Jumat, 12 Maret 2010

Bersama VS Berpihak pada Yesus

Yoh 15:4
“Bolehkah saya melihat KTP anda?”
“Oh tentu, tapi ada apa yaa?”
“Ngak Cuma mau lihat2 saja. Sejak kapan anda menjadi seorang Kristen?”
“Oh itu...sejak saya masih kecil. Saya dibaptis ketika berusia 3 bulan. Saya bangga akan Kekristenan saya. Saya lahir di keluarga Kristen, semua kakek nenek saya tidak mengenal agama Kafir, semuanya sudah menjadi Kristen. Dan...keluarga besar kami termasuk Kristen yang setia loh.”
“Ohhh....jadi anda menjadi Kristen karena dipilihkan orang tua ya?”
“Loh..loh apa maksudnya nih?”
“Iya toh, namanya bayi mana bisa milih? Wong buat minta makan aja masih nangis.”
Apa yang terbersit di benak saudara membaca percakapan di atas? Mungkin terasa menggelikan ya... namun bila anda yang disuguhkan pertanyaan macam itu, kira2 jawaban seperti apa yang akan anda berikan kepada sang penanya?
Banyak dari kita menjadi Kristen karena orang tua, pacar, suami-isteri, sahabat ataupun karena desakan pekerjaan. Salahkah? Tidak! Lalu apa yang salah? Yang salah adalah ketika kita memilih menjadi seorang Kristen hanya karena sekedar takut kehilangan orang yang kita sayangi, takut tidak dianggap anak dan akhirnya tidak dapat warisan, apalagi bila sudah diancam mau dicerai...wahhhh...ngak deh..jangan sampai terjadi.
Orang tua, sudah kewajiban mereka mengajarkan apa yang dianggap baik oleh mereka kepada anak mereka. Kekasih, juga pasti ingin memiliki pasangan yang sepaham, sevisi, hingga dapat membawa hubungan ke arah yang lebih baik dan jelas. Tapi memilih menjadi Kristen bukan perkara mudah dan tidak dapat dijadikan perkara main-main atau sekedar ikut2an. Mengapa? Karena menjadi Kristen bukan sekedar untuk mengisi kolom agama di KTP kita, atau di formulir untuk mengajukan paspor dan visa. Tapi menjadi pilihan seumur hidup kita.
Setiap kita tahu dengan benar apa konsekuensi menjadi seorang Kristen, dan untuk menjalankan konsekuensi itu kita harus punya lebih dari sekedar tekat tapi tingkat kesetiaan atau komitmen yang tinggi. Apakah anda akan bertahan untuk melakukan sesuatu yang tidak anda sukai, atau sesuatu yang ‘bukan gue banget’? tentu tidak bukan? Sama seperti anda berusaha mengerti kebiasaan pasangan anda yang sering pergi berbelanja, dan anda dimintanya untuk menemani hanya untuk membawakan tas belanjaan yang banyak. Pada mulanya anda mungkin akan menerima, dan senang untuk melakukannya, namun lama-kelamaan apakah anda tidak akan jengah?
Itulah mengapa pada masyarakat kita, dengan mudah kita temukan orang Kristen yang gemar ‘nebeng’. Kekristenan hanya menjadi tameng dan topeng sementara, yang dapat diganti bila situasi dan kondisi tidak memungkinkan lagi. Yang lebih ironis lagi, adalah ketika kita menggunakan identitas kekristenan kita untuk membenarkan apa yang salah, dan sebaliknya menyalahkan yang benar. Dengan mudah kita menghakimi orang lain yang tidak sepaham dan tidak sejalan dengan kita, hingga menggunakan Firman Allah untuk membenarkan kepentingan pribadi.
Coba deh kita uji diri kita dengan mencoba mencari tahu kata apa yang sering kita pakai bagi orang lain:
Orang lain Diri sendiri
Kan seharusnya... ah ga apa-apa kan...
Kamu ngak boleh.... sekali-sekali kok....
kamu tuh salah.... bener ko.....
kamu ngak pantes.... hanya cocok buatku....
kamu sih.... bukan aku kok....
kamu ngak bisa.... Cuma saya yang bisa....
Kristen yang ngak nebeng adalah Kristen yang baik perkataan dan perbuatannya mencerminkan kehendak, kasih, pengharapan dan iman kepada Allah dan sesama manusia. Lalu bagaimana kata-kata seorang yang berpihak pada Yesus?
Orang Lain Diri sendiri
Mari kita coba lagi aku juga bisa salah
Coba ceritakan kesulitanmu aku tidak mau berkompromi dengan dosa
Mari aku bantu maaf aku salah
Kamu spesial aku juga spesial
Sudah, ngak apa2 kok ini kekeliruanku
Ayo kamu pasti bisa aku akan selalu berusaha
Nah... kini sudah dapat melihat perbedaannya? Apa yang menyebabkan perbedaannya? Tentu bukan kata berpihak atau besama saja, seperti tema kita saat ini. Karena kata berpihak juga dapat disalahartikan sebagai hanya sebatas membela dan mengikuti. Membela tidak sama dengan meneladani. Menjadi pengikut juga tidak sama dengan menjadi kawan sekerja. Pengikut acap kali hanya menjadi pengekor, bukan pelaksana, hanya berani adu mulut dan bukan memberikan bukti nyata melalui karya. Pengikut juga dapat sekedar mengikuti tanpa tahu dengan pasti mengapa ia menjadi pengikut.
Tuhan tidak ingin kita menjadi pengikut, atau Kristen yang hanya berpihak saja. Karena orang yang berpihak sekian lamapun pun dapat berganti haluan bila ia tidak menghidupi keikutsertaannya itu. Jadi apa artinya menjadi manusia yang berpihak kepada Kristus? Yoh 15:4 mengajarkannya kepada kita.
Kita memang dipanggil untuk menjadi kawan sekerja Allah, kita juga dipanggil untuk menjadi pengikut Tuhan, namun itu semua bukan karena kita hebat dan layak untuk menjadi rekan sekerja dalam pengerjaan misi Allah, partner, apalagi menjadi anak Allah. Misi Allah itu tidak dapat dikerjakan dengan asal-asalan. Pelayanan yang kita kerjakan kini, di bumi, di gereja kita, di rumah dan kantor kita juga bukan semata-mata pekerjaan dari kita untuk Tuhan. Misi kita adalah misi Tuhan, dan misi kita dimulai dari misi Tuhan. Nah kalo begitu...tanpa hidup di dalam Tuhan dan mengenal apa sesungguhnya misiNya bagi dunia, mustahil kita dapat menjadi orang yang berpihak kepadaNya dalam seluruh hidup kita. Orang yang berani berpihak adalah orang yang tahu dengan pasti apa yang akan ia hadapi, memiliki dasar yang kuat, argumen yang tepat dan benar, dan siap menanggung apapun konsekuensinya sebagai seorang yang berpihak. Jadi ....
1. Tinggallah di dalam Dia. ARTINYA: beradalah, diam di dalam Tuhan, kenallah siapa Tuhan kita, apa yang Ia inginkan, harapkan dan cita-citakan. Jangan keluar dari hadirat Tuhan. Bukan berarti kita tinggal di gereja sepanjang hari dan tidak melakukan apa-apa. Tapi ketika kita menundukkan hati dan pikiran kita di dalam kehendak dan hukum Tuhan. Jadikan Ia sumber utama, bukan hanya pelengkap atau pemanis. Jadikan Ia makanan pokok bukan hanya hidangan pembuka atau penutup. Utamakan kehendakNya dan bukan kehendak kita. Hiduplah untuk mengerjakan cita-citanya bukan hanya sekedar hasrat atau ambisi kita. Dan....gunakanlah kekuatanNya untuk dapat mengerjakan kehendak dan misiNya. Tanpa kekuatan dariNya kita tidak akan pernah berhasil menjalankan fungsi sebagai manusia yang berpihak kepada Allah, mengapa? Karena sejak pada mulanya manusia menempatkan diri sebagai lawan Allah dan bukan sekutu Allah.
2. Berbuahlah. ARTINYA: menghasilkanlah. Bila anda makan sepanjang hari dan tidak melakukan apapun selama satu hari itu apa yang akan terjadi? Anda akan menumpuk begitu banyak energi, hasilnya, anda akan mengalami kegemukan, obesitas, diabetes. Apa gunanya kita belajar tentang Tuhan, siang malam berdoa puasa, membaca Firman Tuhan setiap saat, bila itu hanya untuk dirimu sendiri. Kita ada bukan hanya untuk diri kita sendiri bukan, kita ada untuk sesama manusia, jadi berbuahlah. Caranya? Lakukan semua hal baik yang kita dapat dari Tuhan. Bila kita tahu itu baik, Firman Tuhan adalah pelita hidup, sumber kekuatan, sumber penghiburan, tapi kita tidak pernah menggunakan dan melakukannya, dan membacanya hanya untuk sekedar tahu, untuk apa? Sama dengan menumpuk zat gula dan lemak dalam tubuh.
Tinggal di dalam Tuhan dan berbuah adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Kita tidak akan dapat berbuah tanpa tinggal di dalam Tuhan, sebaliknya, bila kita tidak berbuah artinya kita tidak tinggal di dalam Tuhan.
Berpihak kepada Yesus bukan seperti anggota DPR yang ramai ramai berpihak pada pansus...atau masyarakat yang berpihak pada salah satu atau malah beberapa partai hanya untuk sehari karena ada pembagian uang, makan dan kaos gratis. Berpihak kepada Yesus adalah melakukan apa yang Ia ingin kita lakukan setiap detik hidup kita, hidup di dalamNya dan berbuah bagi sesama.