Kamis, 12 Februari 2009

Semua Orang Sama di Mata Tuhan

Ef 4:20-32 dan Titus 3:2

Manusia mana yang suka dibanding-bandingkan dengan orang lain, apalagi ketika mereka dibandingkan dengan cara yang tidak membangun alih-alih meremehkan atau bahkan untuk saling menjatuhkan. Bila orang tua kita mengatakan “Lihat tuh temen kamu kan bisa dapat nilai baik, masa kamu tidak bisa segini-segini aja nilainya?”, apa rasanya? Biasanya pertanyaan atau lebih tepatnya pernyataan tersebut akan disambut dengan perkataan “Mah, Pah jangan bandingin aku sama orang lain dong aku kan anak papa mama dan bukan anak om tante yang itu!!”

Memang manusia itu akan selalu dibandingkan satu dengan yang lain, karena perbedaan adalah sesuatu yang alamiah. Perbedaan adalah hal yang pasti ada karena manusia diciptakan dengan perbedaan dan keunikan masing –masing. Tidak ada yang sama, tidak ada yang serupa, karena perbedaan itu sesungguhnya adalah bukti kemaha-an dan kreatifitas Allah. Apa jadinya ketika Tuhan menciptakan manusia sama... mungkin kita juga tidak akan pernah melihat pelangi yang berwarna warni... enah hanya akan berwarna merah saja, kuning saja, atau bahkan putih saja.

Perbedaan adalah sesuatu yang sifatnya abadi... sampai kapanpun manusia akan selalu berbeda dan tidak akan pernah menjadi sama dan serupa. Sama seperti pelangi tidak akan pernah tidak berwarna-warni.

Untuk apa Tuhan menciptakan perbedaan bila hanya digunakan manusia untuk saling memecah belah? Apakah Tuhan hanya ingin menciptakan perpecahan di dunia yang diciptakannya dengan sempurna ini? TIDAK! MANUSIA YANG MEMBUAT PERBEDAAN MENJADI ALASAN UNTUK SALING MENGHANCURKAN. Ketika manusia tidak menghargai perbedaan maka sesungguhnya manusia tidak menghargai diri mereka sendiri... karena mereka tidak menyadari bahwa mereka masing –masing adalah unik. Bahwa mereka diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda satu dengan yang lain.

Manusia adalah puzzle di tangan Tuhan... masing masing saling melengkapi satu dengan yang lain membentuk suatu masterpiece, karya Allah yang agung.

Namun sayangnya manusia tidak mampu melihat perbedaan sebagai suatu karya Allah yang mampu memperindah dunia. Manusia hanya mampu melihat perbedaan sebagai sesuatu yang memisahkan, mendiskriminasikan, membatasi dan bahkan menjadikan bahan untuk saling mempertentangkan. Bahkan manusia membangun tembok untuk sungguh memisahkan perbedaan karena manusia melihat perbedaan sebagai suatu aib dan noda.

Bahkan lebih dari itu manusia membuat perbedaan sebagai bahan untuk saling memecah dan menghancurkan pihak-pihak yang lemah.

Rasul Paulus mengingatkan betapa lemahnya manusia, sebagai makhluk berdosa, manusia masih dikuasai oleh keinginan dagingnya dari pada dikuasai oleh Roh Allah. Manusia lebih suka saling mendustai satu dengan yang lain, saling memfitnah, saling menjatuhkan. Perkataan kotor lebih sering keluar dari mulut mereka, dari pada perkataan yang saling membangun dan saling mendukung. Begitu juga dengan kemarahan lebih sering menguasai mereka dibanding kedamaian dan kasih sayang. Hidup mereka jauh dari keramahan dan kelemah lembutan, setiap hari dipenuhi dengan pertengkaran dan fitnah satu dengan yang lain.

Mungkin kita tidak seekstrim itu, mungkin tidak setiap hari mulut kita mengeluarkan kata-kata kotor, atau setiap hari bertengkar, namun apakah kita sudah hidup damai dengan semua orang? Dengan diri sendiri ?

Banyak orang menganggap sudah berdamai dengan diri sendiri padahal belum tentu. Banyak orang yang tidak hidupb berdamai dengan diri sendiri. Selalu ingin menjadi orang lain dan tidak mampu menerima diri apa adanya dengan segala kelemahan dan kelebihan yang telah menjadi bagian dirinya. Ia tidak dapat melihat bahwa ia punya kelemahan tapi juga punya kelebihan yang tidak hanya patut disyukuri, namun juga dikembangkan.

Selain itu ketika orang tersebut tidak dapat menerima bahwa ia berbeda, maka ia akan menyalahkan dirinya sendiri, ia tidak berani mengeksplorasi kemampuannya, dan sepanjang hidupnya ia akan menjadi orang yang senantiasa merasa gagal bila ia tidak bisa menjadi sama dengan orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari kita mungkin tidak mau bergaul dengan anak jalanan, bagimana mau bergaul, berdekatan saja kita sudah merasa jijik. Kita juga mungkin menganggap remeh anak-anak yang sekolah di sekolah di sekolah biasa. Atau kita juga menganggap remeh temen-temen kita yang berasal dari tingkat ekonomi yang berbeda dengan kita. Seorang anak jalanan tidak lebih rendah dari seorang anak pemilik perusahaan ternama, seorang anak lulusan SMUK 1 tidak lebih berharga dari anak lulusan sekolah yang tidak ternama. Seorang peraih medali olimpiade Fisika tidak lebih penting dari seorang anak putus sekolah.

“ dont judge a book by its cover “ jangan sekali-kali kita menilai orang hanya dari luarnya... kulitnya.... apa yang ia pakai tidak menentukan siapa dia. Badan boleh hitam legam, kaki boleh kotor, pakaian boleh kumal tapi belom tentu kita memiliki daya tahan menghadapi hidup seperti seorang anak jalanan.

Manusia ditakdirkan lahir berbeda-beda. Seseorang tidak dapat memilih dari ibu-bapak, suku, latar belakang sosial atau bangsa mana ia akan lahir.Perbedaan itu tidaklah memberi hak kepada siapapun untuk melakukan diskriminasi hanya karena asal-usul, latar belakang, tingkat ekonomi, kelebihan dan kekurangan seseorang.”

Manusia memang berbeda satu dengan yang lain, tapi manusia juga memiliki persamaan, yaitu sama-sama diciptakan Allah, manusia sama-sama diberikan kesempatan untuk merasakan kasih anugerah Allah dalam hidup, dan tentunya manusia sama-sama diberi hembusan nafasNya. Itu yang membuat manusia sama berharga di mata Tuhan. Karena Ia telah membagi diriNya ke dalam setiap manusia, nafas kehidupan yang membuat kita semua masih bisa berdiri di sini, masih bisa menikmati hidup yang Ia karuniakan kepada kita.

Sesungguhnya tidak ada yang dapat membuat manusia begitu berbeda satu dengan yang lain. Dan tidak ada satupun perbedaan yang dapat digunakan manusia sebagai alasan untuk dapat memisahkan dirinya dari manusia lainnya... semua manusia terkait, terkait dalam kasih Tuhan.

Tuhan tidak membedakan ketika ia ingin mengasihi manusia. Ia memberikan matahari pada orang yang malas, maupun yang rajin. Ia juga tetap memberikan udara kepada mereka yang jahat dan berhati fasik. Ia yang menciptakan kita saja tidak membedakan, apa hak kita sebagai ciptaan berani membedakan bahkan menghakimi? amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar