Sabtu, 07 Februari 2009

Hidup dalam berkatMu

Berkat: bless

PL : Barak, berakah= berkat, pemberian, kemakmuran dalam Tuhan, kedamaian

PB : eulogeo= berkat, anugerah, keuntungan, yang disampaikan dengan penuh syukur, dan dalam doa yang sungguh-sungguh kepada Allah

Tujuan: mengerti makna sebenarnya tentang berkat di dalam Kristus

  • Wawasan orang Kristen yang salah tentang berkat Tuhan dilihat Cuma dari satu sisi yang menitik beratkan – bahwa orang Kristen itu adalah anak Allah maka kami harus mendapatkan kelimpahan materi, hidup tanpa susah dan masala, selalu menajdi orang yang sukses dan kaya.
  • Wawasan Kristen yang benar tentang berkat Tuhan di Matius 5:1-12.
  • Berkat adalah salah satu kata pujian bagi Allah , atau kata yang membuat sesuatu atau seseorang menjaddi kudus. Maka berkat juga adalah hasil dari kata-kata tersebut.
  • Manusia menerima berkat di dalam Kristus dalam konteks teologia:

- manusia dibenarkan, tidak hidup dalam dosa lagi dan menjadi budak dosa dan diperbudak dosa. Pembenaran adalah suatu tindakan anugerah Allah secara Cuma-Cuma

- manusia diangkat menjadi anak-anak Allah

- manusia dikuduskan, dalam arti dikhususkan dari kebiasaan atau hal duniawi, karena kita dikaruniakan roh kudus.

Manusia sering kali menilai berkat hanya sebatas materi, uang, kekayaan, kesehatan, segala sesuatu yang positif menurut manusia. Tidak mengherankan ketika kita diperhadapkan kepada kesulitan, kepahitan, kehilangan dan kesendirian, kedukaan dan segala sesuatu yang buruk menurut manusia kita merasa menadi manusia yang tidak terberkati.

Berkat sesungguhnya bukan melulu soal kelimpahan secara materi, tapi juga kelimpahan bagi jiwa, roh, pengetahuan, hikmat yang sebenarnya tidak dapat dibandingkan dengan harta di dunia. Termasuk berkat keselamatan yang telah kita terima secara Cuma-Cuma. Tidak sampai mendapatkan keselamatan, kita juga dibenarkan, dikuduskan, bahkan diangkat menjadi anak. Saya rasa semua orang Kristen kalau keselamatan memang adalah berkat yang luar biasa, karena untuk mewujudnyatakannya Yesus harus mau mangorbankan diriNya demi manusia yang Ia kasihi. Sesuatu yang menurut manusia mendatangkan penderitaan, kesedihan kedukaan dan pengorbanan toh pada nyatanya menjadi berkat yang tak terhingga bagi manusia, yang tidak tertandingi oleh berkat dan harta sebanyak apapun di dunia.

Persoalannya kini adalah bagaimana manusia menyadari bahwa apapun yang kita hadapi di dunia ini baik yang baik maupun yang tidak baik merupakan berkat yang tidak terhingga yang patut kita syukuri?

Kita dapat belajar menyadari bila kita kembali merenungkan siapakah kita di hadapan Tuhan, siapa kita dulu, bukan hanya melihat kita yang sekarang, kita yang sudah memperoleh anugerah keselamatan. Tapi ketika dulu kita masih hamba dosa, kita hanya menjadi budak dosa. Dosa membodohi kita, membutakan kita, membuat kita tidak peka bahkan kebal terhadap kasih dan kehendak Tuhan. Ketika Tuhan mengangkat kita menjadi anak, tidak sekonyong-koyong mental kita juga berubah dari seorang hamba menjadi anak Allah. kita masih memiliki mental manusia lama yang bodoh, buta dan tidak peka. Manusia seperti pemalas yang berdoa minta sekantung emas jatuh dari langit dan mendapatkan dirinya kejatuhan sekantung emas dari langit keesokan harinya... kita menjadi manusia yang kaya mendadak, menggantungkan diri pada emas sekantung itu dan meminta kembali kantung berikut ketika emas pada kantung pertama sudah habis kita gunakan.

Kita masih memiliki mental peminta, kita seperti kacang lupa kulitnya. Ya benar kita diciptakan dengan sempurna, tapi kita lupa bahwa kita memilih untuk jatuh pada dosa. Meninggalkan Tuhan adalah pilihan kita dan bukan kehendak Tuhan. Namun ketika kita sudah ditebus, kita merasa kebahagiaan kini menjadi milik kita. Menjadi anak Allah berarti mendapat keistimewaan, kekayaan, kemuliaan. Kita telah lupa siapa kita dan dengan apa kita ditebus oleh Allah. Kita hanya suka menuntut dan tidak mau melakukan tugas dan tanggung jawab kita dan bagaimana kita seharusnya berlaku sebagai anak-anak Allah.

Menjadi anak-anak Allah bukan hanya berarti kita mendapatkan hak, keistimewaan dan bahkan harta warisan yang tidak akan habis dimakan waktu, namun mengerti dengan benar bagaimana kita harus bersikap, bertindak, berpikir, yaitu dengan menggunakan cara pandang Allah dan bukan lagi hanya menggunakan cara pandang lama kita.

Apa sIh cara pandang Allah. Roma 8: 28 menjelaskan salah satunya: Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Di dalam Tuhan tidak ada yang tidak baik, bahkan ketika orang mereka-rekakan yang jahat kepada kita Tuhan menajdikannya sebagai suatu kebaikan bagi kita Kej 50:20. Dukacitapun, bila itu dialami di dalam Tuhan akan mendatangkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan 2 Kor 7: 10. segala yang telah dijadikan Tuhan adalah baik adanya. Termasuk segala apa yangTuhan perkenankan terjadi di dalam kehidupan kita, juga baik adanya.

Dan itu artinya ketika kemalangan datang menimpa kita sekalipun kita masih dapat berkata: “ ini berkat Tuhan, berkat Tuhan yang menjdikan aku semakin beriman, semakin kuat dalam pengharapan, semakin kuat dalam penyerahan diri, dan semakin menjadi manusia yang semakin sabar, semakin taat. Ketika hidup terasa makin sulit, kita juga dapat berkata: “ ini adalah berkatMu, yang membuatku semakin kecil dan Kau semakin besar dalamku, yang membuat aku sadar bahwa hanya Engkaulah sumber kekuatanku, bahwa hanya Engkau yang mampu meluputkan aku dari mara bahaya, dari sengsara.

Hidup adalah seperti mengelilingi gunung sinai. Tidak akan kita dibiarkanNya kita melewati jalan yang lurus-lurus saja langsung sampai pada tanah perjanjian. Ia juga tidak akan mengubah gurun yang panas menyengat ketika siang dan dingi menusuk tulang ketika malam menjadi taman yang sejuk dan indah. Tapi Ia senantiasa menunjukkan kasih setiaNya melalui penyertaan yang terkadang tidak masuk akal dan logika manusia. Ia tidak akan pernah meninggalkan kita bahkan senantiasa mendampingi kita mengelilingi gunung itu hingga suatu saat nanti kita sampai di tujuan dengan sukacita dan kemenangan dari Tuhan.

Masa depan akan selalu menjadi misteri, bahkan bagi kita anak-anak Allah. Namun jangan sampai kita melihat masa depan sebagai sesuatu yang tidak pasti. Apapun yang akan terjadi dihadapan kita bisa saja membuat hidup kita emnajdi lebih baik atau buruk. Kaeadaan ekonomi mungkin tidak membaik, bencana alam mungkin akan semakin banyak, masih banyak kejadian buruk yang mungkin terjadi. Tapi jangan pernah pengharapan hilang dari kehidupan kita. Sring kali berharap membuat kita jenuh, bahkan kadang membuat kita sakit...ya memang tapi itu hanya terjadi ketika kita berharap pada manusia. Berbeda halnya ketika kita belajar berharap kepada Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan tidak pernah mengecewakan. Apa yang bagi kita adalah kekecewaan, akan diubahnya menjadi sorak sorai dan sukacita yang tidak akan pernah terbayangkan oleh kita. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar