Rabu, 05 Desember 2012
Berpegang Teguh
Indahnya Keberagaman
Jumat, 02 Maret 2012
Dua Jalan
Lebar dan sempit mana kau pilih?
Yang lebar api, jiwamu mati
Tapi yang sempit, Tuhan berkati
Kebanyakan kita pernah mengikuti sekolah minggu pasti mengenal dengan baik lagu ini. Lagu yang dinyanyikan dengan gerakkan ini kerap kali membuat tersenyum siapapun yang melihatnya. Namun, bila dimaknai lebih dalam lagi, lagu tersebut bukan sekedar lagu sekolah minggu yang hanya sekedar riang dan minim makna. Lagu “Di dalam Dunia” adalah lagu yang sarat makna, bahkan lebih dari yang sering kali kita bayangkan, karena liriknya merupakan realita hidup yang setiap hari kita jumpai. Selama kita masih hidup di dunia, kita masih akan dan selalu menemukan diri kita berada di persimpangan. Persimpangan yang membawa kita pada hasil yang sama sekali berbeda.
Persimpangan itu menujukkan dua jalan yang harus dipilih oleh setiap manusia. Jalan pertama adalah jalan yang sulit untuk ditempuh, panjang, berliku, berbatu, mengharuskan kita naik dan turun. Jalan yang sungguh mengueras emosi, hati, tenaga, bahkan seringkali membuat kita menyerah dan kehilangan tujuan. Begitu suitnya hingga banyak orang tidak memilh jalan yang ini, oleh karena banyak orang yang memilih jalan ini merasa sendiri dan ditinggalkan.
Di sisi lain, jalan yang lain adalah jalan yang sangat menyenangkan, bebas hambatan, tidak ada kemacetan, jalannya begitu mulus, dikelilingi pemandangan yang menyenangkan mata dan hati manusia. Jalannya lebar, dan ternyata banyak yang memilih untuk menempuh perjalanan hidup melalui jalan ini, sehingga kita tidak merasa sendirian. “Menyenangkan deh pokoknya.”
Namun bagaimana akhirnya? Ternyata jalan yang sempit berakhir pada sebuah taman yang sangat indah, dimana manusia mendapatkan segala sesuatu yang ia butuhkan, yang baik. Disanalah ia mendapatkan ketenangan hidup yang kekal yang tidak akan pernah diperolehnya bila ia memilih jalan yang lebar. Lalu bagaimana akhir jalan yang lebar dan menyenangkan itu? Nampaknya sebuah jurang tanpa dasar menganga begitu rupa menanti kedatangan mereka yang memilih jalan itu.
Jadi apa pilihan Saudara?(YLH_12)
Selasa, 07 Februari 2012
Lebih Dari Sekedar Nabi
Siapakah seorang nabi itu? KBBI mendefinisikan seorang nabi sebagai seorang yang dipilih Allah untuk menerima wahyuNya. Bagaimana dengan Yesus? Apakah Ia hanyalah seorang nabi yang dikirim ke dunia untuk menjadi pewarta wahyu Allah? Dengan mudah kita dapat berkata dengan cepat: “TIDAK! Yesus lebih dari sekedar nabi, Yesus adalah anak Allah.” Ya! Semua orang memang dapat dengan mudah mengatakan Yesus adalah anak Allah. Tapi apa dampak dari ucapan dan pengakuan tersebut yang tidak mudah untuk diwujudkan.
Ketika kita mengaku bahwa Yesus lebih dari sekedar nabi, namun Ialah Allah, Tuhan, Tuan dalam hidup kita, bahkan sebagai Juruselamat kita, kita harus dapat membuktikan pengakuan tersebut bukan? Ketika kita mengatakan bahwa Yesus itu Allah dan Tuhan, pada kenyataannya sering kali kita tidak memperlakukkan Dia layaknya seorang Allah, yang dipuja, disembah dengan segenap hati dan jiwa, tapi hanya dengan bibir, tangan, kaki, intelektual saja.
Begitu pula ketika kita mengaku bahwa Ia adalah seorang juru selamat bagi kita, pada kenyataannya banyak dari kita tidak memilih untuk melakukan jalan-jalan keselamatan yang telah Ia ajarkan dan teladankan melalui seluruh hidupNya, alih-alih kita semakin menjauh dari jalanNya yang menyelamatkan dan memilih jalan dunia yang menyenangkan.
Pengakuan bahwa Ia lebih dari sekedar nabi memang penting, tapi memperlakukanNya lebih dari sekedar nabi jauh lebih penting. Karena pengakuan berbanding lurus dengan sikap yang menjadi bukti nyata dari pengakuan tersebut. Bila kita hanya mampu mengaku namun tidak mampu membuktikan pengakuan tersebut, maka kita tidak lebih dari seorang penipu yang menipu diri sendiri dan orang lain. Karena sebuah pengakuan lahir dari diri bagi orang lain.
Jadi mari kita akui bahwa Yesus lebih dari sekedar nabi dengan juga memperlakukan Dia lebih dari sekedar nabi, yaitu sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.
Perjumpaan Yang Mengubahkan
Perjumpaan yang mengubahkan
Pernahkan Anda berjumpa dengan seseorang yang baik secara langsung atau tidak langsung mengubah hidup anda? Orang seperti apakah ia? Apa yang membuat Anda mengatakan bahwa ia mengubah hidup Anda? Dan apa yang berubah?
Anda pasti memiliki alasan dan jawaban sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain dan subjektif sifatnya. Misalkan saja Anda bertemu dengan seorang pemulung tua yang sedang bekerja di tengah siang hari bolong, bagi Anda, pemulung tua tersebut menjadi sebuah inspirasi yang begitu melekat pada hati Anda. Tapi orang lain belum tentu merasakan hal yang sama dengan Anda. Mengapa demikian? Karena, perjumpaan bersifat pribadi. Mengubah seseorang, belum tentu mengubah orang yang lain.
Kini, yang menjadi permasalahan adalah ketika manusia berjumpa dengan Tuhan. Bukankah Tuhan terlalu besar untuk ditolak? Bukankah Tuhan terlalu besar untuk tidak menjadi sebuah inspirasi? Rasanya tidak mungkin bila Tuhan tidak dapat menjadi sebuah inspirasi. Namun, pada kenyataannya memang seperti itu. Tidak semua orang yang berjumpa dengan Tuhan mengalami perubahan. Dimana letak kekeliruannya? Apakah Tuhan bisa mengalami kegagalan juga?
Ternyata kuncinya bukan pada perjumpaan tapi pada kesiapan hati untuk mengalami perubahan. Bukan Tuhan yang gagal tapi manusia yang gagal memaknai perjumpaan dengan Tuhan, manusia yang mengeraskan hati dan tetap pada pendirian mereka yang mereka anggap benar. Orang Farisi dan Ahli taurat contohnya. Mereka berjumpa dengan Yesus setiap hari, bahkan dalam setiap hari itu mereka dapat menemukan Yesus mengajar dengan penuh hikmat dan melakukan mujizat-mujizat, tapi apakah mereka berubah? TIDAK. Alih alih seorang perempuan Samaria yang baru pertama kali berjumpa dengan Yesus, ternyata dapat mengalami perubahan dalam seluruh hidupnya.
Jadi bila kini kita belum mengalami perubahan, jangan cepat-cepat berkata: “Tuhan mujizatnya kurang nyata!” atau “ Tuhan berkatnya kurang banyak.” Tapi mari periksa dengan seksama kesiapan hati kita untuk berubah menjadi lebih baik. (YL_12)
Rabu, 25 Januari 2012
WANTED: 10 Check List PENOLONG YANG SEPADAN
Hi!! Jumpa lagi kita di rubrik LSD. Kali ini kita masih melanjutkan kriteria PENOLONG YANG SEPADAN dari 2 edisi sebelumnya (semoga kalian masih ingat yaa) ({}) Kalo masih nggak ingat juga ini ringkasan 8 check list yang sudah ada: cinta Tuhan, dewasa, mampu menjadi ayah atau ibu, mampu menjadi sahabat, mampu menjadi kekasih, mau buka-bukaan, mau ditegur, dievaluasi, ditingkatkan kualitasnya, dan berani mengampuni.
Apakah kalian sudah punya semuanya, kalo belum...usahakan hingga semuanya ada pada kalian, supaya kalian jadi pasangan yang sempurna bagi si doi. Kalo sudah punya semua?Nah, artinya kalian siap menjalin hubungan yang lebih lanjut nich...apa aja ya check listnya?
9. Mapan & Bertanggung jawab
Sebelumnya jangan salah faham dulu terhadap point yang ke 9 ini. Yuk, kita lihat apa sih maksudnya: Yang pertama, mapan dan bertanggungjawab ini nggak bersifat gender ya! So, sama sekali nggak dikaitkan dengan pandangan bahwa seorang laki-laki harus memiliki penghasilan yang lebih besar dari isteri ( baca: lebih mapan), atau penghasilan isteri harus dibawah suami. Atau, dalam hal tanggung jawab, sang suamilah yang harus bekerja mencari uang, sedangkan tanggungjawab mendidik anak dibebankan hanya kepada isteri. Yang kedua, mapan disini bukan melulu soal materi, tapi soal kesiapan mental, jiwa, spiritual, yang artinya dewasa secara hati dan batin bukan hanya dewasa secara fisik. Apakah kalian mau menikah atau berpacaran dengan orang yang usianya cukup dewasa, kekayaannya cukup banyak, tapi sifatnya kaya anak-anak, galau misalnya? Wah bakal cape banget hidup kita kalo harus mendampingi pasangan yang seperti itu.
So, kalo kita dan pasangan kita telah menjadi manusia yang telah mapan dan bertanggung jawab, maka kita akan akan menjadi pasangan yang betul-betul menjadi penolong bagi satu dengan yang lain. Oh iya, satu hal yang penting, karena kemapanan dan tanggungjawab pada realitanya adalah sesuatu yang sifatnya relatif, maka kalian harus betul-betul melakukan percakapan dengan pasangan, (misalnya dengan menyamakan cara pandang, berbagi pendapat dan memutuskan bersama segala hal yang berkaitan dengan dengan kemapanan dan tanggung jawab ini) supaya di masa mendatang tidak menjadi sumber masalah dan konflik.
10. Siap berkomitmen
Sebelum kita bahas point yang ke 10 ini, kita harus kembali mengingat 9 point sebelumnya karena dapat dikatakan bahwa point ini harus ada menjadi pelengkap yang menyempurnakan point-point sebelumnya. Karena segala sesuatu yang pernah kita bahas dalam 2 edisi yang lalu hanyalah sebuah kesempurnaan yang tidak akan pernah jadi kenyataan tanpa sebuah KOMITMEN!! Mencintai Tuhan membutuhkan komitmen, menjadi dewasa, memberi yang terbaik, menjadi sahabat, kekasih, memberi diri untuk mau ditegur, mau terbuka, dan memiliki keberanian untuk mengampuni, menjadi pribadi yang bertanggung jawab...semuanya butuh KOMITMEN. Karena komitmen sebenarnya lebih dari sekedar janji. Komitmen adalah sebuah tindakan nyata yang mampu membuktikan semua janji yang pernah terucap.
Komitmen adalah kata yang mudah untuk ditulis, tapi sangat tidak mudah untuk dilakukan (kecuali dengan kekuatan dari Tuhan, (Everything is easy with and through God, isn’t it?) karena komitmen adalah kesetiaan tanpa akhir. Setia artinya tidak berpaling, apapun yang terjadi tidak berpindah hati. makna sesungguhnya dari “sampai maut memisahkan kita”, bukan berarti ketika pasangan kita meninggal kita dapat dengan bebas menikah dengan orang lain, namun ketika kita memilih seseorang untuk menjadi pasangan atau teman hidup, kita menetapkan hati bahwa dialah yang pertama dan terakhir, tak tergantikan. Itu idealnya, tapi ternyata banyak manusia tidak mampu bertahan ketika ia sudah ditinggal oleh pasangannya. Dan bila ia tidak mampu menguasai dirinya, maka lebih baiklah ia menikah lagi daripada berzinah. Oleh karena itu baik hukum maupun gereja tidak menghalangi seseorang untuk menikah lagi, tentunya dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dan dirancang dalam undang-undang.
Karena...
Komitmen adalah sesuatu yang membuat sepasang suami istri memutuskan untuk terus mengikatkan diri dalam pernikahan, dengan tulus dan sukacita, meskipun salah satu dari mereka tidak bisa memberikan anak
Komitmen adalah sesuatu yang melampaui segala bentuk perbedaan, perselisihan dan pertengkaran. Ia tidak dapat dihancurkan oleh kekurangan, kelemahan maupun keterbatasan lahiriah. karena ketika kita berani mengikatkan diri dalam sebuah komitmen, kita telah 'mati' terhadap kepentingan diri sendiri.
Nah itu semua 10 check list dalam mencari PENOLONG YANG SEPADAN. Jangan lupakan karena sudah terbukti kebenarannya!
WANTED: PENOLONG YANG SEPADAN: 10 Check List
Hai rekans remaja! Masih ingatkah 5 ciri penolong yang sepadan yang terbit di edisi Desember kemarin? Masih dapatkah kalian menyebutkan salah satunya? APAAAAA??? LUPAAAAA!!!! Ya sud, kita liat ringkasannya dulu. 5 Check list yang pertama adalah cinta Tuhan, dewasa, mampu menjadi ayah atau ibu, mampu menjadi sahabat, dan mampu menjadi kekasih. Nah uda pada ada belum nih di si doi? Kalo belum ada jangan buru-buru serius dulu. Kalo yang 5 kemarin aja belum ada apalagi yang ini, jangan-jangan masih jauh dari pelupuk mata (huh?!) Nah, dalam edisi kali ini kita bakal mem-break down check list yang lalu menjadi 3 point lagi. Check this out ya!!
6. Mau buka-bukaan
JANGAN PORNO DULU PIKIRANNYA!! Buka-bukaan disini bukan berarti kalian harus telanjang yaakk!! Itu kalo checklistnya dah lengkap dan uda diberkati pendeta, dan udah di dalam kamar (Ya masa mau di halaman rumah ?!?!) Ok, udah kejauhan ngomongnya, kembali ke....CHECK LISTNYA. Buka-bukaan disini artinya kalian berani jujur, baik soal masa lalu, ataupun sesuatu yang ingin kalian katakan pada pasangan. Bingung? Hmmm... gini deh misalnya: kamu diminta kasih masukan untuk baju yang dia gunakan hari itu. Terus menurut kamu bajunya itu nggak match, tapi kamu takut dia marah. Akhirnya kamu memutuskan untuk tetep bilang: bagusss kooo. Nah itu namanya nggak jujur! Kita cari pasangan bukan untuk cari aman, bukan juga hanya untuk kasih pujian ataupun terima pujian. Tapi jadi apa adanya kamu, sehingga pasangan juga belajar menerima yang namanya perbedaan. Kalo pacaran nggak pake perbedaan artinya pacaran itu nggak sehat!! Karena bagaimanapun setiap orang diciptakan berbeda satu dengan yang lain. Kalo sama sekali nggak ada yang beda atau semuanya sama selama-lamanya, artinya baik kita ataupun pasangan tidak menjadi diri sendiri, kita atau pasangan kita menggunakan topeng untuk menyenangkan hati pasangan. ARTINYA: hubungan itu palsu!! Karena didasari oleh kebohongan dan bukan kasih. Karena yang namanya kasih itu diwujudkan dengan menerima perbedaan bukan?
7. Mau ditegur, dievaluasi, ditingkatkan kualitasnya
Point ke 7 ini masih ada sambungannya dengan poin ke 6, (juga dengan poin ke2 dan 4 dewasa dan mampu menjadi sahabat). Sebagai manusia yang dewasa dan sahabat bagi pasangan, kita tidak hanya harus jujur dan terbuka kepada pasangan kita, namun juga bersedia menerima ‘konsekuwensi’ dampak dari kejujuran. Tak heran banyak orang yang mengatakan bahwa kejujuran itu menyakitkan. Karena kerap kali kejujuran menyeret kita pada sebuah konflik yang tentunya tidak menyenangkan. (Siapa manusia yang sukanya konflik? Gak ada kan?) oleh karena itu baik kita ataupun pasangan harus memiliki hati yang lebaaaarrr untuk dapat menerima masukan, teguran, evaluasi dari pasangan kita. TAPI yang namanya teguran di sini ada kriterianya loh, yaitu sesuai dengan FIRMAN TUHAN!! Dan disampaikan dengan HIKMAT TUHAN. Bukan dengan keinginan pribadi pasangan kita. Karena segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan akan menyeret kita pada hubungan penuh kekerasan. Kita akan menjadi manusia yang memaksakan kehendak diri dan bukan melakukan kehendak Tuhan.
8. Berani mengampuni
Mengampuni harus berani?! Kenapa nggak pake kata ‘mau’ tapi ‘berani’? karena sesungguhnya yang namanya pengampunan membutuhkan dari sekedar kemauan tapi keberanian.
Maksudnya? Gini loh. Kalian pernah disakiti teman? Lalu akhirnya musuhan dan akhirnya pertemanannya nggak pernah balik seperti semula? Nggak mudah kan untuk memperbaiki hubungan tersebut? Nah, Itu baru teman, biasanya disakiti pasangan jauh lebih sakit rasanya, karena pasangan itu adalah untuk seumur hidup, bukan untuk digonta-ganti atau dapat datang dan pergi seperti teman-teman kita di sekolah, kuliah dll.
Mengampuni pasangan bukan hal yang mudah, karena intensitas kita bertemu dan disakiti dengan kesalahan yang sama akan jauh lebih banyak ketimbang ketika kita hanya sekedar berteman, lebih dari itu mengampuni kadang membuat hubungan kita tidak kembali seperti semula karena adanya luka yang membekas. Nah, itulah kenapa kita butuh lebih dari sekedar mau tapi berani menghadapi sakitnya, termasuk berani untuk menaklukan sakitnya, hingga kita dapat memiliki hubungan yang tetap baik bahkan lebih baik dari waktu ke waktu. Karena bagaimanapun pasangan kita bukan dewa atau Tuhan. Dia adalah manusia yang mampu melakukan kesalahan, yang tidak sempurna, dan yang tidak sama baik itu cara pandang, cara hidup, sampai caranya menyelesaikan masalah, dengan cara kita. Ringkasnya sih: BERANI MENCINTA: BERANI DISAKITI DAN BERANI MENGAMPUNI.
Gimana teman-teman? Makin kompleks kan check list kita? Ya ! memang nggak mudah untuk dapat mencari dan menjadi pasangan yang mampu menjadi lebih dari sekedar teman bermesraan tapi menjadi penolong yang sepadan. Dann...check listnya belum berhenti sampai di sini, masih ada 2 lagi yang akan kita bahas pada edisi berikut. So, don’t miss it!!
To be continue...
Orang Beriman : Menabung
Orang beriman tuh nggak perlu nabung!
Bukannya hari esok kita dipimpin
dan dipelihara Tuhan, ngapain juga kita tidak perlu menabung?
Kan nanti Tuhan yang kasih!
Apa benar orang Kristen nggak perlu nabung? Wah itu nggak benar sama sekali loh!! Orang Kristen juga harus menabung. Dan tahukah kalian bahwa menabung adalah salah satu cara orang Kristen beriman? Hanya saja, menabung sama sekali berbeda dengan menimbun. Oleh karena itu aktivitas menabung sebagai tanda orang beriman didasari oleh motivasi yang benar. Nah, kalau ada motivasi yang benar maka pasti ada motivasi yang salah bukan? Apa saja motivasi yang benar dan yang salah itu ya? Yuk kita check melalui Firman Tuhan
Motivasi yang Tepat
Masih ingatkah teman-teman dengan mimpi Raja yang diterjemahkan Yusuf dalam Kejadian 41, tentang masa kelimpahan dan masa kekeringan yang akan dialami oleh bangsa Mesir, 7 tahun lamanya masing-masing. Tuhan menyuruh bangsa Mesir bergegas dalam menyiapkan masa-masa sukar dengan menyimpan bahan makanan sebanyak banyaknya dengan 2 alasan. Yang pertama adalah supaya bangsa Mesir dapat bertahan dalam masa kelaparan yang akan melanda mereka selama 7 masa. Yang kedua adalah supaya bangsa Mesir dapat menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain di sekitarnya, termasuk bangsa Israel yang pada saat itu adalah saudara-saudara Yusuf yang pada akhir kitab kejadian diboyong ke tanah Mesir. Disinilah Tuhan memelihara bangsa Israel dengan “tabungan” (simpanan) bangsa Mesir. Jadi, motivasi yang tepat untuk kita menabung adalah untuk memelihara kehidupan dan memberkati orang lain.
Motivasi yang Keliru
Lukas 12 mengisahkan seorang kaya yang tidak memiliki tempat lagi untuk menyimpan hasil tanah dan seluruh kekayaannya yang melimpah. Dikisahkan bahwa ia akan merombak lumbung-lumbungnya untuk menyimpan seluruh hasil tani dan seluruh barang-barangnya. Apa yang keliru ya dari merombak lumbung? Memang tidak ada yang keliru bila kisah ini berakhir di sini. Tapi sayangnya kisah ini belum selesai. Lukas 12:19 melanjutkan kisah ini dengan bagaimana orang kaya tersebut memutuskan untuk beristirahat,makan, minum dan bersenang-senang karena hartanya yang banyak. Disinilah nampak motivasi yang keliru dari sang orang kaya tersebut. Ia menyimpan seluruh hartanya untuk dirinya sendiri. Lebih dari itu, ia menjadi seseorang yang malas, dan memiliih untuk bersenang-senang. Tuhan tidak ingin kita menyimpan semata-mata hanya untuk diri kita dan bukan untuk orang lain. Karena di dalam Tuhan bekerja dan menghasilkab bukan sebuah beban ataupun paksaan. Tuhan meminta kita untuk bekerja dan menjadi manusia yang rajin agar kita dapat terus menghasilkan hal yang baik, dan tidak berhenti dalam mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih berkualitas, lebih produktif, lebih memberkati sesamanya dan tentunya semakin sempurna dari waktu ke waktu.
Nah, sekarang mulai nampak kan benang merah antara menabung dan beriman? Yups. Orang-orang yang beriman bukanlah orang-orang yang memikirkan diri sendiri, karena mereka hidup oleh iman, oleh belas kasih kepada Allah maka kehidupan mereka juga menjadi kehidupan untuk berbagi kasih kepada sesamanya dengan apa yang mereka miliki. Dengan begitu, orang beriman juga akan menjadi orang yang bertanggungjawab terhadap segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan kepadanya, baik itu pekerjaan, keluarga dan lain-lain dengan memberikan yang terbaik bagi semua pemberian Allah tersebut. Selain itu orang beriman juga akan menjadi orang yang yang rajin dan senantiasa mengembangkan talentanya. Ia tidak akan menjadi malas apalagi berhenti mengembangkan diri, karena hidupnya bukan hanya untuk mencari uang tapi untuk mengembangkan diri setinggi-tingginya.
Oleh karena itu orang-orang beriman akan mengatur sedemikian apa yang ia miliki untuk dapat memenuhi kebutuhannya sambil tetap memberikannya bagi sesamanya. Dan bila suatu saat ia memiliki kekayaan yang tak terhingga, ia tidak akan menjadi malas dan menganggur sambil bersenang-senang, tapi tetap bekerja dan menghasilkan.
Yuk kita menabung, karena itulah wujud iman kita kepada Tuhan
Hidup di Dalam Waktu Tuhan
Namun di sisi lain, ketidaktahuan dapat membuat kita melakukan segala sesuatu yang dilarang. Karena kita mulai berpikir, hidup hanya sekali maka lakukan apapun yang kita ingin lakukan. Hasilnya kehidupan kita menjadi kehidupan yang tidak bijak, hidup serampangan, hidup asal-asalan, yang penting kita sudah mencoba apa yang ingin kita coba, yang menurut dunia enak, nyaman, menyenangkan.
Bagaimana saudara menyimpulkan sebuah ketidaktahuan? Saya menyimpulkannya sebagai suatu keadaan yang tidak dapat kita prediksikan tapi dapat kita ubah sesuai dengan respon kita. Karena apa yang terjadi dalam hidup pastilah bukan hal yang selalu menyenangkan atau selalu menyedihkan, tapi bagaimana kita merespon setiap moment yang Tuhan berikan kepada kita untuk kita jalani dalam waktuNya. Waktu Tuhan bukanlah waktu kita, namun kita dapat terus merespon waktu Tuhan dengan semangat yang positif. Sehingga bila hari ini adalah waktu Tuhan mengijinkan sukacita dan berkat hadir dalam kehidupan kita, kita akan tetap berkata “AKU BERSYUKUR” dan bila esok hari Tuhan mengijinkan pergumulan, tantangan dan dukacita membayangi hari dan detik-detik dalam hidup kita. Kita akan tetap mengatakan “AKU BERSYUKUR”. Jadi apa respon Saudara terhadap hidup?
Terang Yang Menunjukkan Jalan
Terang memberi kita pengetahuan akan banyak hal, ia jugalah yang membawa kita pada perasaan tentram, nyaman, damai, sukacita. Kenapa saya menggunakan kata ‘ia’, karena terang ternyata bukan hanya sekedar lampu yang menerangi ruangan demi ruangan di rumah kita, terang juga bukan sekedar lilin yang kita nyalakan ketika listrik padam. Tapi terang yang ini, lebih dari sekedar keberadaan cahaya, atau ketidakadaan gelap. Terang yang satu ini mampu memberikan kepada kita kehidupan yang kekal. Artinya, Terang ini mampu menunjukkan cara bagi kita mencapai keselamatan. Bagaimana caranya?
Hmm...bagaimana cara saudara menunjukkan jalani ke Bandung kepada seseorang yang sama sekali ‘buta’ akan kota Bandung bahkan dia juga tidak tahu dimana ia berada? Bagaimana Saudara menjawab pertanyaan ini? Tentu Saudara tidak akan menyuruhnya untuk pergi melalui jalan Tol Cipularang yang sudah pasti ia tidak tahu dimanakah itu. Saudaraikan saja, Saudara adalah orang yang sangat baik hati, maka Saudara memutuskan untuk mengantarnya dengan mobil Saudara sendiri dan menunjukkan jalan yang harus ia lalui. Kurang lebih itulah yang dilakukan Yesus Tuhan kita, bagi kita yang sama sekali buta soal keselamatan. Ia tidak hanya menyuruh kita untuk melalui jalan tertentu, atau berkotbah panjang lebar dari SinggasanaNya, berharap seluruh umat manusia mengerti dan mengikuti apa yang Ia katakan. Yesus adalah Allah dan manusia yang baik hati. Ia turun untuk menunjukkan jalanNya kepada kita, dengan hidupNya, dengan pelayananNya dan bukan sekedar kata-kataNya.
Kalau Ia sudah menunjukkan dengan cara yang paling mudah untuk kita pahami, yaitu KASIH, apakah saudara dan saya akan memutuskan untuk mengikuti caraNya tersebut, atau ada pilihan lain yang lebih baik? (YL_12)
Berdiri Di Hadapan Tuhan Dengan Firman
Tujuan: Peserta menghayati makna inti kesepuluh Firman dalam wujud kongkrit seorang yang hidup sebagai penyembah Tuhan
Pengantar:
Apakah saudara menantikan saat-saat anda berdiri di hadapan Tuhan muka dengan muka, sambil mempertanggung jawabkan kehidupan yang telah dijalani sebagai seorang pengikut Kristus, anak Allah?Apakah jawaban saudara. Banyak manusia yang menyatakan diri mereka beragama namun ternyata sama sekali tidak menantikan saat-saat berhadapan dengan Tuhan untuk mempertanggungjawabkan kehidupan yang telah dijalani. Mengapa hal demikian dapat terjadi? Karena sesungguhnya kehidupan beragama seringkali menjadi hanya sekedar topeng ataupun dalih dalam menghakimi sesama. Firman Tuhan yang seharusnya menajdi pedoman hidup, nyatanya tidak menjadi yang pertama dan utama dalam kehidupan umat, sehingga tak mengherankan kehidupan manusia tetap dipenuhi oleh kekerasan, perselisihan, ketidakadilan dan banyak lagi hal buruk lainnya.
Tuhan memberikan kita Firman bukan untuk menjadikan hidup kita menjadi lebih sulit untuk dijalani. Sebaliknya Tuhan memberikan kita Firman untuk menajdikan kehidupan kita melaju lebih cepat, bahkan dari yang kita bayangkan. Bukankah anda akan berani mengendarai sebuah kendaraan karena kendaraan tersebut memiliki rem yang membuat anda merasa aman ketika harus mengendarainya dengan kecepatan tinggi. Firman Tuhan adalah rem yang dapat membuat hidup anda melaju seperti apa yang Tuhan inginkan dengan kecepatan yang tidak pernah anda bayangkan sebelumnya.
Kini tantangannya adalah bagaimana setiap kita mampu memberlakukan Firman dalam kehidupan. Sehingga hidup sebagai penyembah bukan hanya kita lakukan di hari-hari tertentu, ataupun pada moment-moment tertentu, tapi hidup yang menyembah menjadi sebuah pola hidup baru yang kita lakukan hari demi hari.
Penjelasan:
Perikop yang kita baca bersama ini diberi judul “Musa menasihati bangsa itu memelihara hukum Allah” Apa yang saudara bayangkan tentang kata memelihara? Jangan buru-buru mengindentikan kata ini dengan sekedar menyiram tanaman peliharaan, atau memberi makan binatang kesayangan di rumah saudara. Memelihara pada perikop ini bukanlah hal yang sederhana, yang bahkan membutuhkan waktu lebih dari yang saudara berikan pada tanaman ataupun binatang peliharaan. Selain itu Ulangan 4: 9-14 tidak dapat dibaca sendiri tanpa membaca Ulangan 4: 1-8.
• Ay 9. “Bisa karena biasa” mungkin menjadi ungkapan yang paling tepat untuk dapat menyederhanakan apa yang ingin Musa sampaikan melalui ayat ini. Seseorang akan mudah lupa melakukan sesuatu karena ia tidak biasa melakukannya. Karena hidup kita dibentuk dengan apa yang disebut kebiasaan. Lebih dari itu. Musa mengatakan: “...jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu...” melihat itu tidak sama dengan melakukan. Kita dapat dengan mudah mengulang-ulang apa yang kita lakukan hingga akhirnya terbentuk sebuah kebiasaan. Bagaimana cara Bangsa Israel mengingat terus apa yang pernah dilihat atau disaksikan? Tentu dengan ‘mendokumentasikannya’ baik dengan cara menuliskannya, membacanya berulang-ulang, merenungkannya dan tentunya melakukannya bila hal tersebut adalah hal yang dapat juga dilakukan.
Hal kedua yang juga patut kita perhatikan adalah Musa juga ingin bangsa Israel memberi tahu kepada keturunan mereka. Bila melihat dengan mata sendiri saja, bangsa Israel masih dapat melupakan apa yang terjadi, bagaimana cara meyakinkan apa yang bangsa Israel lihat tersebut kepada anak cucu mereka? Oleh karena itu bangsa Israel butuh lebih dari hanya sekedar mengingat atau tidak melupakan dan menceritakannya kepada keturunan mereka. Bangsa Israel membutuhkan kesetiaan dalam melakukan apa yang Tuhan inginkan untuk mereka lakukan.
• Ay 10. Kata berkumpul disini memiliki dampak signifikan yaitu untuk ‘mendengar segala perkataanKu hingga mereka menjadi takut kepadaKu’ sehingga kata berkumpul disini, bukan sekedar berkumpul bersama-sama, namun berkumpul dengan sikap hati yang benar yaitu pertama-tama untuk mendengar perkataanNya. Mendengar bagi bangsa Israel bukanlah hal yang mudah dan menyenangkan karena kebebalan, keegoisan dan kehendak diri mereka sendiri. Setali tiga uang dengan umat Tuhan kebanyakan yang hidup di masa modern seperti sekarang ini. Menyediakan waktu untuk mendengar dirasa sangatlah sulit. Apalagi bagi umat yang tinggal di perkotaan yang selalu menggunakan alasan yang sama, tidak ada waktu, karena kesibukkan, kemacetan dan 1001 alasan lainnya. Oleh itu kata mendengar juga bukan berarti asal dengar, asal kedengaran, atau asal masuk telinga. Kata dengar disini menggunakan kata shama (Ibr) yang artinya lebih dari sekedar mendengar tapi memberi perhatian, mengerti, dan menaati (Ing: concerning, to listen, to understand, to obey). Bagaimana dengan sikap hati yang diinginkan Tuhan? Kata takut disini menggunakan kata yare(Ibr) yang sesungguhnya memiliki kedalaman arti yang erat hubungannya dengan rasa hormat, kagum, dan kerinduan untuk menaati (Ing: respect, honour) semua perkataanNya, yaitu dengan memberlakukan perkataanNya tersebut, dimanapun, dan kemanapun bangsa Israel pergi (14).
• Ay 6. Apa pentingnya bagi Allah membuat umatNya ‘mendengar’ dan ‘takut’. Tuhan tidak mengeluarkan perintah demi sebuah penghormatan ataupun pengankuan bahwa Dialah Allah yang basar, yang berkuasa atas segalanya. Tuhan memiiliki alasan yang tepat dalam memberikan berbagai macam perintah untuk dijalankan umatNya. Salah satu alasanNya adalah: “Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.” Yaitu untuk menjadikan bangsa Israel sebagai bangsa yang bijaksana dan berakal budi, dan bukan bangsa yang bar-bar dan bodoh di hadapan bangsa-bangsa pada waktu itu.
Panduan Diskusi:
1. Siapakah menjadi seorang penyembah itu?
2. Apa saja yang menurut anda merupakan kriteria seorang penyembah yang benar di hadapan Tuhan?
3. Bagaimana cara anda menjadikan diri anda menjadi seorang penyembah di hadapan Tuhan?
4. Menurut anda apa kesulitan dan tantangan dalam menjadi penyembah yang benar?
5. Adakah waktu yang paling tepat bagi seorang Kristen menjadi penyembah Tuhan? Dimanakah dan kapankah waktu tersebut?
6. Dapatkah anda menyebutkan apa dampak yang dapat anda rasakan dalam kehidupan anda sebagai seorang penyembah? Atau apa kira-kira “keuntungan” menjadi seorang penyembah yang benar? (Misalnya: Maz 1:1-3)
7. Bagaimana cara anda mempertahankan pola hidup sebagai seorang penyembah Tuhan?