Kamis, 12 Februari 2009

Aku Percaya Allah Menolong

2 Raja-raja 5:1-14

Mazmur 30

1 Korintus 9: 24-27

Markus 1: 40-45

Pertanyaan:

- mengapa manusia butuh pertolongan?

- Pertolongan seperti apa yang dibutuhkan manusia?

- Mengapa Allah, bukan yang lain?

Melihat waktu yang berjalan begitu cepat dengan segala kompleksitasnya, tanpa terasa kita juga mulai melihat kebutuhan manusia yang semakin bertambah banyak dan mulai memperlihat pergeseran yang cukup signifikan. Beberapa tahun yang lalu kebutuhan manusia hanya berkisar pada kebutuhan sandang, pangan, dan papan, kini teknologi juga menjadi kebutuhan yang perlu dipenuhi. Handphone bukan lagi menjadi barang mahal yang menjadi prioritas ke sekian, sebaliknya banyak orang berlomba-lomba memiliki barang kecil yang multifungsi ini. Dari tukang sayur, tukang bajaj, penjual jamu, hingga kenek angkutan umum memiliki barang yang 10 tahun yang lalu masih dianggap barang mewah.

Kebutuhan manusia juga tidak hanya berkisar materi dan jasmani, tapi juga yang menyangkut rohani dan spiritual. Ketika kebutuhan jasmani tidak terpenuhi, banyak dari manusia yang mencoba melarikan diri dengan cara mencari sensasi rohani, bukan kebutuhan rohani yang biasa, tapi kebutuhan rohani yang spektakuler... siapa yang tidak tahu dukun cilik Ponari ? seorang anak yang tiba-tiba menajdi dukun terkenal yang spektakuler. Ketika manusia sudah tidak mendapatkan kepuasan dari dunia medis, mereka berbondong-bondong pergi mencari pengobatan alternatif yang cenderung mistis. Bahkan untuk saling gencet dan saling menghilangkan nyawapun mereka lakoni untuk mendap[atkan kesembuhan, yang belum tentu ada dan nyata. Apakah ini fenomena? Ya fenomena yang menunjukkan realitas masyarakat kita dewasa ini. Ketika kebutuhan tidak lagi mampu terpenuhi, maka manusia akan mencari cara pemenuhan yang tidak lagi realistis, bahkan cenderung irrasional.

Dalam jangka waktu 10 tahun saja, perubahan yang luar bisa dapat kita lihat di dunia sekeliling kita, namun masih ada kebutuhan manusia yang tidak berubah yaitu kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Manusia akan selalu didesak dengan beragam kebutuhan dan tuntutan jaman yang ada, di sisi lain manusia juga memiliki kebutuhan untuk mengisi kekosongan dalam jiwa. Namun kebutuhan ini jauh lebih sulit untuk dipenuhi, karena banyak lembaga keagamaan (termasuk gereja di dalamnya masa kini) yang kehilangan ‘ROHNYA’. Misalnya: gereja tradisional mulai kehabisan cara untuk memenuhi kebutuhan jemaat akan kuasa dan hadirat Allah. Di sisi lain banyak gereja yang mencoba memenuhi kebutuhan tersebut hanya dengan ritual belaka, manifestasi palsu, berbagai macam demonstrasi, seakan-akan melalui itu semua kebutuhan manusia akan terpenuhi. Tidak mengherankan bila di kemudian hari kuasa Tuhan hanya dibatasi dalam acara yang spektakuler. Kalau begitu apa bedanya kuasa Allah dengan demonstrasi sirkus atau sulap?

Dan fenomena ini tidak hanya ada pada masa modern seperti sekarang ini, namun telah ada sejak jaman para nabi, kali ini khususnya pada masa nabi Elisa. Yang dilakukan oleh Elisa memang tidak sespektakuler yang dilakukan oleh nabi terdahulunya Elia. Dalam bacaan kali ini Elisa malah nampak tidak melakukan apa-apa selain memberikan Naaman perintah untuk membasuh dirinya di sungai Yordan sebanyak 7 kali. Naaman menjadi gusar dan marah (11), karena baginya akan lebih menyenangkan dan mudah, bila Elia hanya mamanggil Allah lalu menggerak-gerakkan tangannya dan membuatnya menjadi sembuh.... yah ternyata di jaman yang belum se-instan seperti sekarang, Naaman juga suka yang instan. Ia suka yang cepat, kalo bisa pake sim salabim mengapa tidak... apalagi ia adalah seorang panglima Raja dan orang terpandang di negerinya.

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah naaman ini?

  1. Naaman memiliki sakit penyakit yang dianggap sebagai sesuatu yang dianggap najis dan mencemarkan pada masa itu. Orang yang memiliki penyakit kusta diharuskan menghadap imam untuk menunjukkan dirinya. Dan hanya imam yang berkuasa mengatakan ia najis atau tahir. Dan ketika ia disebut najis maka ia akan disisihkan dari komunitasnya, agar tidak mencemari yang lain. Harapannya untuk dapat segera menajdi tahir pupus... ketika ia malah disuruh untuk membasuh dirinya di Sungai Yordan. Sungai Yordan pada masa itu bukan sungai yang memiliki aliran air yang tenang dan jernih. Sungai Yordan memiliki debit arus terbesar di seluruh Palestina dan yang terus menerus mengalir sepanjang tahun. Selain itu karena Sungai Yorda menjadi muara dari begitu banyak sungai yang pengalir di Plestina, bisa kita bayangkan bersama betapa kotornya air sungai itu... oleh karena itu Naaman berkata” bukankah masih ada sungai yang lebih baik dari sungai ini di Damsyik?” Apa jadinya bila ia harus memabasuh diri di sungai yang arusnya begitu deras... sama saja dengan menantang maut? Siapa yang mau? Siapa yang mau menolong dan memastikan dengan begitu ia akan menjadi tahir? Bisa-bisa ia ditemukan tinggal jasad, karena terbawa arus sungai. Belum lagi air yang kotor, bisa-bisa membuatnya semakin sakit dan menambah penyakit kulit yang baru. Dalam kehidupan kita kita juga sering kali berlaku seperti Naaman... kita lebih suka meminta Tuhan untuk segera memenuhi keinginan kita daripada harus menaati terlebih dahulu perintahNya yang terkadang menyusahkan, membuat kita tidak aman, membuat kita menderita dan harus menanggung beragam resiko. Kita memilih untuk menggerutu bahkan mencari jalan lain yang lebih mudah.
  2. Naaman diminta untuk membasuh dirinya sebanyak 7 x.. bagi orang yahudi angka tujuh merupakan angka yang sempurna, angka yang tidak berkesudahan. Mungkin anda ingat akan perkataan Yesus soal pengampunan.. kita diminta untuk mengampuni sebanyak 70 x 7 x... bukan soal 490 kali... tapi bahwa pengampunan itu tidak terhingga. Begitu juga ketika kita meminta kepada Tuhan...mintalah dengan sungguh tanpa menyerah. Jangan sampai karena merasa tidak dihiraukan, kita manusia kemuudian lebih memilih untuk meninggalkan Tuhan dan mencari tuhan yang lain. Mengikut Tuhan itu tidak mudah... Yesus tidak pernah mengatakan bahwa dengan mengikutNya, hidup kita akan selapang lapangan bola, atau selurus jalan yang baru saja diaspal. Mengikut Tuhan adalah berjalan dalam hutan belantara namun tetap dapat keluar darinya dengan keselamatan yang penuh. Jangan pernah berhenti memohon, dan jangan pernah berhenti berusaha untuk melakukan yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita. Bila Tuhan berkata “ sabarlah...” ya sabar... bila Tuhan berkata “ tekunlah...” ya tekun... dan jika Tuhan berkata “ tunggu...” ya hendaklah kita melatih diri untuk menunggu. Mengapa manusia terkadang lebih taat kepada manusia lain dari pada kepada Tuhan? Apakah karena Tuhan ‘lama’ dalam menepati janjiNya? Atau jangan-jangan karena sesungguhnya kita tidak beriman kepadaNya. Setiap orang yang mengenalNya dengan benar akan mengetahui dengan pasti bahwa Allah memang tidak pernah mengecewakan, bahwa Allah adalah tujuan hidup, bahwa Allah adalah GOL dari seluruh perjuangan kita di dunia.

Mencoba untuk memenuhi kebutuhan adalah sama seperti berlomba untuk mendapatkan kemenangan. Itulah makna ungkapan Paulus dalam Korintus 9:24-27. Sesungguhnya setiap manusia sedang berada dalam gelanggang pertandingan. Yang membedakannya hanya tujuan akhirnya... mahkota fana atau abadi? Bila kita menginginkan mahkota abadi itu menjadi milik kita maka berjuanglah hingga akhir... tidak hanya itu.... berjuanglah dengan segala peraturannya... jangan curang...jangan mau menang dengan cara yang tidak benar. Ikutilah aturannya, latihlah tubuh dan iman kita untuk bisa memenangkan perlombaan dengan ketekunan dan kesungguhan seperti yang Tuhan inginkan.

Saudara yang terkasih dalam Tuhan. Tuhan tidak pernah tertidur...Ia tidak pernah terlelap dan tidak pernah lalai. Ia adalah Tuhan yang senantiasa memenuhi apa yang kita butuhkan... yang memang bukan selalu yang kita inginkan. Berharap kepadaNya adalah laksana berharap kepada kepastian dan bukan hanya manifestasi atau ekstasi yang timbul dari kekosongan hati terhadap pengharapan palsu.

Iman seperti apa yang kita butuhkan? Iman yang bukan hanya mampu berkata: “Kalau Kau mau Engkau dapat mentahirkan aku” tapi iman yang mau “berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya” berlutut tidak hanya bentuk dari permohonan, tapi terutama merendahkan diri. Kenapa? 1 pet 5: 6 “Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.”...karena Tuhan akan memenuhi segala kebutuhan kita tepat pada waktunya... Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar