Selasa, 10 Februari 2009

Melihat Keselamatan

Yesaya 61:10-62:5

Maz 148:1-14

Gal 4:4-7

Lukas 2:22-40

Menantikan datangnya seseorang atau sesuatu yang diharapkan tentu akan membuat kita semakin semangat dalam menjalani hidup. Selayaknya seorang ibu yang menantikan anak pertama, atau seorang nenek dan kakek menanti cucu pertama. Akan sangat menyenangkan bahkan menggairahkan ketika kita tahu, sebentar lagi kita akan melihat buah hati kita lahir ke dunia, melihat lucunya ketika ia tertawa dan menenangkannya katika ia mulai gusar. Kakek dan neneknya juga mulai membayangkan akan mirip siapakan cucunya nanti, apakah hidungnya mirip aku, ataukah matanya akan mewarisi mata indah neneknya, atau senyumnya akan mirip besanku?!

Menunggu hal yang begitu diharapkan disatu sisi membawa kegairahan tersendiri, namun di sisi yang lain dapat menimbulkan kegelisahan, bahkan terkadang amat melelahkan dan membosankan. Menunggu kelahiran yang tinggal 2 minggu tentu akan begitu menegangkan sekaligus menyenangkan, namun bila melihat sang istri yang sudah pecah ketuban, kesakitan namun belum menunjukkan tanda kelahiran, tentu akan berbeda rasanya. Menunggu kekasih di bandara yang akan datang 1 jam lagi pasti akan menyenangkan, namun ketika kita telah menunggu hingga 4 jam dan pesawat yang membawanya tidak kunjung datang, tentu akan membawa ketegangan tersendiri.

Menunggu seperti sekeping mata uang yan memiliki 2 sisi. Satu sisi menyenangkan di sisi yang lain begitu menjengkelkan, melelahkan bahkan dapat menimbulkan pikiran negatif. Menunggu sang suami pulang dari kantor hingga larut malam, tanpa kabar, dengan ponsel yang tidak dapat dihubungi tentunya dapat memicu sang isteri untuk berpikiran negatif tentangnya. “ janga-jangan ada apa-apa di jalan, jangan-jangan selingkur, jangan-jangan.....

Itu juga yang terjadi pada masyarakat Yahudi yang menunggu kadatangan Mesias selama ratusan bahkan ribuan tahun. Banyak dari mereka yang menanti dengan begitu semangat. Bahkan karena begitu semangat mereka mampu bertahan hingga usia yang sangat lanjut. Banyak dari mereka yang sungguh ingin menyaksikan kedatangan Mesias, mereka ingin melihat kahadiran Mesias dengan mata kepala mereka sendiri. Namun karena kedatangan Mesias tidak kunjung datang, banyak juga dari mereka yang enggan menunggu, bahkan memilih untuk menghianati Allah dengan penyembahan berhala.

Simeon dan Hana adalah sebagian dari orang yang setia menanti kedatangan Mesias. Bahkan bukan haya menjadi orang yang setia, mereka juga menjadi orang-orang yang membaktikan diri mereka kepada Tuhan. berbeda dengan orang kebanyakan Simeon dan juga Hana bukan orang sembarangan!!! Mereka bukan hanya menunggu dengan pasif. Kebanyakan orang menunggu yah menunggu saja.... hingga yang ditunggu datang dengan sendirinya.

Apa sih yang dilakukan mereka?

Injil Lukas memberikan kita kesaksian tentang kedua tokoh ini:

· Simeon: adalah seorang yang dikuasai oleh Roh Kudus. Simeon adalah orang yang tindakannya didorong oleh kuasa Roh Kudus dan bukan hanya karena keinginan pribadi. Roh Kudus juga memberikan kesaksian tentang Mesias kepadanya. Roh Kudus-pun tidak hanya sekedar datang dalam hidup Simeon untguk memberikan kesaksian atau hanya sekedar memberikan dorongan, tapi Roh Kudus ada di atasnya, menaunginya, dan menguasai hidupnya. Dan karenanya, ia menjadikan dirinya orang yang benar di hadapan Tuhan dan saleh. Ia menaati apa yang tUhan inginkan dan bukan apa yang ia inginkan, ia tunduk terhadap kehendak Allah dan itulah yang membuatnya dikatakan sebagai orang benar. Ia juga orang yang taat beribadah, tentunya bukan hanya ibadah sebagai formalitas, tapi ibadah yang sungguh diwujudnyatakan dalam kehidupannya dengan pehuh integritas. Itulah yang menyebabkan ia disebut sebagai orang yang saleh. Yakni ketika semua kehidupannya, segala tindakannya didorong oleh kuasa Roh Kudus, termasuk ketika ia datang ke bait Allah untuyk melihat Yesus, sang Mesias itu dengan matanya sendiri.

· Hana: Ia adalah seorang nabiah, nabi perempuan yang setelah menikah selama 7 tahun, ia menjadi seorang janda dan memberikan seluruh hidupnya untuk tinggal dan melayani di bait Allah di usianya yang sudah lanjut. Bukan hal yang mudah untuk dilalui dan bukan hal yang mudah untuk memutuskan mengabdikan diri. Ia tidak pernah meninggalkan bait Allah, siang dan malam ia berpuasa dan berdoa. Hidupnya sungguh ia abdikan bagi Tuhan dan bukan untuk keinginannya. Berapa banyak dari kita yang menginginkan masa tua yang menyenangkan, yang penuh dengan kenyamanan dan kemapanan? Berapa banyak dari kita yang tidak ingin merasa sendirian dan kesepian di masa tua kita? Berapa banyak dari kita yang menginkan masa tua dikelilingi oleh anak dan cucu dan menikmati hidup dengan berjalan-jalan (keliling dunia kalau bisa), setelah sepanjang usia bekerja keras dan membanting tulang? dan bukan hanya menjadi pelayan di gereja, apalagi memberi seluruh hidup untuk berbakti di gereja 24 jam.

Apa yang membuat mereka tetap bertahan dimana banyak orang menyerah dan berhenti untuk menunggu?

  • Yes 61:10, karena bagi mereka Tuhan menganugerahkan mereka jubah keselamatan dan jubah kebenaran layaknya pengantin perempuan dan laki-laki untuk pesta pernikahan. Pakaian yang spesial, yang indah, mahal, yang terbaik, dan bukan seperti jubah biasanya. Tentu kita tidak akan mengenakan baju pengantin saat kita jalan-jalan, atau hanya melakukan aktivitas biasa bukan? Karena harganya yang mahal dan designnya yang mewah. Kita hanya menggunakannya di saat spesial, dan hanya sekali seumur hidup. Tapi bedanya adalah, jubah pengantin yang kita punya adalah hasil kerja kita sendiri, paling tidak dibeli dari hasil kerja orang tua kita atau orang lain, sedangkan jubah keselamatan adalah hadiah semata-mata dari Tuhan bukan hasil usaha kita sebagai manusia. Kita ini dikaruniai hal yang tidak akan pernah bisa kita peroleh dari usaha sendiri, sekeras apapun kita berusaha. Selain itu tidak ada satupun makhluk di dunia dapat membenarkan kita selain Tuhan sendiri. Dia bukan hanya menjadi pembela, tapi memutihkan hingga tidak ada satu jejakpun tertinggal.
  • Allah tidak hanya sekedar memberi manusia keselamatan dan membenarkannya, lalu meninggalkan kita. Ia mengangkat kita, yang sebenarnya tidak layak utuk diangkat, menjadi anak. Apa yang dilakukan Allah adalah sama dengan mengangkat pembantu yang suka mencuri menjadi anak dan pewaris harta kekayaan kita. Sangat tidak masuk akal, sangat tidak rasional dan sangat tidak sesuai dengan akal sehat kita sebagai manusia, tapi itu semua Ia lakukan untuk kita.

Bukankah segala sesuatu yang kita terima adalah sesuatu yang istimewa, yang seharunya dapat membuat kita bertahan menunggu Dia, dengan tetap melayani dan melakukan apa kehendakNya, dan bukan mencari pelarian lain karena kejenuhan, kesepian dan kelelahan

Simeon dan Hana bukan orang-orang menjadikan aktifitas menunggu hanya sebagai aktivitas yang pasif... tapi aktif. Mereka menunggu dengan tetap mengerjakan apa yang menjadi bagian mereka. Mereka memilih untuk melakukan hal yang berguna saat mereka menunggu, bukan hanya duduk dalam ketidakpastian dan keputusasaan ataupun dengan membuang waktu dengan hal yang tidak berguna untuk mengalihkan kecemasan dan kebosanan. Banyak manusia dewasa ini tidak lagi mempergunakan waktu menunggu dengan sebaik mungkin, bahkan banyak dari mereka yang lupa bahwa sebenarnya mereka sedang menunggu Sang Raja dan Hakim itu untuk meminta pertanggung jawaban atas hidup yang telah Ia anugerahkan dan percayakan kepada kita manusia.

Simeon dan Hana tidak muda lagi, mungkin sudah renta, sudah tidak dapat melihat dengan jelas, sudah tidak dapat mendengar dengan jelas, mungkin sudah sulit untuk berdiri apalagi berjalan. Kesehatannya mungkin sudah jauh menurun, tapi mereka tetap melakukan yang terbaik dengan menunggu dan menggunakan waktu sebaik mungkin untuk tetap dapat melayani Tuhan dengan apapun yang mereka bisa kerjakan di masa tua mereka. Karena walau tubuh mereka sudah tua, hati mereka tidak kunjung tua, hati mereka tidak kunjung padam. Semangat, sukacita, untuk tetap mengerjakan keselamatan hadir memberi lebih dari sekedar kekuatan dan kemampuan untuk menunggu dan bertahan, tapi terutama untuk mengabdikan diri seutuhnya bagi Tuhan. Kini giliran kita....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar