Senin, 02 Maret 2009

Sumpah Deh!!

Mat 5 :33-37

Tujuan:

  1. remaja memiliki pengetahuan tentang asal mula pemakaian kata sumpah
  2. remaja mengetahui apakah sumpah boleh tau tidak dilakukan oleh remaja Kristen saat ini
  3. remaja memiliki pemahaman yang jelas tentang makna sumpah

Perkataan “sumpah deh” telah menjadi perkataan yang sangat biasa kita dengar diucapkan oleh banyak orang termasuk remaja. Bahkan kata sumpah sering kali dijadikan pernyataan untuk menyatakan suatu kebohongan agar orang lain yang mendengarnya percaya. Dan akan lebih percaya lagi ketika kata sumpah itu disandingkan dengan kata Tuhan atau Allah. Waduh... bahaya jadinya, kenapa ? karena banyak dari kita yang menggunakan kata sumpah tanpa mengetahui dengan benar apa maknanya dan dari mana asal usulnya. Padahal banyak sekali hal yang buruk dikaitkan dengan kata sumpah. Misalnya, teman-teman pernah mendengar sumpah pocong? Di film-film religi dewasa ini sumpah pocong sering kali didengungkan sebagai suatu cara pembenaran. Ternyata sumpah pocong bukan hanya ada di sinetron kita loh, masih banyak daerah di Indonesia yang menggunakan sumpah pocong untuk menyelesaikan masalah. Misalnya perselingkuhan, pencurian, penipuan dan lain sebagainya. Sumpah pocong dilakukan dengan cara memocongkan (dibalut kain kafan) orang yang ingin bersumpah, lalu ia bersumpah di hadapan al-quran, sambil dibacakan ayat-ayat suci al-quran oleh ustad yang melayani sumpah pocong tersebut. Bila benar orang itu berbohong maka ia harus rela menjadi pocong ketika ia mati nantinya. Nah itulah maksa sesunguhnya dari sumpah: yaitu ketika orang yang bersumpah benar-benar mau menanggung apapun yang terjadi bila ia sungguh mengatakan kebohongan.

KBBI mendefinisikan kata sumpah menjadi: pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci, pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu tidak benar; namun lebih dari itu KBBI juga mendefinisikan kata sumpah sebagai kata-kata yang buruk, tulah, kutuk.

Sumpah sendiri sebenarnya telah dikenal dari masa nenek moyang kita Abraham. Kata sumpah berasal dari bahasa (Ibr: syawbah dan ala; Yun: horkos) Ala yang paling kuat, artinya pengutukan apabila dia tidak mengatakan kebenaran. Sumpah sendiri adalah bagian dari kebudayaan orang Israel: dimana nama Allah dilibatkan dan hukuman ilahi dinantikan apabila kebenaran dihianati dan kebiasaan ini berlanjut hingga masa perjanjian Baru.

Sumpah adalah kutukan atas orang yang melanggar kata katanya sendiri (1 Sam 19:6)atau bila ia tidak mengatakan kebenaran. Gagasan memohon kutuk atas diri sendiri, telah mendorong beberapa ahli mengemukakan, bahwa bila seorang Ibrani bersumpah atas nama Alah, maka ia memberikan kebebasan kepada Allah untuk bertindak atau mempercayakan kepada Allah tugas bertindak terhadap seorang yang melakukan sumpah atau kesaksian palsu. Orang Israel dilarang mengucapkan sumpah demi dewa-dewa. Yesus sendiri mengajarkan bahwa sumpah pada hakekatnya mengikat. Namun dalam kerajaan Allah sumpah tidak lagi dibutuhkan karena seharusnya percakapan sehari-hari orang Kristen haruslah sama sucinya dengan sumpahnya.

Alkitab mencatatat Allah sendiri juga mengikatkan diri dengan sumpah, namun Ia bersumpah atas nama dirinya sendiri dan bukan orang lain karena tidak ada seorangpun yang lebih tinggi dari Allah. Dalam sumpah yang digunakan haruslah sosok yang lebih tinggi yang bisa diberikan kewenangan. Tapi dalam khotbah di bukit, Yesus menjelaskan bahwa dalam kerajaan Allah kebijakan semacam itu membatalkan hubungan antara kebenaran dan kasih. Apa maksudnya tuh? Coba kita lihat kembali bacaan kita hari ini, apa yang bisa kita pelajari bersama dari Matius 5:33-37:

· ay 33. "Kalian tahu bahwa pada nenek moyang kita terdapat ajaran seperti ini: jangan mungkir janji. Apa yang sudah kaujanjikan dengan sumpah di hadapan Allah, harus engkau melakukannya. Hal pertama yang bias kita pelajari adalah sebenarnya sumpah itu tidak dibutuhkan bagi anak-anak Allah. Karena, sudah seharusnya, sebagai anak-anak Allah kita melakukan apa yang benar di hadapan Allah, dalam hal ini berbicara jujur, jangan mungkir/ jangan berbelok, mengelak, berbohong. Selain itu sebagai anak-anak Allah kita, bila kita berjanji untuk melakukan sesuatu, maka haruslah kita melakukannya karena kita mencintai Allah dan bukan karena terpaksa / karena terdesak sumpah (janji)

· oleh karena itu pada ayat selanjutnya 34-36 Yesus berkata:” tetapi sekarang Aku berkata kepadamu: jangan bersumpah sama sekali, baik demi langit, sebab langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, sebab bumi adalah alas kaki-Nya; atau demi Yerusalem, sebab itulah kota Raja besar. Jangan juga bersumpah demi kepalamu, sebab engkau sendiri tidak dapat membuat rambutmu menjadi putih atau hitam, biar hanya sehelai.” Kita sama sekali tidak berhak bersumpah atas apapun apalagi atas diri kita sendiri. Misalnya ada yang berkata :”biarin gue kesamber geledek deh atau biar gue ketabrak bajaj atau biar gue miskin deh. Kita sebenarnya tidak berhak mengatakan itu, karena hidup kita ini semata-mata bukan hanya milik kita sendiri, tapi terutama milik Allah. Begitu pula ketika kita bersumpah atas nama Tuhan: “Demi Tuhan deh, sumpah serius deh demi Yesus, demi Allah, gue ga bohong!!!”. Dengan mengatakan sumpah atas nama Tuhan, maka sama saja kita menantang Tuhan untuk memberi kita hukuman bila kita salah dan sebaliknya, bila tidak maka Engkau harus membela saya, membenarkan saya.

Teman-teman sesungguhnya kita sama sekali tidak berhak menentukan hukuman apa yang pantas bagi kita. Apa yang telah Tuhan lakukan, termasuk membenarkan kita dengan kematianNya di kayu salib, bukan karena kita memang layak dibenarkan, bukan juga karena kita memang benar di hadapanNya. Tapi karena Ia sungguh mengasihi kita. Apa sih dasar yang biasa kita gunakan di dunia ini untuk menyatakan ini benar dan ini salah? Tidak ada kebenaran absolute di dunia ini. Karena kebenaran itu hanyalah milik Tuhan seorang. Dan tanpa kita minta, dan tantang Tuhan untuk membenarkan kita Tuhan sudah membenarkan kita sebelum kita berbuat dosa.

Kini apa yang seharusnya kita lakukan sebagai anak-anak Allah:

1. Belajar untuk berkata jujur: Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat. Gampang? Susah banget. Tapi kalian lebih suka dibohongi atau sakit karena kejujuran? misalnya dengan orang tua atau teman, apakah kalian suka dibohongi? Kaka rasa ga ada seorangpun di dunia yang suka dibohongi, kalo masih dalam keadaan waras!!! Ya karena hanya orang yang ga waras yang suka dibohongi lihat saja ke RSJ Grogol. Dan bila kita sadar bahwa kita tidak mau dibohongi maka berkatalah jujur seorang kepada yang lain!!

2. karena untuk berkata jujur itu juga bukan hal yang mudah maka kita harus mencari dasar yang tepat agar kita dapat melakukannya bukan karena paksaan tapi dengan kesungguhan. Apa dasar yang tepat? Kasih kita kepada Allah. Kita selalu ingin membahagiakan orang yang kita kasihi kan, baik itu orang tua, sahabat, pacar dan lain sebagainya. Oleh karena itu bila kita sungguh mengasihi Allah maka kita akan melakukan apa yang Ia inginkan untuk kita lakukan termasuk untuk jujur. Bila orang mengatakan, beribu gunung akan kudaki, sedalam apapun laut akan kuselami, kepada kekasihnya, apalagi buat Tuhan kan yang sudah pasti mencintai kita dengan tulus dan setia.

3. MASALAHNYA ADALAH kita kurang mencintai Tuhan, bagaimana caranya untuk da[pat mencintai Tuhan. Tentunya mencintai Tuhan, bagi sebagian kita tidak semudah lagu “Jatuh Cinta” karena Tuhan ga kelihatan. Jadi caranya adalah coba renungkan apa yang sudah Tuhan lakukan bagi kita? Dia mati karena cintaNya , karena bagi dia cintaNya kepada kita sanggup membunuh Dia di kayu salib bagi kita. Beta[pa bahagianya kita seharusnya ada Tuhan yang mau mati bagi kita, mau mengampuni dan membenarkan kita bahkan ketika kita masih melakukan dosa.

4. Oki yang terakhir dan yang terpenting adalah mengandalkan kekuatan Tuhan dalam melakukan perintahNya Karena daging lemah, walaupun Roh memang penurut. Minta Tuhan memelihara hati dan pikiran kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar