Selasa, 24 Februari 2009

The Philosophy Of Ministry

Konsep pelayan adalah konsep yang sebenarnya ada sejak perjanjian Lama dan bukan perjanjian baru. Pelayanan timbul karena ada konsep pelayan, hamba, budak.

Pelayan

1. Orang yang melayani secara pribadi atau secara rohani, seperti yang dilakukan Markus kepada Paulus (Kis 13: 5) atau yang dilakukan para imam pada mesbah bit Allah. Sejauh suatu negara berfungsi sebagai abdi Allah, maka para pejabadnya dapat disebut sebagai pelayan Allah. Paulus sendiri menjadi pelayan ketika ia mengumpulkan persembahan bagi jemaat di Yerusalem. Dan tentunya Yesus sendiri adalah teladan dalam menjadi pelayan, karena Ialah yang dapat disebut sebagai pelayan

PL: Sharath= To serve, minister. Pada awalnya memiliki arti sangat rendah, karena diidentikan dengan budak belian, atau budak peperangan, mereka disamakan dengan benda, bukan manusia, dapat diperjual belikan, dapat dibunuh, karena yang memiliki hak hidup bukanlah diri mereka sendiri melainkan tuannya. Mereka boleh diperlakukan dengan cara apapun. Kehidupan hamba (ebed: slave) sendiri akhirnya diidentikan dengan penderitaan, itulah yang sebenarnya nampak dari hidup Yesus=> hamba Allah yang menderita (Ebed Yahweh= Yesaya 42: 1-9)

PB: diakonos= orang yang dipanggil untuk melayani, orang yang sepenuhnya diserahkan untuk menjadi pelayan Tuhan. Pada kemudian hari, istilah pelayan atau hamba tidak lagi diidentikan dengan penderitaan seperti yang dirasakan oleh para budak belian. Istilah hamba lebih dipahami sebagai orang yang tidak memiliki hak resmi, yaitu ketika hidupnya diserahkan untuk pelayanan Allah.

Konsep pelayanan ini memang telah berubah total dari pemahaman yang kita dapat di perjanjian Lama. Perjanjian Lama memang terikat pada hukum Taurat yang memiliki pemahaman tentang hamba dan budak yang cukup tegas. Seorang hamba benar benar menjadi milik tuannya dan tidak memiliki hak apapun atas dirinya sendiri. Ketika ia dibeli oleh tuannya, maka hak hidupnyan sekalipun jatuh kepada tuannya. Konsep ini terus dibawa dan dikaitkan dengan konsep dosa, ketika manusia menjadi hamba dosa, maka ia terikat oleh dosa, yang tidak memberikan dirinya kesempatan untuk memilih apapun. Ia akan terus berada di bawah kuk dosa => Matius 11: 29. dalam perjanjian baru, konsep ini diperbaharui oleh Kristus oleh kematianNya. Walaupun konsep hamba, pelayan tetap melekat padanya tapi konsep ini telah mengalami perubahan yang signifikan. Kuk, tetap digunakan sebagai tanda perhambaan dan pelayanan, oleh karena itu kita tetap dipanggil sebagai hamba Tuhan, pelayan Tuhan, dan bukan pelayan atau hamba atas diri kita sendiri. Perubahan nyata nampak pada:

  1. pelayanan sebagai panggilan dan bukan paksaan. Ketika status kita berubah dari hamba dosa menjadi hamba Allah, secara tidak langsung mengubah hak kita sebagai hamba. Dosa mengikat manusia begitu rupa, berbeda dengan dosa, Allah memberikan kita kebebasan walaupun kita kini telah menjadi hambaNya. Oleh karena itu pelayanan disebut panggilan. Setiap orang yang mengenal Allah dan telah dibeli oleh Allah, diajak atau dipanggil untuk melayani. Bila konsep hamba pada PL masih berlaku maka, kita secara otomatis menjadi pelayan Allah. Kita tidak diberi pilihan untuk mengatakan tidak atas panggilan kita. Kini kita diberikan pilihan, kebebasan untuk menerima atau menolak panggilan yang diberikan oleh Allah. (Mat 22: 14; Rom 1:1; Rom 1:6; etc) Mengapa pelayanan menggunakan kata panggilan? Untuk menjadi pelayan dibutuhkan panggilan? Karena Allah melihat hati dan bukan hanya yang nampak di hadapan mata. Allah tidak ingin mereka yang dipanggilNya sungguh-sungguh mau melakukan panggilan itu dengan sukacita dan bukan karena dipaksa atau karena ketertekanan.
  2. pelayanan sebagai anugerah. Bila pada awalnya seorang budak dipaksa untuk bekerja, untuk melayani tuannya. Maka kini pelayanan yang kita lakukan sebenanrnya bukan paksaan, karena posisi kita tidak lagi di bawah (di kaki), tapi diangkat menjadi anak (2 Kor 6:18; Ef 1:5). Tentunya posisi anak lebih dari hamba, budak pembantu. Walaupun konsep anak pada budaya Yahudi adalah tetap kepunyaan Bapanya, dan seorang Bapa memiliki hak penuh terhadap anak-anaknya. Yang berbeda adalah konsep Bapa. Bapa bukan hanya Tuan (yang berhak), namun seorang Bapa akan selalu memberi yang terbaik bagi anak-anaknya. Bukan asal memerintah tapi mempertimbangkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya demi kebahagiaan, kemajuan, kedewasaan...anak-anaknya. Ia mengetahui kebutuhan anak-anaknya dan mengindahkan kebutuhan itu. Ia mengenal anak-anaknya dan mengetahui kesalahan yang dibuat anak-anaknya, sehingga ia dapat memberikan yang terbaik dan membawa anaknya menjadi lebih baik. Ketika kita dipanggil sebagai pelayan, maka kita sebenarnya diberi anugerah dalam arti kesempatan untuk dapat menjadi anak sekaligus rekan sekerja Allah (1 kor 3:9; 2 kor 6:1)

Realita:

  1. karena konsep pelayanan mengalami perubahan yang luar biasa menjadi suatu anugerah yang bebas namun bertanggung jawab, banyak orang Kristen yang salah memaknai ulang panggilannya itu. Allah memang memberikan kebebasan kepada manusia untuk menanggapi panggilan yang diberikanNya, namun Ia tetap meminta yang terbaik bukan yang asal-asalan (Lukas 10:42; Im 6:20; Kej 43:11) Ketika kita melihat panggilan melayani sebagai anugerah, maka kita juga akan memberikan yang terbaik sebagai persembahan kita kepada Tuhan. Mengapa Tuhan ingin yang terbaik dari kita? Karena Tuhan telah memberikan yang terbaik bagi kita (Maz 81:16, 147:14; Yeh 16:19; Luk 15:22), termasuk dengan memberikan seluruh hidupNya bagi kita.
  2. Pelayan dalam gereja berubah menjadi aktivis. Istilah aktivis tentunya bukan sesuatu yang asing di telinga kita, daari aktivis lingkungan, HAM, perempuan hingga aktivis gereja. Apa benar gereja butuh aktivis? Apa sih aktivis itu? Apakah dalam gereja memang dikenal istilah aktivis? Pelayan bukanlah aktivis. KBBI: aktivis: orang yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya, orang yang menggerakkan (demonstran). Pelayan: orang yang membantu menyiapkan apa yang diperlukan, menerima. Orang yang bersedia disuruh-suruh, siap diperintah dan disuruh. Berdasarkan semantik, aktivis tidak sama dengan pelayan. Aktivis lebih erat kaitannya dengan kuasa, yang menggerakkan, mendorong, dan sering kali dengan cara yang radikal atau ekstrim. Sedangkan pelayan sesungguhnya erat dengan kerendahan hati, kesungguhkan, kelemahlembutan, dan pemberian diri secara total. Yesus tidak pernah menjadi pengerak dalam arti menjadi orator, aktif dalam segala kegiatan, ikut serta dalam oraganisasi, lembaga dan lain sebagainya, tapi Yesus membawa perubahan melalui apa yang dilakukanNya, dikatakanNya. Itulah makna pelayan sesungguhnya ketika seseorang mampu membawa perubahan (positif tentunya) melalui apa yang dilakukannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar