mengasihi Tuhan, bekerja untuk mengasihi Tuhan, makan untuk mengasihi Tuhan, bekerja untuk mengasihi Tuhan, menjadi suami, isteri untuk emngasihi Tuhan, merawat buah hati karena mengasihi Tuhan....apapun yang kita lakukan dalam setiap tarikkan dan hembusan nafas kita. 3. dengan segenap akal budi, yaitu dengan segenap kepandaian, pikiran, pengertian, ragam ilmu yang kita dapatkan dan miliki. Perkayalah hidup dengan pelbagai pengertian untuk mengasihi Allah, dan jangan gunakan pelbagai pengertian itu untuk menyakiti bahkan mengkhianati Allah. 4. dengan segenap kekuatan, yaitu segala hal yang kita anggap adalah sumber kekuatan dunia kita, baik kekayaan, pengaruh, popularitas, kuasa....gunakan itu semua untuk mengasihi Allah bukan untuk mencari pengakuan manusia yang semu. Hanya dengan itu semua kerajaan Allah akan sungguh hidup dalam seluruh hidup kita
3. kasihilah sesama manusia seperti diri sendiri. Mengapa harus mengasihi sesama manusia? Karena Allah ada di dalam diri manusia. Setiap manusia memiliki Roh Allah. sesuatu yang mustahil mengasihi Allah tanpa mengasihi sesama manusia. Allah tak nampak di hadapan kita, manusia yang ada di hadapan kita... Objek dari kerajaan Allah bukan hanya diri kita pribadi, namun sesama manusia. Untuk itulah kita mengasihi... untuk mewujudkan kerajaan Allah dalam hidup sesama kita..

Kekekalan dan Kesementaraan

Mzmur 90:12
Yak 4:14
Tujuan:
1. Menjelaskan kaitan antara konsep waktu, kekal dan sementara
2. menjelaskan bagaimana orang Kristen harus selalu mengaitkan kesementaraan hdup yang kita jalani dengan kekekalan sorgawi
3. mengajak pemuda untuk mempunyai kehidupan yang memusatkan pikiran serta tenaga untuk mengerjakan hal-hal yang bernilai, untuk kekekalan dan untuk kehendak Allah

Pertanyaan pertama yang mungkin bisa membantu Anda dalam memahami tema kita pada hari ini adalah: “ Untuk apa anda hidup hari ini?” Apa kira-kira jawaban anda? Untuk bersenang-senang...Tidak tahu.... atau jawaban klise: Untuk melayani Tuhan? Tahukah anda dengan waktu yang ada di dunia ini bersifat sementara? Tidak akan selamanya bumi berputar...tidak akan selamanya matahari bersinar...tidak akan selamanya anda memiliki wajah rupawan....semuanya akan dimakan oleh waktu dan usia.

Nah kalau begitu... untuk apa kita hidup? bila semuanya sementara? Dan akan berakhir? Yaaaa... semua yang ada di bumi ini, tata surya ini hanyalah semu. Tidak ada satupun yang bertahan. Lalu untuk apa kita ada... bila kitapun tidak akan bertahan? Tubuh kita memang tidak akan bertahan... namun tidak dengan roh kita. roh akan ada selamanya... karena roh kita adalah Roh Tuhan dan oleh karena itu roh kita bersifat kekal.

Waktu Allah berbeda dengan waktu manusia. Kita tidak bisa menyamakan keduanya karena waktu Allah adalah waktu yang tidak terbatas oleh jaman, musim, tahun, bulan dan jam ala manusia, karena ALLAH memang tak terbatas oleh waktu. Sedangkan kita???? adakah manusia yang tidak pernah menjadi tua? Adakah manusia tidak menjadi keriput? TIDAK!!! Semua memiliki masanya sendiri sendiri kecuali Tuhan.

Masalhnya kini, bila tubuh kita tidak kekal, sebaliknya dengan roh adalah kekal...apa yang akan terjadi bila nanti kita meninggalkan tubuh yang fana ini? Kemana roh kita akan pergi? melayang-layang di udara? Gentayangan, seperti yang digambarkan media masa? Atau kembali ke Atman seperti yang diajarkan agama Hindu?

Heiii... rekan rekan muda!!! Jangan pikir kita diciptakan tanpa maksud. Tuhan tidak menjadikan kita hanya untuk menunjukkan bahwa Ia adalah pengasih dan penyayang...atau hanya untuk menunjukkan kekuasaanNya yangbesar atas ciptaan, apalagi untuk melampiaskan amarahNya. Jangan berpikir bahwa hidup kita adalah kebetulan....tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini termasuk ketika kita lahir, bertumbuh dan menjadi manusia yang dapat berbuat ini dan itu. Lalu untuk apa? Untuk menjadi anak-anakNya... untuk menjadi Ahli warisNya.

Tentu.... sebagai seorang Ayah... Ia ingin kita menjadi anak-anak yang berkualitas agar sungguh layak untuk menjadi seorang pewaris kerajaan Allah bukan? Itulah mengapa kita Ia menempatkan kita dalam dunia yang sementara dan terbatas ini, agar di dalamnya kita melatih diri...hidup untuk semakin serupa dan sempurna layaknya Bapa kita di Sorga. Ia tentu dapat melenyapkan kita dengan hanya menjentikkan jariNya, atau mengedipkan mataNya bila dilihatnya kita tidak mempu menjalankan segala sesuatu sesuai dengan kehendakNya. Ia juga dapat menciptakan anak-anak sesuai dengan kehendakNya: yang baik, yang berkualitas, yang sanggup menjadi ahli waris yang sempurna....Tapi itu semua tidak Ia lakukan karena Ia ingin manusia sungguh memilih yang terbaik, bukan seperti robot yang hanya mempu menjalankan tugas sesuai dengan program.

Hidup kita di bumi yang sementara ini akan kita lanjutkan di Sorga kekal bersama Allah, Bapa dan pencipta kita. dan tentunya kualitas kita di bumi menentukan bagaimana kita akan menjalankan kehidupan kekal bersama Bapa kemudian hari kelak. Kita tidak berhak menentukan bagaimana kita ingin hidup sekarang, namun ketika kita kembali ke tangan Bapa... Allah Bapa-lah yang berhak menentukan apakah kita layak menjadi pewarisNya atau tidak.

Nah kalau begitu.... nyatalah bahwa bila kita ingin menjadi qualified di hadapan Allah, maka kita harus gunakan standar Dia dan bukan standar kita. Jadi apa kiat menjalani hidup yang hanya sementara ini:
1. ( Yak 4: 16) Jangan pernah merasa layak untuk menjadi ahli warisnya... karena ketika kita merasa kita layak kita tidak akan memacu diri untuk selalu menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas kita sebagai ciptaan yang sempurna. Alih alih mengatakan: ”Saya kan manusia biasa yang penuh dengan kelemahan.” Lebih baik bekata :”Saya diciptakan oleh Allah yang spesial, dan untuk menjadi spesial maka saya harus melakukan tindakan-tindakan yang spesial pula!!” jangan juga berkata: “saya mampu kok menjadi ahli waris yang sempurna bagi Allah” karena sesungguhnya tidak ada manusia yang sungguh layak untuk menjadi warisnya. Jadi berkatalah: “ Saya akan terus berusaha untuk menjadi apa yang Tuhan inginkan dan bukan yang dunia inginkan.”
2. (17) berbuatlah yang terbaik bukan hanya yang baik. anda semua ingin menjadi inspirasi dan membawa dampak yang baik bagi orang lain bukan? Maka lakukanlah segala hal yang membawa inspirasi, lakukanlah segala yang baik. kita tidak akan menjadi orang yang bernilai, bila yang kita lakukan sekarang tidak bernilai. Kita tidak akan menjadi orang yang berharga bila kita tidak belajar untuk senantiasa melakukan yang berharga. Kita tidak akan menjadi orang yang besar bila kita tidak berani memilih untuk melakukan hal-hal yang dapat membawa kita menjadi lebih besar!! Laakukanlah semua itu bukan karena kita merasa terpaksa dan dituntut untuk melakukannya, namun karena kita harus menunjukkan kualitas kita sebagai ciptaan yang telah diciptakan dengan sempurna, yang adalah memaksimalkan kapasitas kita sebagai manusia. Dengan melakukan yang tidak berharga... kita tidak hanya mempermalukan diri sendiri, tapi mempermalukan Tuhan yang kita imani!! Berani menjadi seorang Kristen berarti juga berani memilih hal yang berharga di mata Tuhan, walau itu mungkin tidak berharga di mata manusia! Jangan pernah mengatakan: “ saya tidak minta diciptakan!! Saya tidak minta dilahirkan!! Bila saya tahu hidup saya hanya untuk Tuhan dan bukan hanya untuk saya sendiri saya tidak akan pernah mau datang ke dunia!!” Karena sesungguhnya Tuhan tidak pernah menciptakan seorang pengecut!!! Dosa yang membuat kita seperti pecundang. Tuhan ingin kita bahagia, Ia tidak menginginkan kita menjadi susah, sedih, menderita.... kita yang memilih untuk mengikuti dosa, karena berdosa adalah pilihan dan bukan takdir!! dibanding Allah bukan seperti robot atau budak belian semata. Ia ingin kita kembali menjadi gambar dan rupaNya yang sempurna.
3. Minta Allah mengajarkan bagaimana harus hidup. Tuhanlah pemilik, sumber, pemberi hidup ini... bukan kita, jadi mintalah hikmat bagaimana cara menjalani hidup dengan cara Tuhan. Bila hidup yang adalah pemberian Allah ini kita jalani dengan cara kita... maka kita tidak akan pernahbberhasil menjalaninya dengan sempurna. Oleh karena itu mintalah kepada Allah agar Ia mengajar kita dan memberikan kita cara untuk hidup yang benar.

Kini... pilihlah... mana yang ingin kita lakukan... mengutamakan semua hal yang sifatnya sementara atau kekal??? Jangan salah memilih.... karena pilihan kita sekaranglah yang akan menentukan apa jadinya kita pada masa yang akan datang... masa yang kekal!!!

Fundamentalisme

Matius 15:1-20

Fokus:
Mengajak remaja memahami bahaya fundamentalisme, sehingga mampu menyikapinya setepat mungkin.

Fundamentalisme? Apaan tuh??? Apa artinya? Mungkin bgi sebagian besar teman-teman fundamentalisme adalah istilah yang baru dan asing di telinga. Mungkin pertanyaan ini dapat membantu kita memahami Menurut teman-teman apakah Alkitab kita bisa salah??? Apa kira- kira jawabannya yaaa??? jawabannya: Tergantung!! Loh ko, tergantung??? Berarti Alkitab kita bukan Firman Tuhan dong!! Firman Tuhan kan Ya dan Amin, jadi ga mungkin salah!!!! Tergantung disini bukanlah isinya.... tapi bahasanya... terjemahannya.....istilahnya. kenapa bisa begitu? Karena Alkitab bukanlah TULISAN YANG DIBISIKKAN SECARA LANGSUNG OLEH ALLAH kepada manusia. Alkitab memang diilhamkan oleh Roh Allah kepada manusia, karenanya Alkitab ditulis dalam ketidaksempurnaan bahasa dan pemikiran manusia.

Selain itu Alkitab kita juga ditulis dalam jaman yang berbeda dengan konteks permasalahan dan pergumulan sosial, politik, sejarah, religi, dsb...yang berbeda, termasuk dialamatkan kepada jemaat yang berbeda pula. Sehingga mau tidak mau untuk mendapatkan inti berita Alkitab secara utuh, kita perlu memahami dengan benar konteks masa ketika suatu kitab atau surat ditulis oleh sang penulis. Bukan dengan cara ‘menelan bulat-bulat’ setiap huruf yang tertulis dalam Alkitab.

Membaca ALKITAB itu bukan tanpa persoalan lohh.... bahasa Indonesia adalh bahasa yang sangat terbatas...apalagi dibandingkan dengan bahasa Yunani atau Ibrani, sebagai bahasa Alsli Alkitab. Banyak padanan kata yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia, sehingga ketika kita membacanya, banyak terjemahan yang kurang tepat. Misalnya saja kata kasih. Dalam bahasa Indonesia Kasih hanya memiliki 1 padanan kata yaitu cinta... sedangkan dalam bahasa Yunani, kata kasih memiliki 4 kata yang berbeda, dengan arti dan penggunaan yang berbeda pula satu dengan yang lainnya.

Nahhh.... kalo begitu bahaya kan kalo kita salah mengartikan Alkitab kita ini!! Tapi realita berkata lain... banyak manusia yang memandang Alkitab sebagai kebenaran mutlak, yaitu kebenaran dalam tiap kata dan makna kata. Merekalah yang sering kali terjebak dalam paham atau aliran yang disebut sebagai fundamentalisme. Biasanya mereka juga memiliki sikap yang fanatik ketika melihat suatu teks. Mereka juga tidak membuka pintu dialog untuk melengkapi dan memperkaya paradigma mereka tentang Alkitab.

Dan ternyata.... paham ini sudah ada sejak jaman Yesus... dan bukan paham yang baru timbul di masa modern yang sarat akan teknologi, sebagai reaksi terhadap berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang cenderung mendorong manusia tidak lagi mengandalkan Tuhan, alih-alihb mengandalkan kekuatan dan kepndaiannya masing-masing.

Coba kita lihat seperti apa sih fundamentalisme itu menurut Alkitab:
1. Hanya berpegang pada doktrin ala manusia. Bacaan kita hari ini menunjukkan bahwa banyak orang farisi dan ahli taurat pda masa Yesus hanya mengutamakan tata cara dan tradisi nenek moyang. Mereka mencoba untuk menyerang Yesus yang membiarkan orang-orang makan tanpa mencuci tangan mereka (lihat perikop sebelumnya). Bagi mereka mencuci tangan harus dilakukan, bukan karena alasan higenitas... namun karena makan tanpa mencuci tangan adalah dosa besar. Mereka berpikir bahwa makanan yang adalah berkat Tuhan harus dimakan dengan tangan yang terlebih dahulu dikuduskan dan disucikan. Oleh karena itu bila memakan makanan tanpa mencuci tangan berarti membiarkan diri kotor saat menerima berkat Tuhan, dan itu adalah dosa besar bagi mereka.
2. memutlakkan yang tidak prinsip, dan merelatifkan yang prinsip. Yesus punya jawaban akan tuduhan pada ahli taurat dan orang farisi. Bagi Yesus mereka hanyalah orang buta yang menuntun orang buta, karena mereka hanya mementingkan perkataan manusia dan bahkan mengabaikan perkataan Tuhan. Menghormati orang tua adalah salah satu contohnya... mereka memilih untuk mecuci tangan dan memperdebatkan cuci tangan itu dibandingkan menaati orang tua yang adalah perintah Allah sendiri!!. Sama seperti kita, bila kita mati-matian memperjuangkan bahwa Yesus adalah Tuhan, tapi dalam hidup kita kita tidak menjadikan Dia sebagai satu satunya Tuhan. Atau bagi kita yang mengatakan dengan berapi-api bahwa Yesus adalah satu satunya jalan kehidupan dan keselamatan, namun tidak mengerjakan kehidupan dan keselamatan itu dalam hidup kita dengan mengasihi orang lain. Akhirnya kita menjadi orang yang munafik!!! Hanya pandai berdogma, namun tidak pandai melakukan Firman Tuhan!!!!
3. mementingkan kesucian badaniah dibanding kesucian hati. Membasuh tangan hanyalah bagian dari ritual penyucian tubuh dan bukan penyucian hati. Oleh karena itu Yesus mengatakan: “ bukan yang masuk ke dalam mulut manusia yang menajiskan manusia, namun apa yang keluar dari mulut itulah yang menajiskannya. Untuk apa kita mencuci tangan dalam rangka menguduskan tangan kita untuk menerima berkat Tuhan, bila kita masih mengeluarkan kata-kata tidak membangun... kata-kata yang tidak bermanfaat, yang hanya menjadi omong kosong tanpa nilai. Buat apa kita memilih makanan mana yang halal dan mana yang najis, bila kita di dalam hati menyimpan kemarahan, iri hati, dengki hingga dendam. Buat apa kita mencuci semua tubuh kita hanya untuk dinilai kudus, bila kita mengotorinya dengan perbuatan tidak senonoh, tidak sopan, dan tidak penuh kasih!!! Omong kosong buat orang yang hanya mementingkan dogma...tapi tidak menjalankan itu semua dengan kebesaran hati untuk menyenangkan hati Tuhan.

NAHHH...rekan remaja.... jangan sampai kita terjebak pada kesucian semu.... Tuhan tidak melihat seberapa banyak kita membelanya dalam hal mempertahankan dogma manusia... tapi Tuhan melihat kesucian hati kita; yaitu kita berkata, berlaku dengan kasih yang murni... kasih yang tanpa batas dan syarat seperti yang telah dilakukannnya bagi kita di atas kayu salib.

Jangan kita mengagungkan dogma, tapi dalam hidup itu semua hanya menjadi pemikiran belaka... dan tidak menjadi pedoman.... kalo orang amerika bilang itu semua menjadikan ucapan kita “kotoran kebo” . Kita tidak akan menajdi teladan, bila hanya mengagungkan dogma tanpa melakukannya dalam hidup kita!!!!

Jadi.... lakukanlah Firman Tuhan itu dalam hidup kita dan bukalah hati terhadap hikmat tuhan hingga kita tidak hanya dapat mengerti dengan benar apa yang difirmankan Tuhan dalam Alkitab, namun juga dengan kesungguhan hati melakukannya. Alkitab bukan hanya untuk menjadi pajangan di lemari buku kita... tapi untuk dihidupi melalui hidup kita!!! amin

Sabtu, 17 Oktober 2009

Ketika Hidup Harus Memilih
Ayub 23:1-9, 16-17
Maz 90:12-17
Ibrani 4:12-16
Markus 10:17-31

Tujuan: Anggota jemaat tergerak untuk lebih memilih hidup kekal ketimbang kekayaan semu.

Sadar atau tidak sadar, manusia dalam hidupnya akan selalu dipertemukan dengan berbagai macam pilihan. Sejak kecil manusia sudah dibiasakan dan membiasakan diri untuk memilih: untuk tidur seharian atau bangun, untuk bermain atau belajar, memakai baju warna merah atau warna kuning, untuk masuk sekolah atau membolos, untuk makan nasi atau makan mie.... menginjak dewasa manusia diperhadapkan dengan pilihan jurusan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi: arsitektur, dokter, hukum, marketing, bisnis, teknik ..... hingga pilihan terakhir yang biasanya jatuh pada ranah jurusan teologi. Selesai pendidikan, manusia diperhadapkan dengan pilihan untuk bekerja atau tidak; pun bila mau bekerja bekerja dimana. Menikah, punya anak, hingga kembali menyekolahkan anak....hingga memilih mau dikuburkan atau dikremasi ketika ajal menjemput. Itu semua pilihan. Dan semuanya harus memilih dengan juga siap menanggung konsekuensi masing-masing pilihan.

Tidak ada pilihan yang tanpa konsekuensi, tidak ada pilihan yang tanpa resiko. Oleh karena itu banyak manusia menentukan pilihan berdasakan seberapa besar resiko yang harus dihadapinya. Hasilnya banyak pilihan manusia merupakan pilihan yang tidak bijak karena dipilih berdasarkan tingkat resiko bukan nilai positif dari pilihan itu sendiri. Mengapa hal tersebut terjadi? Karena manusia tidak suka berada di ranah tidak aman. Manusia suka berada dimana ia aman, nyaman, dan makmur. Memilih sesuatu yang beresiko adalah hal bodoh bagi sebagain besar manusia. Untuk apa berani memanggung resiko yang besar bila ada pilihan yang memiliki resiko kecil?

Pemahaman tersebut nampaknya membawa dampak yang luar biasa dalam kehidupan manusia. Manusia lebih memilih menjauhkan diri dari segala konsekuensi walaupn pilihan yang diambilnya tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, akhirnya yang didapati manusia bukan hidup penuh yang berkemenangan alih-alih menjadi hidup yang tidak berkenan dan menjadi jalan tol menuju maut.

Tapi, bagaimana kita harus memilih? Apa kriteria pilihan yang baik bagi manusia? Dan bagaimana menentukan prioritas dari berbagai pilihan tersebut? Pun bila pilihan yang baik itu ternyata membawa konsekuensi atau resiko yang besar bagaimana menghadapinya?

1. Berani keluar dari Zona Aman. Menjadi orang pilihan Allah bukan berarti menjamin hidup kita aman aman saja. Bahkan memilih untuk menjadi pengikut Kristus sama dengan memilih untuk menderita, sengsara, miskin, diburu, dibunuh, dicerca...... tapi eitsss bukan berarti hidup dalam kedukaan, dan kepedihan kan? Sukacita dan kedamaian senantiasa hadir dalam hidup orang benar, itu janji Tuhan, dan janji Tuhan adalah ya dan amin. Begitu pula janji Allah kepada Ayub. Ya... memang pencobaan itu sering kali datang silih berganti tanpa lihat kondisi dan situasi manusia, tapi Allah tidak membiarkan orang-orang pilihannya jatuh hingga tergeletak bukan? Allah bukanlah Allah yang tuli... bukan juga Allah yang tidak peduli akan penderitaan umatNya. Hanya saja rencana dan rancangan Allah bagi kita sering kali tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Itulah yang menjadikan pilihan untuk mengikut Allah adalah pilihan yang sering kali membawa kita ke tempat yang tidak pasti dengan perlindungan yang pasti. namun kita harus memberanikan diri untuk hidup di luar zona aman. Yaknlah bahwa konsekuensi apapun di tangan tTuhan menjadi sesuatu yang indah! Lebih dari itu dalam ketertekanan kita akan lebih mudah untuk melihat karya Tuhan. Jangan memilih karena cari aman ala dunia tapi pilihlah karena aman di tangan Tuhan.
2. Gunakan standar Allah dalam menentukan pilihan. Banyak orang memilih apapun itu, sesuai dengan keinginannya, kebutuhannya, kepentingannya, semua yang berpusat pada diri sendiri dan bukan kepada Tuhan. Itulah yang dialami oleh orang muda yang menjumpai Yesus. Ia berpikir menggunakan paradigmanya, pendapatnya, cara pandangnya untuk menilai keselamatan Allah. Ia ingin Allah menyesuaikan pandanganNya, rencana dan rancanganNya sesuai dengan keinginan pribadi. Mengapa kita perlu menggunakan standar Allah? karena Allah adalah sosok yang paling tahu yang terbaik bagi anak-anaknya. Kita sering kali tidak mengerti mengapa kita memilih sesuatu, bahkan kita juga sering kali tidak mampu memilih dengan benar. Ketika standar Allah menjadi acuan, maka dapat dipastikan pilihan kita adalah pilihan yang terbaik menurut Allah dan bukan hanya mengikuti naluri saja.
3. Doakan pilihan itu. Pernah mendengar bahwa doa orang benar itu besar kuasanya? Aminkan itu!! Bila kuasa dari doa kita tidak besar, jangan-jangan kita belum menjadi orang benar. Ya... doa kita punya kuasa... bukan untuk menjadikan pilihan kita yang salah menjadi benar, bukan pula untuk memaksa Tuhan menerima pilihan kita. Tapi doa punya kuasa untuk menjadikan pilihan Tuhan tepat menurut kita, dengan meminta Tuhan untuk menunjukkan pilihan itu. Mengapa harus didoakan? Karena doa adalah sarana kita untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Banyak manusia lebih memilih untuk berkonsultasi dengan para ahli yang dianggap mampu memberikan saran (bila mendapatkan bayaran yang sesuai dengan kredibilitasnya di masing-masing bidang), bahkan memilih untuk berkonsultasi via SMS dengan menunggu SMS dari Mama Laurent atau dari Dedy Corbushe daripada berkonsultasi dengan Tuhan yang kredibilitasnya terakui di seluruh jagad Raya, tanpa bayar pula... Ironisnya, manusia lebih percaya dengan pendapat dari manusia lain dibanding pendapat dari Tuhan yang adalah pemilik hidup itu sendiri.

Hidup akan selalu memberi pilihan. Namun sesungguhnya hanya ada dua pilihan utama dalam hidup.... memilih untuk mengikut Tuhan atau mengikuti hawa nafsu. Bukan berarti bila kita memilih Tuhan, kita harus menjadi penginjil, pendeta....orang yang menghabiskan hidupnya untuk melayani di gereja dll... memilih untuk mengikut Tuhan dapat diwujudnyatakan melalui setiap tindakan kita. bila mau menjadi seorang dokter jadilah dokter yang menaruh belas kasihan bukan hanya menaruh resep, bila ingin menjadi pengacara, jadilah pengacara yang menjunjung keadilan, bila ingin menjadi orang tua, jadilah orang tua yang menjadikan Kristus sebagai kepala keluarga, bila ingin menjadi guru, jadilah guru yang mendidik dengan kasih Kristus. Tidak mudah??? Ya...tapi pilihan itu akan membuat hidup kita menjadi berkat, bukan hanya memperoleh berkat!! amin

Rabu, 16 September 2009

Tepati Janji
Kejadian 31: 43-55

Pertanyaan:
1. apa arti janji itu?
2. dalam hal apa saja kita sering kali berjanji?
3. apakah janji itu sering kita tepati atau kita abaikan?
4. mengapa sering kali orang lain meminta kita untuk berjanji?
5. untuk apa kita juga berjanji?

Relita:
1. berjanji sering kali digunakan orang untuk lari dari masalah yang sesungguhnya.
2. berjanji juga sering kali menjadi alasan untuk menyenangkan orang yang kita janjikan, atau agar orang tersebut tidak banyak menuntut.
3. janji diucapkan bukan dengan semangat menepatinya, alih-alih menjadi alasan semata.
4. banyak orang Kristen menggunakan kata insya Allah dengan sembarangan, yaitu untuk menunjukkan ketidak seriusan dalam janjinya, tanpa mengetahui bahwa insya Allah berarti melibatkan Allah dalam janji atau sumpah kita.
5. banyak orang diminta untuk berjanji bukan karena ia dapat dipercaya, sebaliknya ia adalah orang yang sering kali mengumbar janji tanpa dapat melaksanakannya.
6. Janji Allah tidak dapat disamakan dengan janji manusia. Janji manusia ditepati apabila situasi dan kondisi memungkinkan. Sedangkan Allah akan senantiasa memenuhi janjiNya tanpa memandang situasi dan kondisi, termasuk dengan pertimbangan apakah janji yang telah diucapkanNya merugikanNya atau tidak. Janji Allah adalah ya dan amin. Tidak dapat dibatalkan oleh manusia, dan apapun yang ada di bumi. Kesulitan ataupun resiko apapun tidak membuat Allah melalaikan janjinya.

Penjelasan Nats:
1. dengan stigma Yakub sebagai penipu, Laban meminta Yakub untuk berjanji kepdanya, dan agar Yakub dapat memegang janji tersebut dengan teguh. Untuk itu Laban dan Yakub mengikrarkan janjinya dengan menggunakan tugu sebagai bukti atau monumen perjanjian mereka, selayaknya budaya pada masa itu.
2. Yakub berani untuk berjanji kepada Laban bukan karena ia merasa bahwa Ia dengan kekuatannya akan berhasil memenuhi segala yang telah diucapkannya, namun karena dalam janjinya Yakub menempatkan Allah sebagai saksi, lebiih dari itu yakub menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan baginya untuk dapat menepati janji yang telah diucapakannya.
3. memang pada awalnya banyak yang berpendapat bahwa perjanjian ini lahir dari rasa saling curiga diantara keduanya. Laban merasa ditipu Yakub perihal pencurian terafim oleh rombongan Yakub sedangkan Yakub merasa ditipu perihal perjanjian kerja yang begitu lama dalam rangka mendapatkan Rahel sebagai isteri.
4. Namun pada akhirnya perjanjian tersebut menjadi suatu tanggung jawab baru yang mereka sepakati bersama di hadapan Tuhan, dengan semangat untuk aling menepati dan bukanuntuk saling mengingkari.

Nilai Kristiani;
1. belajarlah untuk menepati janji kepada semua orang.
2. dengan kesadaran bahwa menepati janji adalah hal yang tidak mudah, karena manusia sering terbentur dengan keegoisan dan ketidakrelaan untuk keluar dari zona nyaman dan amannya, hati-hatilah dalam mengucap janji.
3. berhubung dengan kehati-hatian mengucap janji, bukan hanya karena alasan diatas, namun karena Allah mendengar setiap janji yang kita ucapkan. Maka bila kita tidak menepatinya, kita tidak hanya menipu sesama kita, tapi juga menipu Allah.
4. Janji dilakukan bukan hanya karena ada bukti seperti hitam diatas putih atau tugu seperti yang dibuat oleh Yakub dan Laban, namun karena di dalam janji ada tanggung jawab, ada keterikatan, dan ada kuasa. Ketika kita melanggar janji maka sama dengan melanggar hak sesama kita yang kepadanya kita berjanji.
Ayo Belajar Bertanggung Jawab
Yohanes 7: 1-13

Tujuan:
ASM berani menanggung resiko demi melakukan yang baik.

Pertanyaan:
1. mudahkah bagi kita untuk dapat berbuat baik? mengapa?
2. apa kendala kita dalam berbuat baik?
3. apa yang Yesus kehendaki bagi kita dalam berbuat baik?
4. bagaimana seharusnya kita bersikap dalam berbuat baik?

Realita:
1. berbuat baik adalah hal yang susah-susah gampang untuk dilakukan.
2. tidak semua orang mengerti maksud baik kita.
3. perbuatan baik sering kali tidak dilakukan dengan motivasi baik. banyak orang terburu-buru untuk berbuat baik agar ia dipandang sebagai orang yang penuh inisiatif, untuk mendapatkan pujian, untuk menjadi pusat perhatian, dll
4. tujuan yang baik sering kali tidak disampaikan atau dilakukan dengan cara yang baik, misalnya: dilakukan dengan cara memarahi, membentak, melakukan kekerasan baik fisik maupun psikologis.
5. perbuatan baik manusia tidak dapat disetarakan dengan perbuatan baik Allah, karena manusia dan Allah memiliki standar kebaikan yang berbeda, misalnya: apa yang disebut baik oleh Allah sering kali dikaburkan oleh manusia=>memberikan contekan, membantu teman mengerjai teman yang lain untuk balas dendam, dll
6. termasuk cara Allah dalam berbuat baik juga berbeda dengan cara manusia, misalnya: manusia berbuat baik dengan cara menunjukkan kebaikkan kepada semua orang dengan tetap memikirkan kepentingan diri sendiri, Allah menunjukkan kebaikkan untuk kebaikan manusia itu sendiri, sering kali dengan mengorbankan kepentingan dan bahkan diriNya sendiri. Manusia berbuat baik bila dinilai resikonya kecil, Allah mau berbuat baik walaupun resikonya besar.


Penjelasan Nats:
1. Kepergian Yesus ke Galilea, dan tidak menetap di Yudea bukan karena Ia mau melarikan diri atau melepas tanggung jawab resiko segabai utusan Allah, namun karena Yesus tahu bahwa adanya perselisihan diantara kaum pejabat Yahudi berkaitan dengan pengajaranNya tentang hari Raya Pondok Daun. Mereka ingin Yesus mati bukan demi menjujung tinggi pemahaman mereka, namun karena mereka ingin menunjukan keberkuasaan mereka di tengah-tengah bangsa, dan menjauhkan pengaruh politik Yesus bagi masyarakat pada masa itu.
2. Yesus juga tidak ingin para murid mempertontonkan diriNya di depan masyarakat umum. (Konsep ini lebih jelas bila dibandingkan dengan kisah Yesus membasuh kaki para murid, dan kisah Para Murid yang berselisih tentang siapa yang terbesar diantara mereka) Yesus tidak ingin pamer kekuasaan, kebijaksanaan, walaupun sesungguhnya Ia dapat melakukan segala sesuatu.
3. Yesus mengatakan “waktuKu belum tiba...” bukan berarti Yesus menunda untuk melakukan yang baik bagi manusia. Namun karena ALLAH memiliki cara dan waktu tersendiri untuk menyatakan siapa diriNya. Ke-Allahannya justru nampak ketika apa yang dikerjakanNya, keputusanNya, tidak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi manusia. =>bandingkan dengan realita manusia yang ingin menonjol dan disebut pahlawan.
4. Sayangnya apa yang Yesus lakukan tidak dimengerti bahkan disalahpahami oleh saudara dan para muridNya. Ia bukan Allah yang suka melepas tanggung jawab. Ia juga bukan Allah yang tidak berani menanggung resiko yang berat. Karena kematianNya telah membuktikan bahwa Yesus bukanlah manusia yang pengecut, bahkan Ia menunjukkan bahwa Ia mau memberikan segalanya demi kebaikan dan keselamatan manusia.

Nilai Kristiani:
1. berbuat baiklah kepada siapapun tanpa membeda-bedakan suku, latar belakang sosial budaya dan pendidikan.
2. berbuat baik dengan motivasi yang benar
3. setiap perbuatan baik biasanya diikuti dengan sikap mau berkorban bagi kepentingan orang lain.
4. berbuat baik harus dilandasi dengan kasih Allah : yaitu keinginan untuk membahagiakan orang lain, keinginan untuk menjadikan orang lain menjadi lebih baik (meningkatkan kualitas hidup orang lain) dengan begitu kita dimampukan untuk menanggung resiko (apapun, dan kapanpun)
5. tujuan yang baik bila dilakukan atau disampaikan dengan cara yang tidak baik, maka tidak akan membawa kebaikan.
Hari Kematian Lebih Baik dari Hari Kelahiran
Phk 7: 2-4

Pertanyaan yang perlu direnungkan:
1. apakah kita semua pernah takut mati?
2. lebih takut mana menjalani hidup atau menghadapi kematian?
3. bila Ya mengapa dan bila tidak mengapa?
4. apa yang dimaksud dengan kematian, sehingga manusia takuyt dalam menghadapinya?
5. apa yang dimaksud dengan hidup sehingga manusia berani menghadapinya?

Mati= sudah hilang nyawa, tidak hidup lagi, padam, tidak berasa lagi
Kematian = menderita karena sesuatu yang mati =>sesuatu yang mendatangkan penderitaan
Hidup = masih terus ada, bergerak, dapat bekerja sebagaimana mestinya, tetap ada, masih berjalan
Kehidupan = keadaan dimana seseorang akan terus dapat bergerak, dan bekerja sebagaimana mestinya

Banyak orang yang takut dengan kematian, sesungguhnya karena mereka tidak pernah tau kapan kematian itu menjemput, dan apa yang akan terjadi setelah kematian itu datang menghampiri kita? Apa yang terjadi ketika kematian datang menjempu, apakah akan terasa sakit atau tidak ada sesuatu yang dirasakan
Pengkhotbah dikenal sebagai kitab yang berifat pesimistik , memandang hidup sebagai sesuatu yang sia-sia belaka dan kematian sebagai jawaban bagi manusia atas kehidupan, bahwa segala sesuatu akan dan pasti berlalu, sehingga hidup di dunia ini menjadi kehilangan arti dan makna. Sebenarnya pengkhotah (qohelet) semata mata bukan ingin membuat para pembaca melihat hidup dengan pesimis, melankan pengkhotbah ini para pembaca mencari kunci pengertian makna hidup yang sebenarnya hingga hidup yang singkat ini tidak menjadi sia-sia dan belalu tanpa dapat memberi makna bagi manusia yang menjalaninnya. Pengkhotbah ingin umat memeriksa hidup dari segala sisinya sehingga dapat nememukan kepuasan yang sungguh berarti, tentu dengan melibatkan Allah dalam hidup, karena sesungguhnya Allahlah yang memegang kunci dari hidup itu sendiri.
Hidup memang sebuah teka teki bagi pengkhotbah. Makna hidup tidak terdapat dalam pengetahuan, ilmu, kesenangan hawa nafsu, penindasan, kesibukan keagamaan (rutinitas dan tradisi apalagi kebebebalan. Justru rencana bagi manusia adalah menerima hidup dari tangan Allah sendiri hari demi hari, dan menikmati pemberian Allah tersebut demi Dia yang memberikannya bdg Rom 8:20-25, 28

Ay 2:
2 Lebih baik pergi ke rumah duka daripada ke tempat pesta. Sebab kita harus selalu mengenang bahwa maut menunggu setiap orang.
2 It is better to spend your time at funerals than at festivals. For you are going to die, and you should think about it while there is still time.
Dikatakan bahwa pergi ke rumah duka lebih baik dari pada ke tempat pesta. Karena di tempat pesta kita manusia lebih banyak ‘merayakan’ kehidupan (= dengan mabuk oleh dunia, kenikmatan yang ditawarkan dunia.) menikmati hidup dengan cara yang tidak bijak. Segala yang hanya mementingkan kenyamanan dan kenikmatan daging. Dalam pesta terkadang hanya ada tawa karena kesenangan yang diperoleh. Walaupun bukan berarti kita tidak dapat menjadikan pesta sebagai sarana kita untuk mengucap syukur atas hidup yang dapat kita jalani bersama, hanya pesta seperti apa, kesenangan seperti apa, kesenangan yang membangun jiwa dan roh kita atau bahkan malah menjauhkan diri kita dari keagungan Tuhan.
Sedangkan kematian selalu membawa manusia berpikir tentang hidupnya. Kematian selalu membawa pengajaran bagi setiap manusia. Saat kematian menyambut baik itu kerabat, saudara, bahkan orang orang yang kita kasihi dan mengasihi kita, maka kita akan diperhadapkan dengan pertanyaan kapan giliran kita, besok, lusa, 10-40 tahun lagi atau kapan? Apa yang terjadi bila esok Tuhan meminta pertanggung jawaban kita selama hidup, siapkah kita? Apa yang akan kita katakan kepada Tuhan ketika Tuhan bertnya apa yang telah kita lakukan untuknya selama kehidupan kita?
Mengapa berada di tepat kedukaan lebih baik? Karena disanalah kita diperhadapkan tentang makna sesungguhnya dari hidup. Disanalah kita diperhadapkan dengan suatu refleksi diri, bahwa kita pasti juga akan mati? Dan selama masih ada waktu tersisa bagi kita, kita akan belajar mempertanyakan diri kita bilakan kematian itu datang menjemput kita apakah kita siap untuk menghadapinya?

Ay 3
3 Kesedihan lebih baik daripada tawa. Biar wajah murung, asal hati lega.
3 Sorrow is better than laughter, for sadness has a refining (membersihkan, memurnikan, menjadi lebih berbudaya) influence on us.
Kesedihan disini bukan hanya duka, karena ditinggal oleh orang yang mencintai dan kita cintai. Kesedihan disini namun juga bagian dari segala bagian dari emosi manusia yang seringkali mengganggu seperti amarah, kekesalan yang menyakitkan, kesedihan yang mendalam. Namun ketika kesedihan menjadi bagian kita, kesedihan dapat menjadi sesatu yang lebih memberikan arti, lebih berharga, lebih indah untuk dialami, daripada hanya sekedar tawa yang saling mengejek, mentertawakan orang lain, mencemooh orang lain (berbahagia diatas penderitaan orang lain.)
Oleh karena itu saat kita merasakan kesedihan, kesedihan sering kali lebih dapat membersihkan jiwa kita, memurnikan lagi motivasi kita, menjadikan diri kita lebih baik di kemudian hari, dari hanya sekedar mencari kesenangan yang semu sifatnya. Kesedihan juga dapat memampukan kita untuk menghadapi baik itu masalah maupun segala pergumulan hidup dengan cara yang baru dan cara yang lebih baik. for by the sadness of the countenance the heart is made better.

Ay 4
4 Orang bodoh terus mengejar kesenangan; orang arif selalu memikirkan kematian.
4 A wise person thinks much about death, while the fool thinks only about having a good time now.
Oleh karena itu orang berhikmat akan selalu menjadi orang yang memikirkan kematian, yaitu memikirkan bagaimana ia harus menjalani hidup, bagaimana hidup harus dilewati, bagaimana hidup harus berjalan, dan bagaimana hidup ini seharusnya diarahkan. Ia akan selalu merefleksikan segala tindakkannya dan bukan hanya menjalani hidup sebagai rutinitas yang tidak akan pernah habis dan akan terus berjalan seperti apa yang kita inginkan. Mereka yang dikatakan berhikmat akan mencari jalan terbaik untuk hidup, maka mereka juga akan menjadi orang-orang yang mempergunakan hidup sebaik-baiknya baik bagi diri mereka sendiri, maupun bagi sesama manusia teruatama bagi Tuhan sang pemilik hidup. Sedangkan mereka yang dikatakan bodoh adalah orang-orang yang hanya mengejar kesenangan yang dapat dinikmati hari ini saja, yaitu bagaimana cara bersenang-senang hari ini
Apakah jalan hikmat itu mengejar kesenangan? Atau kekayaan atau pekerjaan-pekerjaan besar?, atau pengumpulkan budak2 (phk 2:3). Tidak, semua itu berakhir pada kematian. Berkali kali penulis mengatakan bahwa keberadaan manusia berlalu dengan cepat, sia sia dan ‘ tak berguna’. Yang paling baik adalah ketika kehidupan ini diterima apa adanya dan hal-hak yang mendatangkan kepuasan harus dinikmati sementara hal itu berlangsung, karena segala hal yang baik pasti berakhir.
Tema kita hari ini dimana dikatakan dalam pengkhotbah bahwa hari kematian lebih baik dari hari kelahiran. Bukan beratI kelahiran di dunia menjadi sesuatu yang buruk, bahwa hidup memang pada hakekatnya sia-sia. TIdak! Yang dimaksud pengkhotbah disini adalah bahwa dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa kematian seringkali lebih banyak memberikan arti yang mendalam tentang manusia, tentang kehidupan dan tentang peran Allah dalam kehidupan manusia. Begitu juga ketika kita berbicara tentang kesakitan, kepedihan yang kita derita ketika ditinggalkan akan memiliki dampak yang mengubahkan, melihat segala sesuatu dengan kacamata / cara pandang yang berbeda dari kesakitan yang ditimbulkan oleh peristiwa kelahiran. Karena peristiwa kematian juga bisa menjauhkan kita dari kebijaksanaan dan kebaikkan bila kita hanya melihat sisi negatifnya. Seseorang dapat menjadiputus asa ketika ia ditinggalkan oleh orang yang dikasihi dan mengasihinya. Bahkan, ia juga bisa menjemput nyawanya sendiri ketika ia sudah tidak mampumenghadapai keputus asaannya itu.
Baik hidup maupun mati adalah sama sama hal yang baik dimata Tuhan. Karena hidup adalah untuk Kritus dan kematian adalah keuntungan (Paulus). Hidup adalah anugerah yang kita terima dari Allah, oleh karena itu sudah sewajarnyalah kita menjalani hidup dengan sebaik mungkin, dengan sebijaksana mungkin, dan dengan terus berjalan dalam terang dan kehendak Tuhan bagi kita. hidup dalam kesenangan, dan sukacita juga tidak selalu menjadi sesuatu yang sia sia dan buruk bila sungguh sukacita yang kita peroleh adalah sukacita Tuhan yang menjadikan kita manusia yang penuh dengan rasa syukur, dan lebih baik setiap harinya, maka sungguhlah kita menjadi manusia yang paling berbahagia. Mengapa? Karena kita adalah manusia yang mampu mengambil nilai hidup baik dalam suka maupun duka, dalam kesenangan maupun dalam kematian. Kita akan menjadi manusia yang sungguh dapat menikmati hidup sebagai pemberian yang patut disyukuri dan menyambut pemberian itu dengan kesungguhan dalam menjalani setiap lembar hidup kita hingga kita kembali ke pangkuan Tuhan. Amin
Perlindungan di Masa Tua
Maz 71:17-18
Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib;
juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang.


Pertanyaan:
1. perlindungan seperti apa yang dibutuhkan oleh para lansia?
2. mengapa mereka butuh dilindungi?

Pertanyaan pertama yang hadir di benak saya ketika saya mempersiapkan bahan ini adalah, apa bedanya perlindungan di masa tua dan perlindungan pada masa kanak-kanak, remaja, pemuda, dewasa? Apakah memang berbeda? Kalau berbeda apa yang membuatnya berbeda? Ternyata memang perlindungan di masa tua berbeda loh dengan masa-masa yang lain dalam hidup! Mengapa bisa begitu? Apa bedanya? KEBUTUHANNYA AKAN PERLINDUNGAN!

Ketika kita masih bakal anak, perlindungan extra diberikan dengan menjaga si ibu, menjaga kandungannya, makanannya agar tetap seimbang nutisi, gizi, vitamin dll, menjaga si ibu dari perubahan emosi yang drastis, Dan lain sebagainya.

Ketika anak tersebut sudah lahir, kebutuhan akan perlindungan juga berubah... lebih banyak...anak membutuhkan perlindungan dari sakit penyakit, dari arena bermain yang mungkin membuatnya celaka:” jangan naik-naik nanti jatuh, jangan lari-lari nanti jatuh, jangan pegang-pegang nanti pecah”, dari lingkungan pergaulan, dari kejahatan dan kriminalitas jalanan, dari nilai yang jelek “ jangan bergaul sama teman yang malas ya, nanti ketularan malas..jangan bergaul dengan teman yang bodoh yaa, nanti keikutan bodoh dan lain sebagainya.

Ketika memasuki masa remaja, maka kebutuhan perlindungan juga mulai bergeser, remaja membutuhkan perlindungan dari pergaulan yang semakin bebas, dari pacaran yang tidak sehat, dari kesalahan menentukan pilihan yang memperngaruhi masa depan “ jangan pacaran dulu, belajar dulu, jangan suka pulang malam, tidak baik dilihat orang, jangan pilih jurusan itu, nanti masa depannya ga jelas!! Mau dapet duit dari mana?

Ketika memasuki masa pemuda, kebutuhan semakin bergeser, pemuda membutuhkan perlindungan dari kesalahan memilih pasangan hidup, dari kegagalan mencari lapangan pekerjaan, kegagalan membina rumah tangga, kegagalan meniti karier “ jangan pilih suami yang malas, yang tidak setia, cari yang kaya, yang bisa memenuhi kebutuhan hidup, jangan kerja di tempat lain ,kerja di toko papa aja, di perusahaan keluarga”

Begitu pula ketika memasuki masa dewasa, kebutuhan berubah, menjadi kebutuhan membina rumah tangga yang lebih mapan, kebutuhan menyekolahkan anak, mendidik, memperhatikan perkembangan kemauan, bakat dan minat anak, membina hubungan suami isteri yang harmonis, penuh pengertian, saling menjaga kesetiaan, dan lain sebagainya

Dan tentunya ketika memasuki masa lansia, kebutuhan manusia juga berubah menjadi semakin banyak membutuhkan perhatian, penghargaan. Membutuhkan suasana yang relatif damai dan tenang. Membutuhkan anak-anak yang rukun, cucu yang sehat dan pandai, namun juga kebutuhan untuk tidak dilupakan dan ditinggalkan.

Nah dalam rentang usia ini, dengan kebutuhan yang berbeda-beda... kadang manusia mengambil jalan yang salah atau menggunakan cara yang salah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Ketika masih dalam masa bakal anak, karena harus menjamin anak yang sehat ketika nanti dilahirkan, ibu memakan apa saja yang dilihatnya...sang anak bisa saja menjadi obesitas ketika ia dilahirkan, bisa juga malah mengidap penyakit yang bahkan tidak diduga-duga. Ketika sang ibu menjaga kandungannya dengan duduk, dan tidur saja, kemungkinan besar sang anak akan susah untuk keluar, karena si ibu malas bergerak.

Ketika masuk ke masa anak-anak, remaja,dan pemuda, larangan yang bisa digunakan untuk melindungi anak-anak dari hal hal yang tidak diinginkan, bisa menjadi bumerang bagi kita.... di satu sisi anak menjadi takut untuk mencoba segala sesuatu atau bahkan ia menjadi anak yang memberontak karena segala sesuatu tidak diperbolehkan. Bahkan degan larangan atau cara yang salah kita dapat menjerumuskan dang anak pada kehendak kita dan bukan kehendaknya, dengan cara yang menurut kita cocok dan tidak menurutnya. Sang anak akan menjadi begitu tergantung pada orang tuanya, dan tidak mampu mengambil keputusan yang baik untuk dirinya sendiri padahal ia yang harus menjalani hidupnya sendiri.

Ketika seseorang masuk ke masa dewasa, kebutuhan memperhatikan kebutuhan anak sering kali berbenturan dengan kebutuhan untuk dihargai dan dihormati oleh anak, sehingga kita menjadi orang tua yang otoriter, yang sering kali memaksakan keinginan pribadi dibanding bertanya akan keinginan anak kita

Dan ketika kita mulai memasuki masa lansia, anak-anak kita mencoba memenuhi kebutuhan kita untuk tidak ditinggalkan dan menjadi kesepian dengan memberi kita suster, pembantu, atau memasukkan kita ke panti jompo...

Yahhh memang terkadang kebutuhan tidak mampu dipenuhi dan dijawab secara benar. Termasuk kebutuhan untuk dilindungi. Sepanjang hidup kita tidak akan pernah terlindung dari rasa takut dan kawatir, takut ditinggal, takut hidup sendiri, takut kesepian dan beragam ketakutan dan kekhawatiran.

Namun hari ini kita diingatrkan melalui firman Tuhan , bahwa sesungguhnya perlindungan yang sejati hanya bisa kita peroleh di dalam Tuhan dan tidak yang lain... begitu juga hanya Tuhan yang memahami dengan benar apa yang kita butuhkan... termasuk memberikan apapun yang kita butuhkan.

Ingat Tuhan memberi apa yang kita butuhkan dan bukan apa yang kita inginkan. Ia adalah Allah yang senantiasa mengetahui kebutuhan kita untuk mendapatkan perlindungan terhadap apapun, termasuk terhadap segala pergumulan yang kita hadapi.

Ketika saya kembali berpikir mengapa tema hari ini berbicara tentang perlindungan di masa tua, saya menemukan jawabannya, karena setiap masa unik dan spesial di mata Tuhan. Tidak ada masa dalam rentang hidup manusia, yang memiliki kebutuhan yang sama, semuanya berbeda. Dan ketika Tuhan memenuhi kebutuhan, Ia tidak menyama ratakan kebutuhan manusia, Ia memenuhi setiap kebutuhan dalam rentang usia dengan segenap keunikannya. Ia adalah Allah yang mengenal kita jauh sebelum kita ada dalam rahim ibu kita. Ia mengenal kita lebih dari yang kita tahu. Oelh karena itu sudah sepatutnya kita bersandar kepadaNya karena hanya Dialah yang mampu memenuhi segala kebutuhan dan melindungi kita dalam setiap masa kehiduoan kita.
Kini setelah kita mendapat jaminan perlindungan Allah apa yang bisa kita lakukan? Kita juga bisa menjadi pelindung, bagi anak-anak kita cucu2 kita sahabat dan saudara seiman kita.... bagaimana caranya? Dengan berdoa, dengan senantiasa memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib, memberitakan kuasa dan keperkasaan Allah.

Kita bisa menjadi pelindung mereka dengan terus mendenggungkan Firman Tuhan, kita melindungi mereka dari pikiran jahat, dari pergaulan yang jahat dari pikiran yang jahat dan lain sebagainya....kita bisa menjadi pelindung, ketika kita sendiri telah memperoleh perlindungan dari Allah dan merasakan perlindungan dari Allah. Tanpa itu kita akan terus mencari perlindungan dari tempat dan orang lain dan bukan kepada Allah. Karena perlindungan Allah hadir bagi kita bukan hanya untuk membuat kita aman... tapi terutama untuk menjadikan kita sebagai pelindung-pelindung bagi anak, cucu dan saudara seiman kita yang lain. Amin
Melayani Dengan Sumber Daya dan Dana Terbatas
2 Korintus 8 1-9

Pertanyaan:
1. Apa makna melayani?
2. Apa yang dibutuhkan anak-anak Tuhan untuk melayani?
3. Apa peran sumber daya dan dana dalam pelayanan?

Berapa banyak dari kita yang berpikir bahwa uang adalah segalanya? Munafik memang bila kita berkata bahwa kita tidak membutuhkan uang baik untuk hidup maupun untuk pelayanan. Iman saja tidak dapat menjadikan perut manusia kenyang. Konsep yang sangat manusiawi bukan? namun sekaligus menajdi konsep yang menghantui pelayanan kita. Pelayanan manusia hanya terbatas pada dana. Dana yang kurang membuat pelayanan mandeg, di sisi lain manusia dianggap sudah memberikan pelayanan hanya dengan memberikan dana. Pada akhirnya pelayanan hanya diukur dari seberapa banyak dana yang telah diberikan ataupun digunakan untuk pelayanan tersebut.

Bagaimana dengan sumber daya manusia bagi sebuah pelayanan dewasa ini? Tidak dapat dipungkiri bahwa tuntutan kehidupan masyarakat perkotaan masyarakat dewasa ini begitu mempengaruhi tingkat sumber daya manusia bagi pelayanan gereja. Waktu bagi diri sendiri saja nyaris tak ada, bagaimana mamu memberi waktu buat gereja? Pergi pagi-pagi sekali dan pulang jauh setelah matahari tenggelam, mana mungkin bisa memberi diri bagi pelayanan di gereja?

Hasilnya, dana yang (mungkin di banyak gereja) tidak terbatas itu tidak disertai dengan penambahan para pelayan yang bersedia mengelola dana demi pelayanan. Pelayanan tetap tidak maksimal bahkan tetap mandeg. Untuk apa dana yang begitu besar, tanpa ada manusia yang mau bekerja ekstra untuk bisa mengubahnya menjadi pelayanan. Gereja akan penuh dengan manusia yang pasif, yang hanya ingin dilayani, namun tidak mau memberikan apapun selain persembahan dana.

Tanpa disadari, wajah pelayanan kita telah banyak mengalami perubahan, dan untuk itu kita harus kembali mengingat dan merenungkan apakah pelayanan sesungguhnya. Adakah kita mengerti bahwa pelayanan bukan soal berapa banyak orang yang bersedia melayani ataukah berapa banyak dana yang dapat digunakan untuk sebuah pelayanan? Pelayanan adalah persoalan memberi diri, soal kebesaran hati, kesabaran dan ketekunan. Lebih dari itu melayani adalah persoalan memberi yang terbaik bagi sesama.

Seorang pelayan adalah mereka yang dapat membawa perubahan, orang yang memilih untuk menjadi berkat bagi orang lain walau diterpa kesulitan, kepahitan, penderitaan, dan mereka adalah orang-orang yang tidak pernah bertanya: ”apa untungnya bagiku?” Itulah yang dilakukan oleh jemaat di Makedonia. Di tengah kemiskinan dan penderitaan yang dialami oleh mereka, mereka tetap bersedia melayani, bahkan memberi lebih dari apa yang Paulus harapkan.

Makedonia adalah negara yang indah di dataran teluk Tesalonika. Daerah ini terkenal dengan hasil buminya yaitu kayu dan logam yang berharga. Pada jaman dahulu daerah ini diperintah oleh para bangsawan, yang tentunya kaya dan terpelajar. Namun sejak bangsa ini digulingkan oleh pemerintahan Roma, kehidupan masyarakatnya berubah 180 derajad. Mereka hidup dalam tekanan, sebagai tawanan, sebagai orang buangan bahkan budak bagi bangsa asing di negeri sendiri.
Dapatkah kita membayangkan apa yang terjadi di Makedonia saat itu? Tertekan, teraniaya, menderita, kehilangan kesempatan, kehilangan kuasa, dan segala-galanya dialami oleh jemaat ini, tapi nampaknya segala penderitaan itu tidak membuat mereka putus asa. Bagi Jemaat Makedonia, keterbatasan dana tidak menjadi masalah bagi mereka untuk senantiasa melayani. Kemiskinan tidak membuat mereka miskin belas kasih dan kemurahan. Bagi mereka miskin, bukan berarti tidak bisa melayani, karena pelayanan adalah memberi apa yang dapat diberi, baik itu kebaikan, kasih, perhatian, doa, dan tentunya karena mereka tidak pernah kehabisan kemurahan Allah. Itulah yang menjadikan mereka pelayan-pelayan yang tangguh dalam melayani.

Bagaimana pelayanan yang sesungguhnya menurut jemaat Makedonia?
1. Pelayanan haruslah dilakukan dengan sukacita. Sukacita memberikan kekuatan untuk bisa melayani tanpa keluh dan kesah. Sukacita disini, bukan hanya perasaan senang, dan gembira. Namun sukacita adalah perasaan yang timbul karena merasa begitu diberkati. Melayani adalah memberi, bukan menerima. Kita tidak akan pernah dapat memberi kalau kita tidak pernah merasa menerima apapun. Termasuk di dalamnya memberi dana maupun daya. Tentunya hanya kesadaran bahwa kita telah diberkati dengan luar biasa oleh Tuhan, yang dapat memampukan kita bersukacita. Sukacita yang tidak terbatas oleh situasi dan kondisi, yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan, pergumulan dan permasalahan. Itulah sukacita yang sesungguhnya.
2. Pelayanan haruslah dilakukan dengan kerelaan. Melayani dengan keterpaksaan tidak akan menjadikan pelayanan itu menjadi dan beroleh berkat. Rela adalah memberi dengan keikhlasan, bukan untuk meminta balas, bukan untuk mendapat pujian, sanjungan bahkan berkat yang berlimpah sebagai ‘reward’. Berapa banyak dari kita yang melayani dengan motivasi yang tidak tepat? Berapa banyak dari kita melayani hanya untuk sebuah pujian, sanjungan, hormat? Berapa banyak dari kita yang melakukan pelayanan karena keterpaksaan? Misalnya: masa isteri/suami penatua tidak mau melayani? Masakan orang tua rajin melayani, anaknya tidak mau melayani? Kita melayani dengan mempertimbangkan apa kata orang terhadap kita dan bukan berdasarkan keikhlasan dan rasa syukur kepda Tuhan. Hanya dengan kerelaan, seseorang dapat memberikan lebih dari apa yang bisa ia berikan, bukan dari apa yang tidak ada padanya
3. Pelayananan haruslah didasarkan pada pemberian diri secara total kepada Tuhan. Pelayanan tanpa pemberian diri sama dengan nol besar. Apa itu pemberian diri? Bukan pemberian yang asal, yang setengah-setengah namun yang terbaik. Apa yang akan anda berikan kepada orang yang anda kasihi sebagai rasa hormat? Yang terbaik bukan... itulah pemberian diri. Oleh karena itu pemberian diri bukan terbatas pada pemberian tubuh semata, namun juga pikiran, hati, dan jiwa. Sehingga baik apa yang ada di hati, terbersit di pikiran, nampak dalam perkataan dan perbuatan sungguh menjadi pemberian yang terbaik bagi Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan. Pemberian diri termasuk memberikan yang paling berharga bagi manusia. Itula yang dilakukan Yesus di kayu salib, pemberian diri yang total hingga mati.

Dengan mendasarkan pelayanan kepada sukacita, kerelaan dan pemberian diri secara total kepada Tuhan, maka tidak ada lagi keterbatasan dalam pelayanan kita. Pelayanan kita akan sungguh menjadi pelayanan yang kaya, bahkan kaya dalam segala sesuatu, bukan hanya dana, namun juga daya. Mengapa? karena di dalam Tuhan kita tidak akan pernah kekurangan. Itulah yang sungguh dirasakan oleh jemaat di Makedonia. Mereka tidak hanya kaya dalam kasih, namun juga dalam pengetahuan, perkataan, iman dan kesungguhan untuk membantu.

Tidak pernah ada kata terbatas dalam melayani, karena yang kita kerjakan adalah misi Tuhan bukan misi manusia. Tuhan sendiri yang akan mencukupi segala sesuatu, baik dana maupun sumber daya. Ia yang akan mengirimkan penuai-penuai (Lukas 10:2)
Kristus Mempersatukan Kami
Roma 8:35-39

Efesus 2:14-16
“Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, 15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, 16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.”

Yohanes 11:51-52
“Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, 52 dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.”

Kolose 3:14
“Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”

Pertanyaan:
1. Mengapa kita perlu dipersatukan? Karena kita tercerai berai oleh dosa dan keegoisan diri, manusia membangun tembok pemisah antara dirnya dengan manusia yang lain, manusia menciptakan perseteruan antara dirinya dengan yang lain=>Yohanes 11, efesus 2:14
2. Dengan apa kita disatukan? Hidup, kematian dan kebangkitan Kristus => Efesus 2:15-16.
3. Adakah yang mampu memisahkan apa yang telah disatukan Kristus dengan kematianNya? Adakah yang bisa memisahkan kasih Kristus dengan kita=> Roma 8:35-39
4. Apa yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan yang telah disatukan Kristus? => Kolose 3:14
Keberanian Daud
1 Samuel 17: 23-37

Tujuan:
1. Membukakan kepada ramaja latar belakang Daud sebagai seorang gembala
2. Remaja mengerti mengapa Daud memiliki keberanian dalam menghadapi Goliat
3. Remaja bertekad memiliki keberanian yang positif seperti Daud dalam menghadapi tantangan yang lebih besar

“ jangan gue dong... gue ga bisa, suara gue jelek, gue ga bisa doa, gue ga bisa main musik, hingga gue ga punya waktu buat rapat gitu deh... jadi jangan gue yaaa...” saya sering mendengar berbagai keluhan macam tadi dari rekan-rekan remaja dimanapun. Jangan jangan memang sudah menjadi trade mark kebanyakan remaja untuk menolak permintaan termasuk pelayanan. Tapi ternyata bukan hanya anak remaja saja loh yang sering menolak tantangan seperti itu, banyak ibu-ibu dan bapak-bapak juga melakukan hal yang sama. Pertanyaannya sesungguhnya adalah mengapa?

Adakah memang setiap orang yang menolak merasa tidak mampu? Ataukah tidak mau menanggung resiko ketika menghadapi tantangan yang baru? Mmm.... selidik punya selidik banyak sekali dari kita yang lebih suka berada di zona aman dan nyaman kita, dari pada harus keluar menghadapi tantangan baru yang belum tahu berapa besar resiko yang harus ditanggung.

Ketakutan menghadapi resiko itulah yang sering kali menjadikan kita pahlawan yang takut terjun ke medan pertempuran alias kalah sebelum berperang. Hidup ini layaknya sebuah perlombaan. Kalah dalam perlombaan bukanlah hal yang memalukan , yang memalukan adalah ketika karena ketakutan kita, kita tidak mau berlomba, itulah yang membuat kita gagal!!

Sebagai seorang gembala Daud memang bukan gembala biasa. Ia adalah keturunan dari Boas dan Ruth, salah satu nenek moyang bangsa Israel yang terkenal dengan kesetiaannya kepada Allah. Daud dapat memiliki keberanian karena nama besar keluarganya. Keberanian yang didasari oleh motivasi demikian dapat membahayakan dirinya, karena Ia merasa bila nenek moyangnya bisa menjadi besar, maka sudah sepatutnya ia juga menjadi besar. Ia akan menjadi besar kepala dan melakukan sesuatu yang bodoh, yaitu keberanian yang tidak didasari oleh kecakapan dan akal sehat tapi kenekatan dan tindakan yang serampangan.

Sebagai anak bungsu dari 8 bersaudara, Daud juga dapat menjadi remaja yang suka bermain aman, karena perlindungan dan kasih sayang yang bisa didapatkan oleh anak bungsu lebih dari anak lainnya. Dan karena kondisi itu ia menjadi seorang yang tidak berani mengambil resiko, dan lebih suka berada dalam keamanan dan kenyamanannya. Tapi di sisi lain sebagai anak bungsu yang mungkin juga sering kali dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya, Daud menjadi orang yang ingin menonjol dan dari situlah timbul keberaniannya....

Namun ternyata bukan karena itu Daud berani menghadapi bangsa Filistin. Walaupun ia masih muda, dan mungkin masih belum berpengalaman, tapi sebagai seorang gembala ia telah dibekali dan membekali dirinya dengan berbagai macam cara untuk bertahan menghadapi berbagai binatang buas seperti singa, beruang, serigala dan beragam binatang buas lainnya yang mengancam para dombanya. Keberanian Daud didasari oleh pengalaman dan kemampuannya, jadi bukan keberanian asal-asalan, apalagi hanya untuk menunjukkan eksisitensi diri sebagai seorang muda. Sebagai seorang gembala ia dilatih dan melatih diri untuk waspada, untuk melihat kelemahan lawan, untuk tahu kapan lawan akan menyerang dan lain sebagainya.

Alasan ke dua atas keberaniannya, adalah Ay.26. bahwa Daud percaya bahwa Allahnya lebih besar dari Allah manapun, bahwa Allah berpihak kepada umatNya, bahwa Allah akan mendatangkan pertolongan kepadanya. Jadi Daud tidak maju hanya berbekal kemampuan dan ilmu yang ia miliki sebagai seorang gembala, namun ia juga belajar untuk mengandalkan Tuhan. Dengan kesadaran bahwa Allah memberikan segala sesuatu yang ia butuhkan dan memampukan dirinya untuk melawan Goliat, Daud menghimpun keberaniannya.

Bagaimana dengan kita? kita yang teah dibekali oleh berbagai macam ilmu, talenta, adakah dari kita yang berani untuk mengambil tantangan yang lebih besar seperti Daud. Daud bukan juga tidak memiliki rasa takut. Sebagai manusia biasa, Daud juga pasti merasa takut, namun ia tidak membiarkan rasa takut, termasuk takut menghadapi resiko menghalangi dia untuk menjawab tantangan.

Apa pilihan kita? kita memilih untuk berada di jalan aman, dimana kita selalu menjadi juara pertam dengan nilai tertinggi dan tidak mau mencoba untuk meningkatkan kualitas dengan menyambut tantang baru yang lebih berat, sulit dan lain sebagainya. Atau meningkatkan, mengembangkan pemberian Allah dengan menerima tantangan bukan untuk sekedar unjuk kemampuan, unjuk gigi bahwa kita mampu, namun sebagai ungkapan syukur bahwa Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk terus meningkatkan kualitas diri kita sebagai manusia ciptaanNya yang luar biasa.

Daud memiliki keberanian menerima tantangan terutama karena iA tahu bersama siapa ia berjuang dn untuk apa. yaitu bersama Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan, bukan kemuliaan dan pujian bagi dirinya sendiri.

Apapun tantangan di depan kita, hadapilah dengan semangat untuk memuliakan Tuhan karena tantangan ada bukan untuk dihindari, untuk dilenyapkan namun untuk ditaklukan, diatasi dan terutama untuk menjadikan kita lebih baik setiap harinya.

Camkan:
Bila kita tidak rela untuk membuat pilihan dan lebih suka menjalani hidup dalam batasan-batasan yang aman dan nyaman. Maka kita akan kehilangan kesempatan untuk melewati perjalanan yang akan membawa kita jauh lebih besar!!

Pilihan kitalah yang menentukan siapa kita!! jadi mulailah memilih yang baik dan benar!

Sabtu, 29 Agustus 2009

Cepat Mendengar, Lambat Berkata-kata
Kidung Agung 2: 8-13
Mazmur 45: 1-2,6-9
Yakobus 1: 17-27
Markus 7: 1-8, 14-15, 21-23

Tujuan:
Anggota jemaat tergerak untuyk mengendalikan diri dalam berkata-kata

The Power of Words, pernah mendengar ungkapan tersebut? Disadari atau tidak, tiap kata yang kita ucapkan memiliki kekuatan yang sering kali tidak kita sadari. Tiap kata bukan hanya sekedar kata, namun punya makna, bahkan tidak hanya bermakna, kata yang sama diucapkan dengan nada yang berbeda maka akan menghasilkan persepsi yang berbeda, kekuatan yang berbeda. Tentunya kekuatan yang dihasilkan bukan hanya kekuatan yang membangun, namun juga kekuatan untuk menghancurkan seseorang. Luar bisa bukan?

Sayangnya, dalam keseharian kita, memperhatikan kata-kata dalam tutur bahasa kita sangat jarang dilakukan. Kata demi kata keluar begitu cepat dari lidah tak bertulang ini tanpa direnungkan dan dipikirkan dampaknya bagi sesama. Dari perkataan yang sifatnya serius hingga yang bernada gurauan, sering kali meluncur begitu saja seakan tanpa saringan. Apalagi geliat kehidupan masyarakat perkotaan yang semakin agresif setiap harinya. Satu kata diucapkan oleh seseorang, 10 kata dilontarkan sebagai balasan oleh orang yang lain. Semakin agrsif manusia semakin banyak kata yang dilontarkannya, semakin banyak pula kata yang tak tersaring.

Berapa banyak dalam sehari kita mengeluarkan kata-kata? Penelitian menunjukkan bahwa seorang manusia normal mengeluarkan kurang lebih 135.000 kata, mungkin bila seorang pengkotbah atau pembicara akan bertambah sekitar 15.000 kata. Berapa banyak dari kurang lebih150.000 kata perharinya yang kita ucapkan untuk membangun? Dan berapa banyak yang kita gunakan untuk melukai, membunuh sukacita dan damai, menimbulkan akar pahit dan dendam?

Lalu, pertanyaan berikutnya adalah, berapa banyak kata-kata yang kita sampaikan kepada Allah setiap harinya? Kata-kata seperti apa yang kita gunakan untuk berbincang dengan Allah? kata-kata yang memujaNya dengan tulus? Atau kata pujian hanya untuk menjilat Allah? (Untungnya, Allah tidak dapat dijilat, Ia memberi segala sesautu menurut kerelaan hatinya, berdasarkan kebutuhan manusia dan bukan keinginan manusia.) Atau adakah dari kita yang menggunakan kata-kata untuk memerintah Allah, seakan-akan Allah adalah Hamba kita dan bukan kitalah hamba Allah? Mark 7:6

Lalu apa yang harus kita perhatikan dalam rangka berkata-kata?
1. Perhatikan motivasi. Untuk apa kita mengeluarkan kata-kata yang baik bila motivasi di baliknya jahat adanya. Kata-kata yang dikeluarkan hanya berisi pepesan kosong, puja puji dan rayuan gombal, hanya untuk meraih hati, berharap dapat naik jabatan, dipromosikan. Salomo dalam Kidung agung 2: 8-13 menceritakan bagaimana kunjungan mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan, yang sesungguhnya adalah gambaran hubungan Allah dengan manusia. Allah datang kepada manusia untuk membawanya kepada sukacita dan kenyamanan musim semi, dimana bunga-bunga bermekaran, bunyi tekukur menjadi rhema yang membangkitkan semangat, pohon ara berbuah, dan bunga anggur yang mengeluarkan bau semerbak. Itulah gambaran keselamatan yang Allah berikan kepada manusia, menyenangkan, menenangkan, memberikan rasa nyaman dan aman, berkelimpahan dan bebas dari rasa dingin yang menusuk, suasana yang mencekam, yang bahkan dapat membawa manusia kepada maut. Motivasi Allah dalam berfirman dan berkata-kata kepada kita manusia, bukan untuk membawa kita kepada bahaya, namun kepada kenikmatan sorgawi. Ia ingin setiap kita yang mendengar panggilanNya, perkataanNya ikut serta merasakan keselamatan kekal, merasa senang dan tenang, mendapat kekuatan serta penghiburan, dan bukan kesesakkan dan kepahitan. Bagaimana dengan kita? adakah kita memiliki motivasi yang baik untuk setiap kata yang keluar dari bibir kita? Adakah motivasinya untuk menyakiti atau untuk meningkatkan kualitas manusia lain? Adakah kata-kata kita memberi inspirasi dan dampak yang membangun atau menjadi batu sandungan, pedang bemata dua yang sanggup meruntuhkan iman, semangat, dan kasih? Ingatlah yang menajiskan manusia bukan apa yang masuk ke dalam mulut namun apa yang keluar daripadanya (Markus 7:14-15), jangan kita menajiskan diri kita dengan mengatakan hal-hal yang tidak membangun!!
2. Tentunya motivasi yang benar harus pula disampaikan dengan cara yang benar, bukan? Sama seperti orang tua yang menginginkan anaknya menjadi yang terbaik dan berubah menjadi baik namun disampaikan dengan cara membentak dan memaki, apa faedahnya? Adakah anak kita berubah atau malah menjadi pemberontak yang senantiasa menolak dan membantah setiap apa yang kita katakan. Jadi....carilah cara yang baik, yang bijak, yang penuh hikmat dan berlandaskan kasih Allah. - gunakan kata yang membangun, yang lembut, bukan yang kotor dan penuh kejahatan, yang mempermalukan, yang membuat orang yang mendengarnya sedih, kecewa hingga marah.
3. Yakobus 1: 19-21 - belajarlah untuk cepat mendengar dan lambat berkata. Jangan sepeerti api disiram oleh bensin, cepat menyambar sulit padam. Banyak orang tidak mau mendengar hanya mau berbicara...akan seperti mobil yang hanya mau dipakai tapi tidak mau diisi bensinnya. Banyak hal yang keluar namun tidak satupun hal yang mengisi dirinya. Manusia perlu mendengar lebih banyak, itulah maksud Allah menciptakan telinga di kiri dan kanan kita. Tapi pada dasarnya manusia menang lebih suka berbicara daripada mendengar, termasuk kepada Allah. Apa yang dilakukan manusia dalam waktu teduhnya? Hampir 100 % responden mengatakan : berdoa, ya hanya berbica mengatakan ucapan syukur, permohonan ini dan itu. Apa bedanya Tuhan dengan operator customer service? Yang sedikit mendengar pujian, banyak mendengar keluahan dan permohonan, namun tidak diberikan kesempatan untuk berbicara selain yang ditanyakan! Belajar mendengar sama dengan belajar untuk sabar dan mendahulukan orang lain daripada diri kita sendiri, tapi bukan hanya pengorbanan saja yang terdapat di dalamnya, dengan belajar untuk banyak mendengar, tanpa kita sadari kita telah diperkaya oleh berbagai macam ilmu, informasi, cara pandang, dan lain sebagainya.... tidak rugi kan untuk belajar mendengar?


Kata-kata bukanlah sekedar kata-kata biasa, namun dapat menjadi luar biasa bila kita gunakan dengan motivasi yang baik, dilakukan dengan cara yang benar, dengan juga selalu menyempatkan diri untuk mendengar lebih banyak. Lebih dari itu setiap kata yang keluar dari mulut bibir kita memiliki kuasa untuk mengubah manusia menjadi lebih baik, lebih berkualitas, lebih maju, dan terutama lebih mengasihi Tuhan.

Tentu setiap kita kagum pada motivator-motivator terkenal layaknya Mario Teguh, jangan cuma kagum karena setiap kita dapat menajdi motivator kelas dunia bila kita menggunakan hikmat Tuhan untuk menjadi berkat!!! Amin!!

Senin, 24 Agustus 2009

Healty Life Healty Mind
Maz 119: 19
1 Kor 9: 24-27

Latar Belakang:
Pemuda saat ini kurang menyadari pentingnya kesehatan dan kurang menjalani pola pikir dan hidup sehat.

Tujuan dan Sasaran:
1. Apa kata Alkitab mengenai pikiran dan hidup yang sehat
2. Agar pemuda mengetahui dan menyadari pola hidup yang salah (mis: pornografi, merokok, minum2an keras, drugs, dll)
3. bagaimana membentuk dan mengaplikasikan pola pikir sehat
4. bagaimana menerapkan pola hiduo sehat serta langkah praktisnya
5. bagaimana menjaga konsistensi pola pikir dan hidup sehat

A. Dapatkah anda menyebutkan pola pikir dan hidup seperti apa yang dikatakan tidak sehat? Dan sebutkan alasannya!

Apa yang dimaksud dengan pola pikir dan pola hidup?
Pola pikir: sesuatu yang diterima seseorang dan dipakai sebagai pedoman, sebagaimana diterima oleh masyarakat disekitarnya. Bila pola yang digunakan salah maka hasilnya juga salah. Coba saja anda mencoba untuk menjahit sebuah baju dengan model yang sedang in. Lalu sang perancang mengukur tubuh anda dan menuliskan ukuran tubuh anda pada secarik kertas. Namun tanpa disangka ia salah mencatat sesuai kebiasaan. Lingkar dada ditulisnya di bagian lingkar perut dan lingkar perut dicatatnya pada lingkar bahu. Apa yang mungkin akan terjadi? Yang akan terjadi kemudian adalah, anda tidak akan dapat menikmati baju yang anda harapkan dan impikan.

Sering kali kita membuat sepotong kemeja atau sepotong celana adalah soal mudah, hanya menengukur dan memotong kemudian menjahit. Ohhh ternyata tidak sesederhana itu saudara-saudara. Mengapa? karena kesalahan pada pemotongan pola akan menjadikan baju yang dibuat tidak akan nyaman dipakai, dan tidak cocok ditubuh kita. dengan kesadaran bahwa setiap manusia memiliki bentuk tubuh yang berbeda, pola yang baik dan benar sekalipun mungkin tidak akan cocok bila harus dikenakan pada seseorang lain yang memiliki bentuk tubuh berbeda dengan orang-orang kebanyakan. Betapa pentingnya sebuah pola bukan? Tapi pada hari ini kita tidak akan membahas soal bentuk tubuh tentunya. Namun kita akan belajar bersama tentang bagaimana pentingnya sebuah pola pikir dan hidup mempengaruhi kualitas seorang manusia.

Tentunya setiap kita ingin menjadi manusia yang berkualitas bukan? Manusia memang berkualitas, termasuk memiliki pola pikir dan hidup yang baik, dari awal penciptaannya. Ia dijadikan segambar dan serupa dengan Allah. Manusia bukan sembarang ciptaan tapi ciptaan yang dibuat dengan tangan Allah sendiri dan dengan nefesh, nafas Allah sendiri. Apa artinya? Artinya segala kebaikan, hikmat, keseimbangan yang ada pada diri Allah diberikannya juga kepda manusia. Sayangnya kejatuhan manusia ke dalam dosa mengubah semua yang baik itu menjadi tidak baik. Manusia tidak mengerti apa yang baik bagi dirinya sendiri. Alih alih meningkatkan kemampuan dan kualitas dirinya sebagai ciptaan yang unggul manusia malah merusak gambar dan rupa Allah dengan beragam kecemaran. Segala sesuatu yang baik (towb: baik, sempurna, bernilai, kaya akan talenta, memiliki moral yang baik) pada awalnya, dirusak dengan cara memasukkan hal hal yang tidak berguna bahkan menghancurkan martabat manusia itu sendiri.

B. Pernah mendengar istilah: Kamu adalah apa yang kamu makan dan minum, yang kamu baca. Apa pendapatmu, diskusikan!

Perlahan tapi pasti manusia merusak pikiran dan hidupnya dengan memasukkan hal yang tidak berguna. Ini soal apa bahan bakar kita untuk tetap hidup (yang sungguh2 hidup, bukan asal hidup ya!!). Pertamaks tentu lebih baik bagi kendaraan kita, dari pada premium, apalagi dari bensin yang rata-rata telah dicampur yang kerap kali kita temukan di pingir jalan. Mesin menjadi lebih terawat, pembakaran menjadi lebih baik, dan tidak meninggalkan kotoran bahkan karat pada mesin, dan lain sebagainya. Umpamakan tubuh kita adalah kendaraan, bahan bakar man yang akan kita pilih untuk membuatnya hidup dan dapat berfungsi dengan optimal? Bila untuk kendaraan saja kita memilih yang baik, apalagi untuk tubuh sendiri.

Sayangnya, kadang kita manusia lebih sayang pada kendaraan daripada tubuh sendiri. Kendaraan dirawat dengan begitu rupa sedangkan tubuh dibiarkan rusak dan menjadi penyakitan. Caranya: dengan makan tidak teratur... tidak makan makanan seimbang... tidak istirahat cukup... menutrisi tubuh dengan obat-obatan yang sifatnya merusak... membuat hati bekerja dengan lebih keras karena minuman keras... melambankan kerja jantung dan tubuh dengan mengkonsumsi makanan berlemak dan junkfood. Itu baru makanan untuk tubuh..

Bagaimana dengan pikiran....hohohohoho... baik sadar maupun tidak perlahan tapi pasti manusia mulai membentuk dirinya sesuai dengan apa yang ia baca, ia lihat, ia rasakan melalui Media massa, dan komunitas dimana mereka bertumbuh dan bergaul. Bila setiap hari kerjanya hanya menonton infotainment, yang lebih suka mengumbar retaknya rumah tangga, perselingkuhan seseorang, maka lama-lama pola pikir kita akan dipengaruhi oleh pola pikir infotaintment itu yang melegalkan, membiasakan, dan melumrahkan perceraian, ataupun gonta ganti pasangan. Bila setiap hari kita hanya duduk di depan laptop dan surfing mencari situs-situs yang porno, yang hanya mengumbar kekerasan, pelecehan terhadap perempuan dan pola pikir bahwa perempuan itu suka disakiti, maka kita akan menganggap pemerkosaan dan macam-macam perbuatan itu sebagai sesuatu yang biasa dan lumrah untuk dilakukan bahkan dinikmati.

Lalu bagaimana caranya untuk menciptakan suatu pola yang baik untuk pikiran dan hidup kita?
Mari sebelumnya kita buka 1 Korintus 9:24-27. Bagi Paulus hidup adalah pertandingan!!! Bukan hanya kebetulan hidup, apalagi asal hidup!! Apa yang akan anda lakukan bila anda ingin bertanding dalam perlombaan lari? Adakah anda hanya tidur tiduran? Ataukah anda sengaja tidak makan agar pada saat perlombaan tubuh anda akan menjadi lebih ringan dan akhirnya dapat memenangkan perlombaan?

Bagaimana cara memenangkan suatu perlombaan? Ay.27. Paulus melatih tubuhnya demikian rupa. Lebih dari itu ia menguasainya. Apa pentingnya melatih dan menguasai tubuh dan pikiran? Karena, Roh memang penurut, tapi daging lemah. Daging kita ini fana, tubuh kita ini rentan, tak ada bedanya dengan bejana tanah liat yang mudah pecah. Dan untuk itu kita perlu melatih dan menguasai seluruhnya. Bukan hanya kaki saja, tangan saja, pernafasan saja, tapi semua karena kita tidak berlari hanya menggunakan kaki, namun juga kaki harus bekerja sama dengan tangan juga dengan organ tubuh yang lain.
Belajar untuk melatih dan menguasai tubuh kita tentunya bukan perkerjaan singkat dan mudah. Butuh proses yang panjang kadang berhari-hari, berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Pola pikir dan hidup kita terbentuk dari kebiasaan sehari-hari kita, bukan dari sehari hidup, dengan waktu yang cepat dan serba instan. Tapi Allah ingin kita membentuk, melatih dan menguasainya bukan untuk hanya untuk menjadikannya terbiasa, namun juga untuk meningkatkan kualitasnya.

Filipi 4:8. mengapa Paulus menginginkan kita untuk memikirkan yang baik, yang manis, yang sedap didengar dsb...? karena itulah yang membuat hidup manusia berkualitas, berguna bagi dirinya dan sekelilingnya. Dan terutama karena kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri namun terutama untuk Tuhan. Ialah sang pemberi hidup, dan Ialah yang berhak atas hidup kita dan bukan semata-mata kita sendiri. Begitu juga dengan hidup. Allah ingin dengan hidup kita, kita menghasilkan sesuatu yang baik, layaknya seorang pelari yang memenangkan perlombaan. Allah ingin kita juga memperhatikan tubuh kita, karena kita hidup bukan hanya dari Firman yang keluar dari mulut Allah tapi juga dari roti. Ia juga menjadi tabib yang sejati bagi kita yang sakit, karena Ia ingin setiap kita yang sakit menjadi sehat.

How to? Melatih, menguasai, menjaga pola pikir dan hidup yang baik, seperti pada mulanya?
1. Efesus 2: 10 menjaganya sesuai dengan standar Tuhan. Mengapa? karena kita ciptaan Allah!!! maka latihlah sesuai dengan standar Allah dan bukan standar manusia. Sama seperti motor atau mobil kesayangan kita, bila ia merek Honda maka gunakan sparepart buatan Honda. Kalau tidak rusak semua!! Kenapa? Karena Honda paling tahu apa yang dibutuhkan untuk merawat kendaraan keluarannnya. Allah paling tahu apa yang kita butuhkan untuk menjadi ciptaan yang luar biasa. Ia tahu apa yang harus diisi, diganti bila hidup kita tidak lagi berjalan seperti seharusnya. Maka gunakanlah baik itu hukum, peralatan, dan segala sesuatu yang telah lolos uji saringan Allah. Apa saringannya? Mazmur 119:19

Bagaimana????
a. Knowing the Rules. Bagaimana cara merawat kendaraan anda? Lakukanlah pemerikasaan rutin, pembersihan rutin, pemeliharaan rutin. Bagi kendaraan mungkin cukup dilakukan sebulan sekali. Tapi bagi manusia harus dilakukan setiap hari. Karena manusia ini boros baterai, bahkan bocor baterainya...hingga harus senantiasa di charge. Sediakan waktu yang berkualitas besama Tuhan , bukan soal kuantitas, tapi kualitas!! Sediakan waktu untuk mengenal Tuhan lebih blagi dan mengenal apa yang Ia inginkan dalam hidup kita setiap harinya.
b. Knowing the Fuel! Tidak mudah menjaga api tetap menyala. Sama dengan tidak mudahnya menjaga pola hidup kita sesuai dengan Firman Tuhan bila sekeliling kita tidak memberlakukan pola yang sama. Butuh kekuatan dan hikmat ekstra untuk dapat menjaganya. Jadi jangan ragu juga meminta kekuatan dari Allah untuk tetap menjaganya. Manusia adalah makhluk yang paling tidak setia dan tidak konsisten. Mudah sekali diombang-ambingkan bahkan dipengaruhi. Tanpa kekuatan ‘super’ itu kita akan menjadi lebih bodoh dari keledai, yang jatuh pada lubang dan kesalahan yang sama untuk berkali-kali.
c. LAKUKAN!!! Kendaraan sudah ada, segala pengetahuan tentang pemeliharaan, pemakaian, juga sudah dimengerti, bahkan bahan bakar yang tepat sudah ada di dalamnya, tapi buat apa bila tidak dipakai????Firman Tuhan bukan hanya untuk dipahami dan dibaca, atau bahkan hanya didengarkan namun terutama untuk diberlakukan dalam segenap kehidupan kita. Keputusan untuk melakukannya ada dalam diri kita bukan dari yang lain, apalagi Tuhan yang memaksanya!!! Oleh karena itu kita harus memperhatikan setiap asupan yang masuk dalam pikiran dan hidup kita. Setelah kita tahu apa yang Allah inginkan, dan memperoleh kekuatan dan hikmat untuk memilih dan memilah, kini kita yang menentukan apa yang baik menurut Tuhan bagi kita.
Menjadi Penurut-penurut Allah
Raja2 19: 4-8
Efesus 4:25-5:2
Maz 130
Yohanes 6: 41-51

Tujuan: jemaat tergerak hatinya untuk dapat menajdi penurut-penurut Allah dengan melakukan tindakan-tindakan yang didasarkan pada kasih Allah.
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan penurut-penurut Allah dan bagaimana melakukannya?
2. Mengapa kita perlu menjadi penurut-penurut Allah?
3. Apa keuntungan menjadi penurut-penurut Allah?

Tidak taat adalah sifat mendasar manusia? Betulkah? Rasanya tidak seluruhnya keliru yaaa....Memang dari awal penciptaannya manusia telah menunjukkan ketidaktaatannya dengan melakukan apa yang dilarang oleh Allah. Setelah kejatuhannya ke dalam dosa, memang manusia tampak menjadi lebih taat. hanya saja taat bukan kepada Allah Sang Pemilik Khalik, namun kepada keinginan daging dan dosa. Mencari manusia yang tidak taat pada masa dewasa ini seperti mencari manusia di tengah kota Jakarta, mudah sekali bukan. Dari yang dianggap pelanggaran kecil hingga pelanggaran besar. Dari membuang sampah permen kita ke sembarang tempat, hingga membunuh kesejahteraan rakyat miskin dengan cara Perilaku Korupsi.

Makin hari, makin mudah bagi kita untuk menemukan para pembangkang, pemberontak dalam masyarakat kita, dalam tiap jenjang usia, kelas ekonomi dan tingkat sosial budaya hingga kelas pendidikan, semuanya adalah manusia yang tidak taat. Manusia hanya pandai merancangkan undang-undang, hukuman, namun tidak pandai dalam melaksanakannya. Tak mengherankan banyak orang berkata “Undang –undang dibuat untuk dilanggar”

Apa yang membuat manusia mudah sekali untuk melanggar baik itu hukum ataupun ketentuan yang bahkan mereka buat sendiri? Karena rupanya manusia tidak mampu melepaskan diri dari kemanusiawian, keterbatasan mereka sebagai manusia. Manusia memang bukan Tuhan atau malaikat yang mampu melakukan segala sesuatu dengan sempurna, tapi toh manusia tetap ciptaan Tuhan yang baik dan sempurna adanya. Manusia tetap gambar dan rupa Allah. Artinya manusia masih memiliki kemuliaan Allah sebagai ciptaan.

Sayang manusia lebih memilih untuk menjadi pembangkang dan bukan penurut-penurut Allah. Mengapa saya mengatakan memilih? Karena menjadi pembangkang adalah pilihan manusia dan bukan hakikat. Manusia dibekali segala sesuatu yang baik oleh Allah, namun manusia tidak menggunakan kebaikan itu untuk menjadikannya ciptaan yang lebih baik. Manusia lupa bahwa sesungguhnya dirinya bukanlah miliknya sendiri, namun milik Allah. Tidak ada satupun manusia yang memiliki hak penuh terhadap dirinya sendiri, karena hidup manusia sesungguhnya adalah dari, oleh dan untuk Allah. wManusia bukanlah siapa-siapa dan bahkan bukan apa-apa tanpa Allah.

Mengapa kita perlu menjadi penurut-penurut Allah? Kita telah ditebus, dan harganya telah lunas dibayar, bukan dengan uang, dengan harta benda, namun dengan darah yang mahal. Allah juga tidak menunggak, tidak berhutang juga tidak mencicil. Ia membayar segala sesuatunya secara lunas bahkan jauh sebelum kita berbuat dosa. Dan apa yang dilakukannya sungguh sepadan dengan dosa-dosa kita. Ia menebus kita dengan hidupNya, kesengsaraannya hingga kematianNya. Dengan itu semua kita beroleh hidup. bukan hidup yang asal hidup, bukan juga hanya hidup kekal, namun hidup yang berkemenangan. Yaitu hidup dalam dan dengan sukacita, keselamatan dan kemuliaan Allah.

Banyak dari manusia tidak menyadari bahwa manusia adalah hamba, pelayan Allah dan bukan Allah itu sendiri. Tapi banyak dari manusia merasa diri adalah Allah dan berhak melakukan segala sesuatu yang ia inginkan lebih dari Tuhan.

Ketaatan seperti apa yang Allah inginkan untuk kita lakukan?
1. Pernahkah anda membayangkan diri sebagai Elia? Perjalanan hidupnya bukanlah perjalanan yang mudah. Tantangan dan persoalan hidup membuatnya putus asa. Kehendak Allah terlalu sukar untuk dilaksanakan, hingga membuatnya ingin mati. Pernah merasa seperti itu? Putus asa, takut dan rasa khawatir telah menjadi makanan manusia setiap hari, bahkan banyak dari kita yang menjadi korban dari rasa takut, khawatir dan putus asa. Manusia dikuasai dan bahkan tenggelam di dalamnya. Tapi bagi Elia rasa takut dan khawatir juga putus asa tidak menjadi sesuatu yang dapat mengehentikan langkahnya untuk dapat taat dan tetap berada dalam jalan dan karya Allah. Bukan berarti ia dapat dengan mudah mengatasi rasa takut dan putus asanya. Elia juga manusia yang dapat mengeluh. Tapi ia tidak membiarkan hidupnya senantiasa dalam keluh kesah. Kesulitan hidup juga tidak membuatnya meninggalkan Allah. Alih-alih menjadi pemberontak dan menolak Allah, ia menunjukkan kesetiaanya yang total kepada Allah dengan ketaatan. Mengapa? karena ia tahu dan sadar bahwa Allah tetap menjadi sumber pengharapan dan kekuatan baginya untuk tetap maju. Bagi Elia, Tuhan adalah satu-satunya tempat bagi manusia untuk berharap, tidak ada tempat yang lain, termasuk sesama manusia. Sesama manusia hanya bisa berkhianat, menipu, menusuk dari belakang. Hanya Tuhanlah yang dapat menjadi sandaran, tumpuan dan harapan manusia.

2. Yohanes 6. Allah bukan sekedar roti fana. Ia adalah sumber kekuatan yang tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah dapat terganti oleh apapun. Roti yang kita makan dapat membuat kita lapar lagi, tapi tidak dengan Allah. Ia adalah roti yang hidup dalam kehidupan kita. Ia bukan layaknya baterai yang sekedar memberikan kita kekuatan untuk tetap hidup. namun memberikan makna dan nilai pada hidup itu sendiri. Tanpa Allah manusia hidup tanpa tujuan. Begitu pula kehadiranNya di dunia, bukan hanya untuk sekedar memberi sensasi pada sejarah dengan mujizat dan kematianNya yang menggemparkan. Ia hadir untuk memberi segala yang baik bagi hidup manusia, kasih yang tanpa batas dan tanpa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, lebih dari itu Ia, dengan seluruh hidupNya menunjukkan jalan yang terbaik untuk hidup.

3. Sulit? Ya tentu sulit apa yang ditempuh oleh Yesus, sulit pilihanNya untuk tetap taat dan memberikan tubuhNya menderita. Tapi Ia bisa melakukannya. Dan Ia juga menginginkan kita untuk dapat melakukannya. Apa ? Bukan semata-mata menyembuhkan yang sakit, mencelikan yang buta, menjadikan yang lumpuh berjalan dan melompat, bukan juga semata-mata menghibur yang susah , yang sedih, yang dalam tekanan, dan lain sebagainya. Seorang dokter, psikiatris, dan pendetapun bisa melakukannya. Apa yang membedakan anak-anak Allah dengan beragam profesi tersebut? Kasih Allah !!! itu yang membedakan dan bahkan memberikan nilai lebih dari beragam profesi. Seorang anak Allah dapat melakukan lebih baik dari seorang dokter sekalipun, bukan berarti kita bisa sembarang memberi obat tentunya, tapi dengan hati kita dapat memberikan penyembuhan yang lebih dari yang dapat dilakukan oleh seorang dokter.

4. Efesus 4, mengatakan bahwa kita dapat menjadi anak-anak Allah yang membawa perbedaan dengan cara: berkatalah benar satu terhadap yang lain, bila marah janganlah sampai kita berbuat dosa, jangan memberikan kesempatan pada iblis untuk menjadikan kita alat untuk menyakiti orang lain, bekerja keras dengan segala kemampuan yang telah Tuhan beri dan karuniakan kepada kita, berbagi tidak hanya uang, namun juga sukacita, damai, kebahagiaan, tawa, pengampunan, kata-kata bijak yang menguatkan dan menyembuhkan dan dan termasuk keselamatan. Dan lakukan semuanya itu di dalam, dan dengan kasih Tuhan, bukan yang lain.

Saudara-saudara kita hanyalah ciptaan Allah. Allah dapat menciptakan ulang kita bila ia ingin. Sayangnya...untungnya....kasihNya terlalu besar bagi kita. hingga Ia tidak mencipta ulang kita, alih-alih memberikan kita hidup yang sesungguhnya tidak layak kita terima. Janganlah ketaatan kita kepada Allah dilandasi oleh rasa takut, tapi karena rasa kasih kita kepada Allah yang telah begitu rupa memberikan hidup yang sungguh berkemenangan.
Hikmat Hidup
1 Raja2 2:10-12; 3: 3-14
Maz 34:9-14
Efesus 5: 15-20
Yohanes 6: 51-58

Tujuan: jemaat menghayati bahwa hikmat dibutuhkan sebagai landasan untuk hidup yang lebih bermakna.

Pertanyaan:
1. Apa itu hikmat?
2. Apa gunanya hikmat bagi manusia?
3. Bagaimana memperoleh hikmat hidup itu?

Apakah anda telah hidup bijaksana? Bagaimana anda menjawab pertanyaan ini? Adakah dari kita yang mengatakan bahwa kita telah hidup dengan bijaksana? Atau jangan jangan kita sendiri telah menyadari bahwa hidup kita jauh dari kebijaksanaan? Sadarkah saudara bahwa banyak manusia di dunia ini yang hidup dengan tidak bijaksana? Baik tubuh hingga akal budi yang adalah karunia Allah bagi manusia, dinodai dengan penggunaan yang tidak bijak dan bahkan membawa efek yang merusak.

Sering kali kita memakai baik itu rokok maupun minuman keras dan narkoba sebagai contoh gaya hidup yang tidak bijaksana, namun ternyata, hidup tanpa kebijaksanaan dapat dilakukan juga oleh mereka yang tidak memiliki kebiasaan merokok. Adakah dari kita yang lebih suka memuaskan baik itu mata, telinga, mulut, tangan dan kaki dengan melakukan hal yang bukan hanya tidak berguna, namun menjadi pemuasan nafsu. Dengan makan makanan yang tidak sehat, atau berlebihan; begadang; menyaksikan infotaintment berlebihan; mengisi pikiran dengan berbagai bacaan yang alih-alih membangun, malah merusak akal sehat; hingga bekerja terlalu keras yang dapat menyebabkan penyakit orang kota kebanyakan...stress; dapat menjadi contoh nyata bahwa kita adalah manusia yang tidak bijaksana dalam menjalani hidup.

Mempertimbangkan dan memikirkan dengan sebaik mungkin, dengan juga menimbang segala resiko yang mungkin terjadi; cermat; teliti; menggunakan akal budinya adalah beberapa ciri dari orang yang berusaha hidup dengan bijaksana atau berhikmat. Rasanya tidak sulit untuk dilakukan bukan, apalagi dengan menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang dikaruniai akal budi yang memampukan manusia untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Tapi mengapa banyak manusia yangg tidak mampu hidup dengan menggunakan hikmat untuk hidup?

Hikmat hidup tidak akan pernah diperoleh oleh manusia, bila manusia pertama-tama tidak menghargai dan mau memaknai hidup. Hidup hanyalah sesuatu yang biasa, bahkan tidak berarti apa apa bila kita tidak mau melihat keistimewaan hidup.
Dalam kemudaannya Salomo telah melihat keistimewaan dalam kehidupannya sejak masa Daud, Ayahnya. Apa keistimewaannya? 1. Bahwa Ia dan Ayahnya hidup dalam jaminan kasih setia dan pemeliharaan Allah. 2. Dalam kemudaannya dia telah dipercayakan untuk naik ke atas tahta sebagai pemimpin atas bangsa yang besar.

Banyak dari kita yang berpendapat bahwa karena kita tidak mengalami apa yang dialami oleh Daud dan Salomo, maka hidup kita tidaklah istimewa? Salah saudara sekalian. Setiap hidup kita adalah istimewa dan berharga. Bila kematian kita saja berharga di mata Tuhan apalagi hidup kita? Hanya saja kita tidak mau melihat Karya Tuhan yang menjadikan hidup kita istimewa. Dapat saja Salomo atau Daud merasa bahwa hidupnya tidak istimewa, karena ia harus menanggung tanggung jwab yang luar biasa tidak mudah di masa dimana ia masih ingin bersenang-senang. Salomo dapat melihat hidupnya sebagai beban yang besar yang menyusahkan dan merusak keindahan dan sukacita masa mudanya.

Salomo tahu dengan pasti bahwa hidupnya adalah hidup yang istimewa, untuk itulah ia meminta hikmat. Tanpa hikmat dan kebijaksanaan, ia tidak akan dapat menjalani hidup dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan baik dan sesuai dengan standar Tuhan. Untuk itulah juga kita membutuhkan hikmat hidup, karena kita sebagai manusia adalah mahkluk yang bebas...bebas untuk memilih...bebas untuk berekspresi...bebas untuk menentukan apa yang baik dan yang jahat menurut persepsi dan pengetahuan kita yang terbatas...dan kebebasan itulah yang sering kali menjatuhkan harga diri kita sebagai manusia, yaitu ketika kita salah memilih jalan hidup kita.

Maka:
Untuk dapat memperoleh hikmat hidup, kita harus membuat diri kita waspada terhadap hidup dan segala konsekuensinya. Hidup bukan main-main, bukan juga sekedar panggung sandiwara. Hidup anda dan saya hanya 1 kali, maka gunakanlah kesempatan yang hanay satu kali ini sebaik mungkin, karena hidup tidak hanya menguras tenaga dan pikiran manusia, namun juga memperkaya jiwa dan pikiran manusia yang menjalaninya. Lalu apa yang harus kita lakukan:
1. Perhatikan dengan seksama. Bagaimana cara memperhatikan dengan seksama? Dengan seksama disini tentunya bukan asal memperhatikan bukan. Memperhatikan bukan berarti sebatas melihat, namun memberi perhatian kepadanya. Itulah yang harus kita lakukan terhadap hidup, memberi perhatian, agar hidup tidak menjadi sesuatu yang berlalu seperti uap saja. Apa kegunaannya? Dengan memperhatikan dengan seksama, kita dapat melihat segala sesuatu yang baru, yang selama ini tidak nampak, yang berharga, yang biasanya tertutup oleh rutinitas, yang unik, yang membuat hidup nampak lebih bermakna dan berwarna.
2. Jangan berlaku seperti orang bebal. Bebal bukan sekedar bodoh saja, namun sudah tahu salah dan keliru tapi tetap dilakukan. Artinya lebih bodoh dari orang bodoh. Sudah tahu api itu panas, namun tetap saja suka bermain api!! Berlakulah menjadi orang arif, yaitu hidup yang mau mengerti apa yang baik, yang berguna, yang diinginkan dan dikehendaki Allah.
3. Pergunakan waktu yang ada. Adakah dari kita yang tahu dengan pasti sampai usia berapa kita hidup? tentunya tidak ada. Harapan mungkin ada: “ saya ingin hidup hingga usia 75 tahun. Usia yang pas bagi manusia “. Tapi penentu yang sesungguhnya hanyalah Tuhan dan tidak ada yang lain. Menit dan detik bisa datang dan pergi tanpa kita sadari, namun itulah yang penting. Sering waktu berjalan begitu saja tanpa ada sesuatu yang kita lakukan baik untuk memperbaiki diri apalagi untuk memperbaiki kehidupan orang orang di sekitar kita. “Eh engak kerasa udah nambah satu tahun lagi.” Saudara –saudara Tuhan tidak melihat berapa tahun anda mampu hidup! tapi Ia ingin kita memperhatikan kualitas hidup kita, yaitu apa yang sanggup anda lakukan untuk Tuhan dan sesama sepanjang Tuhan masih memberikan kesempatan dan nafas hidup.

Anda bisa melakukan 3 hal diatas dengan mudah dengan bahan bakar yang tepat pula! Apa bahan bakar yang tepat? Firman Allah yang hidup dalam hidup Yesus. Yesus bukan sekedar roti yang mengenyangkan perut anda! Tapi juga merawatnya dari dalam. Yesus bukan hanya sekedar memberi hidup tapi menjadikan hidup kita semua bernilai dan bermakna. Amin