Selasa, 10 Februari 2009

Kacamata Remaja Terhadap Orang Tua


- membukakan kepada remaja pandangan2 yang tepat tentang orang tua menurut cara pandang remaja
- menjelaskan kepada remaja peran orang tua yang alkitabiah
- remaja memiliki sikap dan cara pandang yang benar tentang orang tua

Pandangan-pandangan yang salah baik dari sisi orang tua dan dari sisi remaja

Orang tua menurut remaja: Remaja menurut orang tua:
- terlalu mau berkuasa
- ga boleh dilawan
- selalu tahu yang terbaik untuk anak-anaknya
- egois
- harus selalu ditaati
- ketinggala jaman, ga up to date,
- ngak mau ngertiin jiwa remaja
- ga punya perasaan
- bisanya Cuma melarang nyuruh dan menasihati
- suka ikut campur - sulit diatur
- keras kepala
- ga tau yang terbaik buat dirinya sendiri
- belum berpengalaman
- sok tahu
- belum bisa mandiri
- belum cukup umur
- tidak tahu bahaya


normal ko, remaja memang ingin bebas, ingin memiliki padangan sendiri, karena itu remaja kurang senang kepada otoritas, karena menilai otoritas sebagai penghalang kebebasan. Walaupun sebenarnya banyak otoritas lain di dunia kita, ada pemerintah ada guru, bahkan sebenarnya ada otoritas Tuhan, tapi mengapa otoritas orang tua yang paling tidak disukai anak remaja, dan keinginan untuk lepas dari otoritas orang tua menjadi paling besar. Kalo udah begitu yang ada timbul rasa kesal diantara kedua belah pihak.

Sebenarnya hal tersebut tidak perlu terjadi, bila kedua belah pihak mau belajar untuk saling memahami jalan pikiran masing-masing. di satu sisi orang tua memang perlu memahami bahwa keinginan untuk bebas adalah bagian dari pertumbuhan. Seseorang tidak akan pernah menjadi dewasa bila selalu tergantung pada pikiran orang tuanya. Ia tidak akan pernah belajar untuk berpikir dan menentukan apa yang baik bagi dirinya sendiri. Namun tentunya kebebasan yang bertanggung jawab, bukan yang sebebas-bebasnya. Itulah sebenarnya fungsi pendidikan, yaitu membuat orang belajar untuk berpikir, memutuskan dan bertindak bagi dirinya sendiri. Ya memang orang tua juga harus memberi kesempatan bagi remaja untuk memiliki pendapat sendiri, dan mereka juga perlu belajar mendengarkan dan menghargai pikiran kita.

Tapi eitttt....jangan senang dulu, karena kita juga punya bagian untuk memahami orang tua. Jangan merasa hanya kita yang perlu dipahami dan dimengerti....harap dimaklum yaaa apa yang dilakukan oleh orang tua kita. Memang kita hidup dan dewasa di jaman yang berbeda dengan orang tua kita, dan bukan berarti kita juga lebih bodoh dari mereka, tapi kita harus sadar bahwa soal pengalaman kita tertinggal jauh dari mereka. Soal pengetahuan bisa jadi kita jauh meninggalkan mereka, karena banyak orang tua yang hingga kini belum tahu bagaimana menggunakan komputer dan apa namanya flashdisk itu kan tapi soal asam garam kehidupan jangan dianggap sepele... hidup kita sekarang sudah jauh lebih enak loh!!! Jaman orang tua kita ke sekolah masih ada yang harus jalan kaki berkilo-kilo. Apalagi ketika harus mencari uang sembari sekolah.... itu penglaman menghadapi hidup yang tidak bisa dianggap remeh.. kalo saya perhatikan memang remaja sekarang tidak terlalu tahan banting seperti remaja tahun-tahun sebelumnya. Kenapa? karena kita hidup di jaman instan. Dulu segala sesuatu harus dijalani dengan manual dan itulah sesungguhnya yang membuat pengetahuan berkembang. Untuk menyalin catatan teman ketika tidak masuk, kini hanya tinggal foto kopi, dulu orang tua kita tidak kenal mesin foto kopi, mereka harus mencatat sendiri. Itulah yang membuat mereka menjadi orang-orang yang kuat dan tahan banting. Tidak seperti kita yang cepat mengeluh!!

Begitu juga ketika kita belajar memutuskan yang terbaik untuk hidup kita. Tentu kita sudah tahu yang baik dan yang buruk, tapi daya kognitif kita belum begitu baik. Kita sudah bisa menganalisa suatu masalah secara logis, tapi masih kurang perhitungan implikasi dan konsekuensi...dan untuk dapat menyeimbangkannya kita perlu pertimbangan orang tua.

Memang perbedaan sering kali tidak dapt dicegah. Kita harus sadar bahwa orang tua kita yang hidup pada masa yang tidak jauh berbeda saja bisa saja bertengkar karena perbedaan2 kecil apalagi kita, yang tumbuh dan hidup di masa, lingkungan masyarakat, trend dan gaya hidup yang jauh berbeda dengan kedua orang tua kita. Kini bagaimana cara mengatasinya? Sebenarnya mudah!
1. Misalnya ketika kita disuruh untuk membenahi tempat tidur kita, untuk mencegah pertengkaran, lakukanlah segera jangan ditunda. Dengan melihat bahwa kamu sudah bisa bertanggung jawab, maka orang tuapun akan merasa bahwa anak mereka sudah dapat diberi tanggung jawab. Dan kalau dalam banyak urusan kita dapat membuktikan bahwa kita bisa mengatur diri sendiri maka orang tuapun tidak akan banyak mengatur lagi.
2. ketegangan juga dapat diminimalis dengan sikap yang terbuka antara anak dan orang tua. Memang kita lebih senang berbincang dengan kaawan sebaya kita, tapi bukan berarti orang tua tidak bisa jadi sahabat yang asik loh!! Banyak dari kita merasa orang tua bukan tempat yang asik untuk diajak ngobrol. Tapi tahukah kamu, banyak orang tua ingin berbincang dengan anak remaja mereka karena mereka juga mulai menganggap anaknya sudah mulai memahami mereka karena sudah hampir dewasa. Jadi anaknya juga dapat dijadikan teman curhat. Hanya saja banyak juga dari mereka yang canggung dalam memulai komunikasi dengan anaknya. (banyak orang tua yang minder loh dengan anaknya... karena mereka merasa anaknya sudah lebih pandai dari mereka) jadi jangan ragu untuk memulai perbincangan. Mulailah dengan bercanda dengan orangtuamu tentu becandaan yang sopan bukan yang seperti biasa kita lakukan dengan teman sebaya kita. Kita harus paham bagaimanapun mereka orang tua kita yang memiliki otoritas dari Allah, bukan hanya untuk melindungi kita, tapi juga untuk mendidik kita dalam jalan Tuhan. Berkawan dengan orang tua tentunya tidak mengurangi rasa hormat kita kepada orang tua kita.

Alkitab memang menghimbau kita untuk menghormati orang tua kita, tapi menghormati memiliki nada yang positif. Menghormati bukan berarti manggut-manggut, padahal hati dan muka cemberut. Menaati bukan berarti selalu menyetujui pendapat mereka (lebih baik mengusulkan perubahan daripada menaati sambil marah-marah). Kata menghormati dalam bahasa Ibrani (kabad) artinya akuilah kewibawaan atau hargailah tinggi-tinggi. Ada banyak cara untuk mengakui kewibawaan mereka loh:
- mengakui bahwa mereka ditugaskan Tuhan untuk mendidik kita
- memahami apa keinginan dan aspirasi mereka, kita ingin dimengerti tapi kita tidak mau mengerti? Egois sekali bukan?
- Belajar melihat motivasi positif di balik semua nasihat dan larangan mereka
- Memaklumi kelemahan mereka (orang tua juga tidak luput dari kelemahan, mereka bisa saja salah, ampuni dan belajar untuk mngerti menjadi orang tua itu tidak mudah loh!!! Dan kita hanya dapat mengerti ketika kita sudah menjadi orang tua.
- Mengakui keunggulan (walau kita sekolah lebih tinggi, tapi ingat pengalaman hidup mereka jauh lebih banyak!!!!)
- Intinya: menghargai usaha mereka untuk menghantar kita ke gerbang kedewasaan hingga suatu saat nanti kita semua siap untuk berjalan sendiri sepenuhnya.

Hubungan tidak akan menjadi tegang bila dengan batu dan kerikil yang ada kita tidak membuat tembok tapi jembatan okayyy


Disadur dari “ Selamat Ribut Rukun”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar