Selasa, 10 Februari 2009

Don't Quit!


Yak 1:2-7

Pertanyaan:

  1. apa sih kegagalan itu?
  2. apa yang sering kali menyebabkan kegagalan?
  3. bagaimana mengatasi kegagalan?

Rekan-rekan pernah mengatakan: “ udah ah gw berenti aja, udah ga sanggup lagi, ngak kuat lagi nih, gagal terus, buangin waktu, pikiran dan tenaga?” Berbicara tentang kegagalan, pernyataan yang mungkin terlontar dari setiap orang adalah: siapa sih yang tidak pernah gagal, tidak ada kan? Setiap manusia pasti pernah menjumpai yang namanya kegagalan. Saat kita belajar berjalan, jatuh menjadi sesuatu yang biasa bukan. Saat belajar bersepeda, jatuh juga menjadi suatu yang biasa. Sehingga ada ungkapan selalu ada yang pertama untuk segala sesuatu. Termasuk untuk mengalami kegagalan.

Tapi apakah kegagalan itu sehingga begitu menakutkan untuk dilalui oleh banyak orang, bukankah kegagalan adalah sesautu yang lumrah, karena tidak ada seorangpun yang sempurna bukan? Begitu pula para tokoh Alkitab kita. Daud yang dikenal sebagai raja yang besar juga mengalami kegagalan ketika ia membunuh Uria demi kesenangannya. Musa pemimpin bangsa Israel yang berkharisma itupun gagal menjalankan perintah Tuhan yang harus ia bayar dengan larangan untuk dapat masuk ke tanah perjanjian. Petrus, seorang murid yang mengaku mengasihi Yesus, juga gagal menjadi pembela bagi Yesus, ketika ia diperhadapkan dengan rasa takut.

Kini coba kita periksa apa sebenarnya arti kegagalan. Pertanyaannya kemudian adalah, kondisi seperti apakah yang disebut dengan gagal? KBBI mendefinisikan gagal sebagai ketidakberhasilan, dan tidak tercapainya suatu maksud ttt. Kini bagian kita yang mengartikan dan menelaah apa yang membuat sesuatu itu tidak berhasil atau tidak tercapai. Dengan begitu kita dapat menemukan arti yang lain dari kegagalan bukan? Kegagalan bukanlah suatu jalan buntu, bukan berarti segala sesuatu akan berakhir dan tidak akan ada lagi kesempatan. Masalahnya kegagalan nampaknya tidak hanya datang satu kali, bisa dua kali, bisa berkali-kali, dan itulah yang sering kali menakutkan bagi sebagian besar orang, yaitu ketika harus menghadapi kegagalan yang nyatanya tidak datang sekali dan ketika kegagalan datang bertubi-tubi yang terjadi adalah perasaan putus asa dan jenuh, dan itulah yang membuat manusia Dan semakin banyak orang takut gagal, karena ada yang mengatakan bahwa ‘kesempatan kedua tidak akan pernah datang dua kali.’ Benarkah demikian? Jawabannya adalah TIDAK!!!

Sebaliknya kegagalan adalah ketika kita berhenti mencoba supaya berhasil dan tercapai. Ketika kita merasa sudah tidak ada lagi jalan sehingga kita mandeg tidak mau bergeming bahkan menuju sebuah kemunduran. Jadi perkataan bahwa kegagalan adalah ‘keberhasilan yang tertunda’ adalah benar. Karena sama seperti kegagalan, kesempatan juga tidak datang hanya satu kali. Beribu-ribu kegagalan akan disertai dengan beribu kesempatan, dan beribu kesempatan itu akan kita dapatkan ketika kita tidak berhenti untuk mencoba dan mencoba. Karena kegagalan memberi kita pengetahuan:

· bahwa cara yang kita gunakan salah atau tidak cukup baik, sehingga membutuhkan perbaikan dan peningkatan

· bahwa arah yang kita tuju tidak atau kurang tepat, sehingga butuh penyesuaian ulang

· bahwa kekuatan yang kita kerahkan mungkin belum maksimal, sehingga butuh kesungguhan dan ketekuna

· bahwa ada jaminan akan keberhasilan, sehingga butuh iman kepada Tuhan yang adalah sumber dari kekuatan dan keberhasilan kita.

Itulah yang hendak kita pelajari bersama hari ini dari surat Yakobus 1: 2-7. Yakobus menggunakan kata pencobaan, yang memang memiliki arti yang berbeda dengan kegagalan bila kita luhat dari semantiknya, namun bila kita melihat dengan kacamata yang baru kita akan dapat melihat bahwa kegagalan adalah merupakan salah satu pencobaan. Yaitu ketika kita kemampuan, ketahanan, ketekunan, bahkan keimanan kita diuji.

1. Ay. 2 Bagi Yakobus, pencobaan; kegagalan haruslah dianggap kebahagiaan. Kata anggaplah disini berarti cara, misalnya ketika kita menganggap rekan-rekan di sini semua sebagai sebuah keluarga, maka yang membedakan rekan-rekan di sini dengan rekan-rekan di kantor, atau siapapun yang kita temui di jalan adalah cara kita memperlakukan. Oleh karena itu ketika kegagalan harus dilihat sebagai kebahagiaan, maka yang dibah adalah cara, baik itu cara pandang, maupun cara menyikapinya. Sering kali kegagalan dianggap sebagai momok yang menghantui. Seorang anak yang gagal pada ulangan pertama akan dapat mengerjakan ketika ia melihat kegagalannya pada ulangan pertama sebagai pembelajaran. Sebaliknya, ia akan gagal kembali pada ulangan ke 2 ketika ia melihat ulangan pertama sebagai hukuman. Jadi kata kunci yang pertama adalah ubahlah cara pandang anda terhadap kegagalan.

2. Ay. 3Yakobus juga melihat kegagalan sebagai chances alias kesempatan. Karena kesulitan ataukah kegagalan semata-mata bukan untuk menguji seseorang, namun lebih kepada memberi kita peluang atau kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih baik dengan mengoptimalkan segala sesuatu yang ada pada diri kita. Bahkan kesulitan dapat menjadi cermin yang sangat jujur bagi kita, karena kesulitan sesungguhnya memperkenalkan kita kepada diri kita yang sesungguhnya, manusia seperti apakah kita ini, kualitas seperti apa yang kita miliki sebagai manusia ciptaan Allah yang termulia. Oleh karena itu kata kunci yang kedua adalah jadikan kegagalan sebagai motivator dan bukan provokator.

3. Ay. 4 Lebih lagi Yakobus mengajarkan kepada kita bahwa biarkan bila kegagalan itu datang, dan jangan takut, karena sesungguhnya kegagalan akan mendatangkan buah yang matang, bila disikapi dengan cara yang benar (menurut cara Allah dan bukan manusia). Karena sesungguhnya kesulitan atau kegagalan sesungguhnya dapat menjadikan diri kita menjadi manusia yang lebih baik, lebih matang, lebih dewasa, lebih beriman, lebih berpengharapan dan lebih, ketika kita mampu belajar dan memperbaiki diri. Jadi kunci ketiga adalah terus belajar dan berusaha.

4. Ay.5- 6 Tentunya berusaha hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri akan berbeda hasilnya dengan berusaha bersama Tuhan. Itulah juga yang menjadi saran Yakobus, yaitu ketika kita harus sadar bahwa hikmat, pengetahuan kita sebagai manusia tentunya terbatas, dan tidak sempurna. Dengan melibatkan Allah dalam segenap kehidupan kita, maka kita akan lebih mudah memandang kegagalan sebagai cara Allah menempa, membentuk, mendewasakan, bahkan mengasihi kita (Ib 12: 5-6). Oleh karena itu kunci keempat adalah iman dan pengharapan kepada Allah.

Apapun yang terjadi pada kita kesulitan dan kegagalan sesungguhnya akan menjadi suatu berkat yang tidak akan pernah kita bayangkan. Hasil teknologi seperti komputer, laptop, handphone yang semakin canggih dengan kecepatan, fitur, dan kemampuan, bahkan design yang luar biasa yang dapat kita nikmati saat ini, merupakan hasil pengembangan yang memakan waktu yang tidak dapat dikatakan sebentar. Namun kita dapat menikmati hasilnya masa kini. Tentu dalam perjalanannya alat elektronik tersebut juga mengalami kegagalan, oleh karena itu ada yang disebut sebagai produk gagal. Namun sang produsen tidak pernah berhenti dan menyerah, mereka belajar dari kesalaha, belajar dari kegagalan dengan juga memperhatikan kebutuhan pasar. Itulah yang membuat merek-merek seperti Nokia, Sony Ericsson, Acer, Asus, berkembang dengan begitu pesat. Tanpa ada usaha maka tidak kan pernah ada keberhasilan. Tentu hasil tidak akan dapat diperoleh secara instan, hari ini juga, butuh waktu, butuh tetesan keringat dan bahkan air mata. Begitu juga ketika kita menghadapi suatu kesulitan, jawaban akan kesulitan kita, atau keberhasilan yang kita nantikan sering kali tidak datang sesuai dengan apa yang telah kita targetkan. Tapi bukankah Allah adalah adil, apa yang ditabur seseorang itu jualah yang akan dituainya. Bila seseorang hanya mampu menabur keputusasaan, kemalasan, keengganan, maka ia juga akan menuai kekecewaan serta kegagalan. Sebalikanya seseorang yang menabur keuletan, ketekunan, maka suatu saat nanti akan menuai kebahagiaan dan kesuksesan.

Jangan pernah kita memasukkan kata menyerah pada kamus otak kita. Sekali anda memasukkan itu kepada benak anda, maka selamanya kata itu akan menjadi racun bagi anda. Kenapa? Karena sesungguhnya yang membuat kita tidak berhasil bukanlah karena pekerjaan, pencobaan, dan kesulitan yang Tuhan beri terlalu berat bagi kita. Tuhan tidak memberikan ujian lebih dari yang kita mampu untuk tanggung. Jadi yang membuat kita tidak berhasil sebenarnya adalah diri kita sendiri, yaitu ketika kita hanya melihat apa yang susah dan bukan rencana Tuhan yang indah bagi kita. Karena ketika kita mau melihat ada rencana Tuhan yang indah dari balik setiap persoalan, pergumulan, bahkan kegagalan, disitulah awal kemenangan dan keberhasilan kita. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar