Selasa, 10 Februari 2009

Do Yo Really Love Me?

Natal Pemuda Remaja Taman Aries

Deuteronomy 30:20 dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka."

Matthew 22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

Pertanyaan:

  1. Kenapa kalian ada di sini?? Untuk apa kalian berada di sini?

Untuk merayakan natal! Memang natal itu apa? Banyak orang berpendapat natal hanyalah hari raya umat Kristen dimana mereka merayakan hari lahirnya Yesus Kristus. Yah memang benar... Natal adalah hari kelahiran Yesus, namun bukan hanya sekedar itu.... natal memiliki arti lebih dari hanya sekedar ulang tahun Yesus yang entah ke berapa? Natal adalah peringatan akan kasih setioa Tuhan yang nyata dan bukan hanya janji kepada umat manusia. Natal adalah masa dimana kita mengenang pengorbanan, pengosongan diriNya, sebagai Tuhan dan Raja, sebagai Allah yang maha. Ia memberikan diri secara total kepada manusia yang sama sekali tidak layak mendapat kasih karunia. Mengapa saya katakan sama sekali tidak layak? Karena manusia yang telah dikaruniai begitu banyak hal yang berharga, akal, budi, anggota tubuh, talenta dan lain sebagainya ternyata hanya mampu membiarkan cinta Tuhan bertepuk sebelah tangan.

Bila kita di sini hanya untuk menikmati makanan, dekorasi, atau mengatas namakan rutinitas orang Kristen (Masa orang Kristen Natal ga ke gereja) atau mengatasa namakan pelayanan (kan saya pengurus, kan saya main drama, kan saya pemusik, kan saya MC, kan saya berkotbah). Maka marilah kita semua pulang. Karena tujuan utama kita disini bukan untuk hanya sekedar hadir. Tapi hari ini adalah hari yang paling tepat untuk menyatakan rasa cinta kita kepada Tuhan.

  1. Jadi pertanyaan ke dua adalah, apa yang akan kita katakan, bila saat ini juga Tuhan hadir di hadapan kita dan bertanya: “apakah kau mengasihiKu?”

Banyak dari kita akan berkata seperti Petrus, dengan lantang dan tegas, “ya Tuhan aku mengasihi Engkau!!” Matthew 26:35 memberikan kesaksian: Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lainpun berkata demikian juga.

  1. Bila Tuhan melanjutkan pertanyaanNya bagi kita: “ apa yang telah kau lakukan bagiKu sebagai bukti cintamu padaku? Apa jawab kita?

Mungkin sebagian dari kita akan menjawab: “ saya telah melakukan pelayanan, saya sudah menjadi aktivis, saya menjadi pemusik, setiap hari saya ke gereja ko kan saya aktif dalam setiap bidang pelayanan.

Bagi sebagian orang mengatakan cinta itu semudah membalikan telapak tangan, namun bagi banyak orang dan mungkin hampir semua, membuktikan cinta itu tidak semudah mengatakannya. Cinta itu butuh bukti, bukan hanya janji, bukan hanya kata. Bila kita hanya dapat membuktikan cinta kita kepada Tuhan hanya pada saat kita berada di gereja, itu sama sekali bukan cinta, tapi basa basi. (kalo dekat orangnya, banyak janji, kalo jauh lupa pada janji). Bila kita hanya dapat membuktikan cinta kita dengan pelayanan dan bukan pengabdian itu sama sekali bukan cinta tapi rutinitas dan formalitas belaka.

Mengapa seorang anak sekolah minggu lebih mudah mengatakan saya mencintai Tuhan Yesus, dibandingkan para remaja dan pemuda? bukan hanya karena anak-anak lebih dapat mencintai dengan tulus dari pada orang dewasa, mereka tidak pernah berpikir apa untungnya bagiku bila aku mencintai dia?, namun sesungguhnya karena kita mulai menyadari bahwa mencintai Tuhan itu sulit, mencintai Tuhan itu tidak mudah. Oleh karena itu kita tidak berani untuk memproklamirkan bahwa kita mencintai Tuhan. Kita tahu dengan pasti banyak resiko yang harus kita ambil, ketika kita mulai berkomitmen untuk mencintai Tuhan. Banyak saat dimana kita benar-benar harus keluar dari zona aman dan nyaman kita sebagai manusia.

Cinta itu butuh pengorbanan, Cinta itu butuh kesetiaan, ketekunan, dan kesungguhan. Itulah ukuran cinta. Bila cucuran air mata karena cinta membuat kita berhenti mencintai, maka kita belum mencintai. Bila ketika kita sudah merasa cukup banyak mencintai, merasa sudah memberi banyak, maka sesunggunya kita belum mencintai dengan sungguh. Ketika kita belum berani memberikan segala sesuatu yang kita miliki, maka sesungguhnya kita belum mencintai. Ketika kita tidak berani diperhadapkan dengan resiko ditinggalkan, sendirian, tanpa teman, dikucilkan maka kita belum mencintai. Ketika kita lebih mudah mengatakan “ ya udah gw berhenti saja, gw kecewa sama gereja, sama rekan pengurus, sama pendeta, sama jemaat” maka sesungguhnya kita belum berani mencintai Tuhan

Ulangan 10: 12 dan Matius 22:37 menantang kita untuk membuktikan cinta kita kepada Tuhan:

· Bila kita belum mau belajar untuk senantiasa mendengarkan suara Tuhan setiap hari, dengan menyedikan waktu kita baginya bukan hanya 5 menit atau 10 menit tapi dari sejak kita bangun hingga kita kembali memejamkan mata, maka kita belum mencintaiNya.

· Bila kita belum mau belajar untuk senantiasa terpaut kepadaNya dalam segala aspek kehidupan kita, baik itu di sekolah, lingkungan kerja, masyarakat, maupun gereja, maka kita belum mencintaiNya

· Bila kita belum mau mengasihi Tuhan dengan menggunakan segenap hati dan jiwa, dan bukan hanya sekedar ikut-ikutan, karena ada teman main, atau bahkan pelarian maka kita belum mencintaiNya

Bukan hal yang mudah untuk dapat mencintai Tuhan dengan sungguh bukan? Tentu! Definisi cinta antara manusia dan Tuhan berbeda. Manusia mendefinisikan kasih sama dengan cinta, sedangkan Tuhan mendefinisikan kasih sama dengan pengampunan, anugerah! Yah karena memang sesungguhnya dicintai Tuhan adalah suatu anugerah bukan sekedar kasih biasa.

Mencintai Tuhan adalah proses yang perlu kita jalankan seumur hidup kita, sepanjang usia kita. Bukan yang dapat kita lakukan denga hanya sekejap mata. Jatuh cinta memang bisa pada padangan pertama, tapi mencintai pada pandangan pertama adalah hal yang mustahil. Karena mencintai didalamnya terdapat mengenal: baik buruknya, tak kenal maka tak sayang, tak kenal maka tak cinta.

Ketika Tuhan mencintai kita Ia sungguh mengenal kita karena kitalah ciptanNya, tapi ketika manusia sungguh ingin mencintai Tuhan, manusia harus benar-benar kenal siapa Tuhannya. Bukan hanya sekedar kenal dan tahu Yesus adalah Allah yang mau mati bagi manusia. Tapi sungguh mengenal dan merasakan keberadaan Tuhan dalam hidupnya, bukan sebagai tokoh yang numpang lewat setiap hari minggu selama kurang lebih 1 jam, apalagi hanya sebagai tokoh khayalan, yang ada maupun tidak adanya tidak membawa dampak apapun bagi hidup manusia.

Jadi bagaimana agar kita sungguh dapat mengenal Tuhan dalam hidup kita? Discovering God by Your self, agar setiap kita sungguh mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara pribadi bukan karena mama, bukan karena papa, bukan karena teman, sahabat..... sehingga baik pelayanan maupun iman kita merupakan hasil dari perjumpaan dengan Dia, dan bukan turunan, paksaan, apalagi hanya sekedar formalitas belaka...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar