Kamis, 17 Februari 2011

Taat!

Taat! Kata yang sangat pendek, hanya terdiri dari 4 buah huruf, bahkan menuliskannya pun dapat dilakukan dalam hitungan detik. Namun ternyata kata yang begitu singkat dan mudah untuk ditulis bahkan dieja ini, tidak mudah untuk dilakukan. Untuk menjadi taat manusia membutuhkan waktu berhari-hari, berbulan-bulan bahkan berpuluh-puluh tahun.
Tahukah mengapa sangatlah sulit untuk menjadi manusia yang taat? Karena ketaatan bukan soal berkata ya terhadap segala permintaan, perintah atau tergantung pada siapa si pemberi perintah. Namun ketaatan berpusat kepada kerelaan untuk tunduk dan menerima segala sesuatu yang diperintahkan dan diminta.
Jadi sesungguhnya yang sulit bukan taatnya tapi rela dan tunduknya. Kedua hal tersebutlah yang menjadikan ketaatan memiliki kesulitan yang luar biasa. Mengapa ketaatan membutuhkan kerelaan? Karena ketaatan yang dilakukan tanpa kerelaan hati hanya kana menjadi sebuah paksaan. Hasilnya? Mungkin kita akan tetap melakukannya, tapi itu semua dilakukan dengan terpaksa, atau semata-mata karena takut terkena ganjaran karena tidak melakukannya, akhirnya kita melakukannya dengan bibir yang cemberut dengan hati yang kalang kabut dan tidak sukacita.
Di sisi lain mengapa ketaatan butuh tunduk? Kita tidak akan pernah dapat menjadi taat bila kita tidak mau menyerahkan hak kita untuk membuat serta menentukan pilihan kepada mereka yang memberi perintah bukan. Kita akan selalu merasa bahwa kita memiliki hak untuk menentukan ini dan itu. Misalnya seorang anak yang disuruh pergi ke gereja oleh orang tuanya. Ia tidak akan pernah dapat taat bila ia berpikir bahwa ia memiliki hak dan pilihan sendiri hari itu, yaitu untuk bermain bersama teman-temannya atau untuk bangun lebih siang. Tunduk bukan hanya sikap kepala tapi sikap hati dimana kita mengizinkan Tuhan untuk mengambil alih pilihan-pilihan kita untuk menjadikan kita manusia berjalan dalam jalanNya.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita menjadi taat?

PACARAN: Membangun VS Merusak!!!

Apakah pacaranmu merusak atau membangun? Emang seperti apa sih pacaran yang membangun ataupun yang merusak? Bagaimana sih memiliki hubungan pacaran yang membangun itu Nah, sebelum kita tahu bagaimana menciptakan hubungan yang saling membangun, lebih baik kita coba dulu untuk menjawab dulu pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

Apa sih yang membuat kamu tertarik pada pacar kamu?
a. Dia guanteeennggg/cantik banget
b. Dia baik hati
c. Dia co/ce yang populer abis!
Apa yang kamu lakukan kalau pacarmu tidak membalas SMS atau tidak mengangkat teleponmu?
a. Diemin aja, sibuk kali
b. Cari tahu kenapa dengan tenang
c. Ngambek, ngancem putus
Kalo kamu salah, dia orang yang bisa melakukan apa sama kamu?
a. Ngak ngapa-ngapain, ga berani kali yaa
b. Mengingatkan dan selalu mengingatkan kita
c. Nyebarin kesalahan kamu ke teman2nya
Apa kamu takut diputusin?
a. Biasa aja tuh
b. Ngak, pasti Tuhan kasih yang terbaik kok
c. Amit2 deh jangan sampe kejadian sama gue
Kamu itu tipe pacar yang gimana sih?
a. Hmmm...penyayang?
b. Mencoba untuk memberi yang terbaik
c. Protektif!
Apa yang kamu biasa lakukan saat pacaran?
a. Ngobrolin yang ga penting
b. Cari tahu pandangannya tentang suatu hal
c. keluarin jurus gombal...terus...

Kalau jawaban kamu banyaknya A, kamu dapat dikatakan sebagai orang yang tidak akan mengalami kemajuan yang signifikan dalam pacaran, bahkan kamu cenderung suka berganti-ganti pasangan. Kamu melihat pacaran hanya sebagai sesuatu yang biasa dilakukan anak muda. Bahkan mungkin kamu sendiri tidak tahu dengan pasti kenapa kamu pacaran. Mungkin kamu adalah orang yang suka ikut-ikutan. Oleh karena itu ketika semua teman-temanmu pacaran kamu juga memutuskan untuk pacaran. Kalo yang ada boleh, kalo ngak ada juga ngak maksa. Kamu belum mampu mengenali siapa dan pribadi seperti apa kamu bagi orang lain dan kamu tidak mampu menjalin hubungan yang berkomitmen. Kamu masih menguatamakan apa yang kelihatan di depan mata dan bukan melihat apa yang di dalam hati. Memang menjalani hubungan pacaran dengan kamu tidak merusak namun juga tidak membangun, karena kamu lebih suka mengenal orang dari permukaannya saja. Sesungguhnya hati kamu belum siap untuk pacaran, kalau mencari teman sebanyak-banyaknya, mungkin akan menjadi pilihan yang paling tepat buat kamu pada masa kini.

Kalau jawaban kamu didominasi oleh jawaban C, kamu dapat dikatakan sebagai orang yang hanya sanggup mencintai tapi tidak dapat mengasihi. Kamu memiliki tingkat keegoisan yang tinggi sehingga pacaran kamu gunakan untuk memuaskan apa yang kamu inginkan. Kamu ingin menjalani cara pacaran yang sesuai dengan kehendak dan impian kamu dan kamu tidak peduli atas apa yang diinginkan oleh pasangan kamu. kamu adalah tipe orang yang menggunakan pacaran sebagai pelarian dari kesepian kamu, atau mungkin kekecewaan kamu terhadap kurangnya kasih yang kamu peroleh dari orang tuamu. Dengan begitu kamu tidak akan pernah menajdi seorang pendamping yang baik, karena kamu hanya berorientasi pada dirimu dan bukan pada pasanganmu. Tanpa kamu sadari kamu akan merusak hubungan yang telah kamu bina, karena sifat dan sikap negatif kamu terhadap pasanganmu. Kamu mungkin menilai bahwa kamu adalah pribadi yang berkomitmen tinggi dan setia, namun ternyata bukan kesetiaan yang sejati, tapi kesetiaan karena kamu membutuhkan dia untuk menjadi arena pelarian dari berbagai macam hal yang kamu alami. Jelas deh, sebenernya kamu belum siap untuk memasuki hubungan pacaran ini, karena kalau ini terjadi kamu akan terjebak pada hubungan dimana kamu merasa sebagai orang yang paling malang, yang paling disakiti dan hasilnya....kamu akan menyakiti pasanganmu!

Kalau jawaban kamu banyaknya adalah jawaban B, dapat dikatakan kamu adalah pribadi yang cukup siap untuk memasuki hubungan pacaran. Kamu matang dan tenang. Kamu mampu melihat persoalan dari sisi yang berbeda, bukan hanya kulit tapi inti persoalan dapat kamu petakan dengan cukup baik. Kamu tidak berorientasi pada dirimu sendiri tapi juga pada pasanganmu. Kamu tidak hanya ingin dimengerti, tapi kamu belajar untuk mengerti pasanganmu. Kamu mengikat diri dalam hubungan pacaranmu tapi kamu tidak terikat padanya. Sehingga kamu tetap dapat memberikan yang terbaik walau suatu saat nanti keadaan tidak berpihak kepadamu. Tahukah kamu, kamu akan menjadi pasangan yang sempurna bagi dia.

Kataatan Sejati

Ulangan 30: 15-20
Maz 119:1-8
1 Korintus 3: 1-9
Matius 5: 21-37

Ketaatan macam apa yang saudara miliki? Ketaatan yang semu, yang pura-pura, yang dipenuhi dengan keterpaksaan atau apa? Dapatkah anda memberikan jawabannya? Wah sepertinya pertanyaan ini adalah pertanyaan lanjutan, jadi saya akan memberikan pertanyaan awalnya: apakah yang disebut ketaatan itu? Pasti banyak dari saudara yang mengatakan bahwa ketaatan adalah kepatuhan, lalu apa yang disebut dengan kepatuhan? Apakah cukup dengan mengatakan ya terhadap segala perintah atau permohonan?

Taat memang merupakan kata yang sangat sederhana. Ia hanya terdiri dari 4 buah huruf yang untuk mengeja ataupun menulisnya merupakan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Hanya saja kesederhanaan kata taat ini bertolak belakang dari makna yang sesungguhnya. Untuk menjadi orang yang taat manusia membutuhkan waktu berhari-hari hingga berpuluh-puluh tahun lamanya. Mengapa? Karena taat bukan soal mengatakan ya dan melakukan apa yang diperintahkan. Taat lebih rumit dan kompleks dari hanya sekedar mengatakan ya. Lalu apa yang penting soal ketaatan yang sejati?

1. KETAATAN ADALAH SOAL SIKAP HATI. Ulangan 30: 17. Ketaatan bukan soal melakukan diperintahkan Tuhan pada ayat 16. Kemalangan akan datang bukan ketika bangsa Israel tidak mengerjakan apa yang Allah perintahkan pada ayat 16 “karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya.” Lalu karena apa? Coba perhatikan ayat ke 17. Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya. Jadi sesungguhnya ketaatan pertama-tama adalah soal sikap hati kita. Apakah mengasihi Allah dapat dilakukan tanpa sikap hati yang benar? Mengasihi perlu menggunakan hati, bukan hanya dengan tangan atau kaki, karena kasih seperti itu akan menjadi kasih yang palsu. Apakah ketaatan adalah hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya, namun dengan sungut-sungut, dengan kemarahan, dengan ketidakpuasan? Dan bukan dengan sukacita? Matius 5 :22-25 Hidup dalam jalan Tuhan tidak dapat dijalankan tanpa hati yang terarah kepada Tuhan, karena tanpa mengarahkan hati kepada Tuhan, kita akan menajdi orang yang mudah berhenti, dan berpaling pada yang lain. Lebih lagi, untuk hidup dalam jalan Tuhan, kita harus senantiasa mendengar suara Tuhan yang mengarahkan, menuntun, mengayomi kita, karena jalan Tuhan adalah jalan yang tak nampak bagi kita. Ia ada dalam kacamata iman, ia membawa kebaikkan dan kebahagiaan dalam persepsi Allah sendiri. Jadi hidup dalam jalan Tuhan adalah hal yang mustahil dilakukan tanpa memberi hati untuk mendengar apa yang Ia katakan bagi kita. Berpegang pada perintah juga tidak akan pernah dapat kita lakukan bila kita tidak memberikan hati kita untuk menyembah (worship: shachah) Allah. Karena berpegang pada perintah Allah harus didahului dengan kerelaan untuk mengakui kekuasaanNya, tunduk dan menerima perintahNya; untuk menyerahkan hak kita kepadaNya dan membiarkan Dia berkuasa atas segala hak kita.
2. KETAATAN ADALAH PENGAKUAN BAHWA MANUSIA TERBATAS. 1 Kor 3:1-9 Paulus adalah bapak Kekristenan yang luar biasa berpengaruh baik dari jemaat mula-mula hingga kekristenan modern seperti sekarang ini. Surat-surat Paulus bahkan lebih sering dikutip dari pada perkataan Yesus sendiri. Paulus adalah orang yang sangat menguasai Taurat, lebih dari itu ia adalah sosok yang sangat pandai, kritis, dan berpengetahuan sangat luas. Ia adalah orang yang sangat ahli di bidangnya, sehingga sulit mencari orang yang mampu menandingi kemahiran Paulus. Namun nyatanya, dibalik kemahiran dan kejeniusannya, ia adalah tetap seorang manusia yang terbatas.Ia sadar sepenuhnya ia hanya dapat menanam, Apolos hanya dapat menyiram. Tapi tanpa pertumbuhan, semua yang dilakukannya adalah suatu kesia-siaan. Yang terpenting bagi sebatang pohon, bukanlah siapa yang menyiram, siapa yang memberi pupuk, siapa yang menyiangi, namun apakah ia dapat hidup dan bertumbuh menjadi pohon yang sehat dan yang berbuah lebat . Paulus tidak dapat memberi hidup, karena hidupnya sendiri adalah belas kasih Allah, anugerah! Imannya sekalipun adalah pemberian, dan bukan hasil usahanya sendiri. Itulah yang membuat Paulus sang ahli taurat memiliki ketaatan penuh kepada Allahnya, karena hanya Allahnya-lah yang mampu membuatnya sungguh hidup
3. KETAATAN ADALAH WUJUD PENGENALAN DIRI AKAN ALLAH. Matius 5. Yesus menggunakan kata: Kamu telah mendengar Firman. Ternyata mendengar Firman Allah atau mendengar siapa Allah saja tidaklah cukup untuk dapat membuat seseorang menjadi taat kepada Allah. Seseorang haruslah mengenal dan mengalami Allah secara pribadi untuk dapat menjadi taat. Seseorang yang hanya mendengar bahwa berkendaraan roda 2 haruslah menggunakan helm, akan tetap menggunakan helmnya di tangan. Bila ia berkendara di dalam kompleks, ingat harus memakai helm saja tidak. Tapi bagi mereka yang pernah mengalami pentingnya helm sebagai pelindung kepala mereka, akan dengan rela dan taat menggunakan helm walau hal tersebut seringkali membuatnya pengap dan kepanasan. Pengalaman adalah unsur yang paling penting dalam kehidupan manusia. Karena melalui pengalaman manusia belajar tentang apa yang baik, yang tidak, yang berguna, yang tidak; dan dari pengalaman pula manusia belajar memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Paulus mengalami Allah secara pribadi itulah yang menjadikan Ia menjadi pribadi yang taat sampai mati, dan bukan karena pengetahuannya yang sempurna tentang taurat serta tradisi Yahudi. Semakin seseorang kenal siapa Allahnya semakin ia menjadi manusia yang taat. Loh ko bisa? Karena Ia semakin sadar bahwa tidak ada yang mampu menyaingi Allah dalam hal kasih, kesabaran, pengatahuan, karena hanya Dialah yang Maha, dan tidak ada yang lain.