Senin, 23 Februari 2009

MENGASIHI

Yohanes 3:16, 1 Yoh 4:7

pertanyaan:

  1. apa itu mengasihi?
  2. mengapa kita perlu mengasihi?
  3. apa yang bisa kita lakukan untuk membuktikan kasih kita kepada orang lain?

Bila saya bertanya pada anda, apakah anda telah menjadi orang yang penuh kasih? Apakah anda telah menjadi orang yang saling mengasihi? Apa jawaban anda? Mungkin banyak dari kita yang merasa bahwa kita adalah orang yang penuh kasih, kita mengasihi orang tua kita, adik kakak, sahabat2. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang tidak kita kenal, yang tidak pernah hadir di dalam kehidupan kita? Itulah buktinya bahwa banyak dari kita tidak mengerti dengan benar apa arti mengasihi.

Kata ‘mengasihi’ mungkin bukan kata yang asing di telinga kita. Dari sejak kita taman-kanak-kanak kita diminta untuk saling mengasihi satu dengan yang lain. Masuk Sekolah Dasar, sekolah minggu, kita juga diajarkan untuk saling mengasihi, begitu terus hingga kita dewasa. Bertahun-tahun, bahkan belasan hingga puluhan tahun kita senantiasa diajar tentang bagaimana kita harus mengasihi, tapi sudahkah kita memahami apa arti mengasihi dengan benar. Jauh lebih mudah untuk mengajarkan perkalian dan pembagian kepada seorang anak dari pada mengajarkan bagaimana kita seharusnya mengasihi. Mengapa? Karena memang sesungguhnya mengasihi mtidak semudah mengalikan atau membagikan angka-angka. Bukan sesuatu yang dapat dimengerti hanya dengan menghafal, karena mengasihi tidak hanya membutuhkan logika namun terutama membutuhkan hati.

Namun sebelum kita berbicara lebih jauh tentang mengasihi, Apa sih mengasihi itu sebenarnya? Dalam perjanjian Lama kasih dikenal dengan kata ‘ahev’ yang sebenarnya artinya sangat luas, menyangkut yang insani dan yang ilahi, sebagai ungkapan yang paling dalam dari seorang pribadi sekaligus menyatakan hubungan yang akrab dan dekat. Pada dasarnya kasih adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan yang mendatangkan kegembiraan dan bukan hanya sekedar perasaan sayang.

Kasih bukan cinta loh!! Mengasihi tidak sama dengan mencintai. Kadang manusia hanya bisa mencintai dan bukan mengasihi. Cinta datang dari manusia dan hanya ada pada manusia. Oleh karena itu cinta terbatas... cinta dibatasi oleh indera manusia, oleh mata kita. Seseorang dapat mencintai bila ia melihat seseorang yang mampu menarik perhatiannya dan berkenan kepada penglihatannya. sedangkan kasih datang dari Allah, Allah yang tidak terbatas, Allah yang tidak dapat dibatasi, dan Allah yang mengasihi tanpa batas. Kasih adalah Allah itu sendiri, dan kasih ada jauh sebelum manusia ada. Jadi, mengasihi bukanlah tindakan yang berasal atau merupakan inisiatif manusia. Mengasihi adalah tindakkan Allah dan inisiatif Allah kepada manusia. Kita tidak akan pernah bisa mengasihi tanpa Allah di dalam kita karena kasih adalah sifat dasar Allah dan bukan kita.

Bagaimana kasih Allah itu sesungguhnya? Yoh 3: 16 menjadi saksi kasih Allah. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”:

  1. besar. Mengapa Kasih Allah dikatakan besar? Apakah ada yang bisa mengukur kasih Allah? TIDAK!! Tidak ada alat ukur yang bisa mengukur kasih Allah. Mengapa? Karena Allah tidak terbatas, bahkan kasih Allah tidak bisa dilukiskan oleh bahasa manusia karena bahasa manusia terbatas. KJV menggunakan istilah “so love the world” yang artinya ‘sangat’. Kasih Allah itu tidak pernah dapat di lukiskan. Tinta sebanyak air di lautan manapun tidak akan mampu melukiskan kasih Allah dalam hidup kita. Besar disini juga bukan hanya soal banyaknya yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, namun juga tidak terbatas kepada golongan, ras, kelompok tertentu, tapi kepada....
  2. dunia. (kosmos (harafiah)= jagad raya, bukan hanya dunia kita, namun juga galaksi planet lain) dunia yang tidak kita huni sendiri, dunia yang pada awal diciptakannya tidak ada pengkaplingan, tidak ada batasan, tidak ada diskriminasi, dan tidak ada kompartementalisasi. Dunia yang dijadikan Allah adalah dunia yang bebas... bebas untuk ditinggali siapa saja, bagi suku apa saja, dari golongan apa saja dan dengan status apa saja. Termasuk kepada orang-orang yang dianggap ‘penjahat’ oleh dunia apa buktinya? Matahari dan udara yang sama masih bisa dinikmati bersama... bukankah itu bukti khesed (kasih setiaNya). Dunia juga berati keutuhan ciptaan, bukan hanya manusia, namun juga alam, hewan, tumbuhan yang Ia ciptakan. Sayangnya kita manusia hanya bisa merusak kasih Allah dengan menyalahgunakan kepercayaan yang telah dianugerahkan kepada kita sebagai ‘penguasa’ atas bumi.
  3. memberi diri. Kasih Allah itu memberi diri, bukan hanya ingin diberi atau hanya memberi materi, tapi memberi segalanya, termasuk mengorbankan harkat, martabat, tubuh, darah hingga nyawa. mengasihi bukan memberi dari kelebihan, namum memberi dari keterbatasan, dan memberi sesuatu yang bagi manusia sewajarnya dipertahankan. Dan untuk mengasihi itu Allah tidak mengeluh... tidak menyalahkan manusia... tapi melakukannya dengan hati. Hingga penyesalan yang sering kali ada di hati manusia ketika ia harus memberi lebih, tidak pernah ada di hati Allah. Ia melakukannya dengan ketulusan, kerelaan dan bukan untuk menunjukkan bahwa Ia hebat dan berkuasa, apalagi dengan keterpaksaan.
  4. untuk kebaikan. Bukan mengasihi namanya bila digunakan untuk mengumbar nafsu atau untuk memperoleh keuntungan lebih atau untuk mendapatkan eksistensi dari komuniatas. Mengasihi adalah ketika kita mampu melakukan suatu aksi untuk kebaikan orang loain, walaupun itu membawa sesuatu yang tidak baik untuk diri kita sendiri atau dengan kata kekristenanannya adalah tidak ada kasih tanpa pengorbanan. Ya pengorbanan!! Bukan mencari keuntungan. Sulit? Ya!! Berapa banyak manusia yang suka berkorban, sama saja manusia yang ketika harus mengeluarkan uang maka ia akan berkata Puji Tuhan!! Saya tidak berani menggunakan kata: tidak ada, karena dengan itu saya membatasi karya Tuhan yang besar dalam diri manusia ciptaanNya. Hanya saja kita diperhadapkan dengan realita manusia yaitu sifat dasar kedagingan itu sendiri.

Kasih itu bukan hanya sekedar kata, tapi tindakan nyata. Kasih bukan hanya memberi, tapi memberi yang terbaik. Kasih bukan hanya aksi yang didasari dengan arogansi dan egoisme diri tapi aksi yang hadir dari kesederhanaan dan pembebasan.

Yesus hadir di dunia bukan semata untuk membawa keselamatan bagi kita yang percaya, namun terutama untuk meruntuhkan beragam tembok yang telah dibuat oleh manusia. ‘He is the limit breaker’ Dia memecahkan segala penghalang, dan meruntuhkan pembatas.

Bagi kita mengasihi bukan hanya tugas dan tanggung jawab atau panggilan, namun juga ciri sebagai anak-anak Allah. Seseorang yang lahir dari Allah seharusnya mampu mengasihi dan orang yang mampu mengasihi berarti juga mengenal Allah sebagai sumber dan kasih itu sendiri. Maka mengasihi segharusnya telah menjadi sifat dasar dari anak-anak Allah dan bukan ada karena tntutan apalagi dipaksakan.

Sayangnya, karena memang mengasihi tidak dapat dilakukan bila kita tidak pernah mengundang Allah untuk benar-benar hidup dalam segenap kehidupan kita sebagai manusia, banyak dari manusia yang mengaku sebagai anak-anak Allah, tidak mampu mengasihi. Ingin belajar mengasihi dengan sungguh? Undang Allah untuk hidup dan menguasai hati kita. Maka kasih Allah yang tanpa batas, dan yang membebaskan itu akan benar-benar hadir dan memenuhi hidup kita dengan alirannya yang tidak pernah berhenti. Tentu tidak hanya mengunadang Allah untuk hadir namun juga hidup bersamaNya, denganNya, untukNya dan dalam kasihNya.... Amin

2 komentar:

  1. dalem juga artinya....memberikan pencerahan...

    BalasHapus
  2. Luar biasa. Amin๐Ÿ™๐Ÿ˜‡

    BalasHapus