Minggu, 08 Februari 2009

Mencari Kedamaian


Fil4: 4-12

Pertanyaan:

  1. apa yang biasanya membuat manusia tidak merasa damai?
  2. kedamaian seperti apa yang dicari manusia?
  3. mengapa kedamaian musti diusahakan dan bukan datang dengan sendirinya?
  4. bagaimana mewujudnyatakan kedamaian itu?

Siapa yang tidak ingin keadaan yang damai? Tapi nampaknya kedamaian masa kini adalah sesuatu yang amat angka dan mahal. Kedamaian adalah sesuatu yang sulit sekali dicari dan diwujudnyatakan. Setiap hari kita dihimpit oleh rasa kuatir, rasa takut ketika melihat laporan di televisi akan kenaikan harga bahan pokok, ketika mendengar ada kerusuhan, mendengar kejahatan dan kekerasan yang meraja lela. Kita takut dan kuatir ketika anak kita tidak kunjung pulang, padahal malam sudah larut. Ketika kita melihat tayangan yang memperlihatkan pola kehidupan gaya anak muda masa kini, yang semakin liar, tidak memperhatikan norma dan aturan yang ada, lantas membuat kita jadi overprotektif kepada anak. Kita takut ketika harus menghadapi hidup yang semakin tidak pasti. Sedih dan marah ketika disakiti dan dibuat kecewa oleh orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita, ketika hidup tidak berjalan seperti apa yang kita kehendaki, ketika cita-cita, harapan tidak tercapai, ketika duka datang mengisi kehidupan kita dan lain sebagainya...

Saya tegaskan, bahwa merasa takut, khawatir, sedih, marah, bahkan bahagia adalah sesautu yang alamiah, wajar, manusiawi... itulah justru yang menandakan kita ini masih manusia, dan bukan robot. Banyak orang mengatakan bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah panggung sandiwara, kit aktor dan sutradara dan pembuat naskahnya adalah Tuhan. Tanggapan tersebut adalah tanggapan yang kurang tepat. Saya tidak mengatakan tidak benar, karena memang segala sesuatu yang terjadi dalam hidup berada di dalam kehendak Tuhan dan bukan hanya kehendak kita. Kita tidak akan mati bila Tuhan mengatakan belum waktunya kamu mati. Begitu juga saat pencobaan, masalah, duka, atau apapun bentuknya itu semua terjadi bukan tanpa sepengetahuan Tuhan. Namun kita bukan pion catur, yang dicurh jalan selangkah maka kita akan jalan selangkah... kita adalah menusia yang diberikan kehendak bebas... Tuhan tidak mengingkan kita masuk ke dalam dosa. Jatuh ke dalam dosa adalah pilihan kita dan bukan pilihan Tuhan... namun sering kali yang terjadi, ketika ada sesuatu yang buruk datang dalam hidup kita, seperti perceraian, pertengkaran dan semacamnya, kita mengatakan itu adalah takdir Tuhan... Tuhan tidak mengingikan manusia bercerai... yang ingin bercerai adalah kita sendiri.

Oleh karena itu kedamaian tidak datang dengan sendirinya... kita perlu mengusahakannya, memperjuangkan dan mewujudnyatakannya. Kedamaian bukan semata-mata urusan Tuhan, kita memiliki andil yang penting dalam mewujudnyatakannya. Kedamaian akan terwujud ketika adal Tuhan dalam hidup kita. Tentunya Tuhan tidak bisa asal masuk dalam hidup kita, Ia perlu kita sambut dan berikan tempat. Kalau dalam hidup kita saja kita tidak memberi tempat untuk Tuhan, bagaimana kita bisa merasakan kedamaian?

Tapi sebelumnya tentu kita perlu tahu damai itu apa, seperti apa kedamaian yang diinginkan manusia. Alkitab sendiri mencatat damai dengan 2 kata yang sama sekali memiliki arti yang berbeda. Yang pertama adalah Shalom: yang artinya damai sejahtera Allah... damai yang tidak terpengaruh oleh situasi kondisi, damai yang mencakup, tidak saja pikiran, hati, namun juga seluruh tubuh dan jiwa (sehat makmur), begitu juga dengan hubungan antar manusia...bahkan dengan ciptaan yang lain, damai yang digambarkan dalam Yesaya 11. Damai ini adalah damai yang dari pada Allah sendiri

Sedangkan kata yang kedua diambil dari bahasa Yunani (Irene). Adalah damai versi manusia. Memang memiliki arti yang hampir mirip dengan Shalom tapi, damai ini adalah damai yang sifatnya sementara... yang diperoleh ketika kedua negara yang sedang berperang melakukan genjatan senjata... damai yang nampak di kulit saja dan bukan meliputi segala aspek kehidupan manusia itu sendiri. Yesus pernah berkata ” aku datang bukan untuk mendatangkan damai, tapi aku membawa pedang...” bukan berarti damai yang dimaksud Yesus adalah shalom, tapi irene, Yesus datang bukan hanya untuk membawa kedamaian yang hanya nampak di kulit tapi kedamaian yang mencakup seluruh hidup manusia.

Nah kini, kedamaian seperti apa yang kita inginkan, Irene atau Shalom? Tanpa melibatkan Tuhan dalam seluruh bidang kehidupan kita, Irene masih dapat kita wujudkan...orang yang tidak mengenal Tuhanpun dapat menjadi orang yang menciptakan damai, tapi untuk dapat mewujudkan shalom, kedamaian yang tanpa batas, dan tidak dipengaruhi oleh apapun, kita butuh Tuhan, karena Ia adalah damai itu sendiri... dan ini bukan persoalan mudah. Mengapa?

Siapa dari kita yang tidak pernah merasa kuatir dan takut? TIDAK ADA, siapa dari kita yang sering kali dikuasai oleh rasa takut dan kuatir? BANYAK, dan secara tidak sadar itulah yang sering kali membuat hidup kita tidak damai....yaitu ketika rasa kuatir mendominasi... ada suatu uangkapan yang mengatakan: ketika kita memilih untuk kuatir dan takut selama 1 menit, maka kita akan menghilangkan sukacita selama 1 jam. Mengapa hal itu bisa terjadi, karena rasa kuatir tidak menambahkan sehasta saja dari hidup kita, hidup orang yang kita kuatirkan, malah membunuh rasa sukacita dan damai dalam hati kita. Kuatir membuat kita menjadi orang-orang yang semakin keropos di dalam hati dan jiwa. Hati kita tidak bisa bergembira, padahal gembira itu adalah obat, sedangkan kepedihan hati mematahkan semangat, semangat yang patah mengeringkan tulang....jadi obat awet muda adalah belajar untuk tidak kuatir dan tidak takut....!!! GIMANA?

  1. Bersukacitalah dalam Tuhan!!

Mengapa harus dalam Tuhan, mengapa tidak dalam pesta, perayaan, pekerjaan, pelayanan dan lain sebagainya? Kenapa harus dalam Tuhan? Agar sukacita kita tidak dipengeruhi oleh situasi dan kondisi. Hanya dengan bersukacita dalam Tuhan memampukan kita untuk tetap bersukacita, walau hati takut, khawatir, sedih, marah, kecewa dan pelbagai rasa yang manusiawi.

Karena Tuhan adalah sumber sukacita... Sukacita yang sejati tidak dapat kita peroleh hanya ketika kesenangan dan pelbagai kesenangan ada dalam hidup kita. Sukacita sejati akan kita nikmati bula kita berada dan terus melekat kepada sumber sukacita itu sendiri Yaitu Tuhan! Dan bukan yang lain.

  1. Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang!!

Bukan pamer kebaikan atau jadi sok baik... bukan juga untuk mendapat pujian dari orang lain karena kita baik! Tapi karena Tuhan sudah dekat... oleh karena itu FirmanNya tidak mengatakan “ hendaklah perbuatanmu yang baik diketahui semua orang!” atau “ hendaklah perkataanmu yang baik diketahui semua orang” karena baik perbuatan dan perkataan hanya buah, dan bukan akar! Akarnya adalah hati, ketika kita memiliki hati yang baik, maka baik perbuatan maupun perkataan kita akn menjadi baik, sebaliknya orang juga bisa berbuat dan berkata baik, namun hatinya tidak baik.. Ayat ini mengingatkan kita untuk memelihara hati!! Bukan hanya perbuatan dan perkataan.... karena hati itu cermin! Yang tidak pernah berbohong... lidah dan tubuh bisa berbohong, tapi hati... tidak... masalahnya hanya Tuhan yang tahu hati kita...

Ketika kita mencari damai, maka periksalah hati kita, apakah dalam hati kita ada damai? Atau ada motivasi buruk, ketidaktaatan kepada Tuhan dan lain sebagainya yang membuat kita menjadi orang-orang Fasik... Alkitab nengatakan orang fasik tidak akan pernah merasakan damai, karena memang damai bukan untuk orang fasik, tapi orang-oraang yang taat kepada Tuhan.

  1. Bersyukur, berdoa, membiarkan damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal memelihara hati dan pikiran kita.

Berdoa, bukanlah ucapan searah, tapi dua arah. Berdoa bukan hanya ketika kita memohon dan berbicara kepada Tuhan, tapi terutama berdoa adalah ketika kita juga belajar mendengar suara Tuhan, kehendak Tuhan, keinginan Tuhan dan bukan hanya keinginan kita. Memang Tuhan mengatakan mintalah, maka akan diberikan, ketuklah, maka pintu akan dibukakan, tapi Tuhan bukan pembantu kita.... Ia adalah Tuan, jadi yang sebenarnya adalah kita diajak untuk menyesuaikan keinginan kita dengan keinginanNYa, bukan berarti kita boleh memohon yang ‘macam2’ tapi karena Ia tahu keinginan kita belum tentu yang terbaik untuk kita... hanya Tuhan yang tahu yang terbik untuk kita.

Bersyukur adalah hal kedua yang sulit dilakukan manusia, apalagi ketika hidup tidak berjlan sesuai keinginan. Pertama-tama, bersyukur adalah sikap hati, bukan kata kerja. Hanya saja bersyukur bisa diwujudkan dalam berbagai macam kata kerja, baik itu memuji Tuhan, melayani dan lain sebagainya. Namun yang utama adalah ketika kita menerima apapun yang terjadi dengan mengimani bahwa itu yang terbaik, bahwa segala sesuatu terjadi buan tanpa sepengtahuan dari Tuhan.. bahwa apapun yang terjadi adalah untuk kebaikan. Dengan begitu kita dapat menjalani pahit manis hidup dengan senyum dan bukan dengan keluh kesah dan gerutu.

Dan tentunya biarkan Allah memelihara hati dan pikiran kita... dengan merespon inisiatif Allah dalam hidup kita... membiarkan Allah menguasai hati dan pikiran kuta dan bukan kita lagi. Jangan menghalangi Allah, atau ‘mengikat’ Allah dengan persepsi dan kehendak kita. Tapi biarkan Allah bekerja... maka anda akan merassakan bedanya...

4. POSITIVE THINGKING

“Pikirkan yang baik, yang manis, yang sedap didengar....” mengapa? Karena memang Tuhan tidak pernah memberikan yang buruk bagi kita... Ia hanya membeikan yang baik, hanya sering kali kita menanggapi maksud Allah yang baik itu dengan pikiran negatif. Yususf pernah berkata: “ orang mereka-rekakan yang jahat, tapi Allah mereka-rekakannya untuk kebaikan” yang jahat sekalipun diubahnya menjadi baik buat kita.... amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar