Rabu, 24 Juni 2009

Go Green!!!!!
Kejadian 1:28

Tujuan:
1. agar jemaat menyadari bahwa mereka perlu menjaga keseimbangan alm sebagai wujud iman mereka
2. agar jemaat menyadari bahwa perintah Tuhan untuk memenuhi dan menaklukan bumi serta berkuasa tidak sama dengan eksploitasi alam.

Pertanyaan:
1. Apakah anda tahu mengapa Allah menciptakan bumi?
2. Apakah anda tahu mengapa anda diciptakan di atas bumi?

Anda pasti sering sekali mendengar istilah pemanasan Global. Dalam bahasa inggrisnya: “ Global Warming, tapi banyak yang menyebut Global Warning. Ya.... kalau Global Warming didiamkan, lama-lama menjadi Global Warning! Sebuah peringatan bagi kita untuk kita lebih peduli kepada bumi.

Sadarkah anda udara di bumi ini semakin panas dari hari ke hari? Sekitar 15 tahun yang lalu, saya masih merasa kedinginan bila berada di daerah puncak, kini 15 tahun berlalu saya bia keringatan walau di malam hari. 10 Tahun yang lalu camping di Gunung Salak Bogor masih dapat membuat gigi gemeletuk saling beradu karena dinginnya malam, kini dingin bisa diatasi hanya dengan mengenakan mantel tipis.

Tentu rasa panas yang semakin menjadi-jadi ini bukan karena ‘Matahari’ yang membuka cabang di mana-mana, bukan juga jarak bumi dengan matahari semakin dekat. Namun karena apa yang disebut rumah kaca, yaitu suatu kondisi dimana panas matahari yang diserap bumi tidak dapat dilepaskan kembali ke luar angkasa karena terhalang oleh lapisan monoksida, yang seharusnya diserap oleh tumbuh-tumbuhan, mengumpul di udara menciptakan sebuah lapisan yang semakin tebal. Lapisan ozon yang semakin menipis dari waktu ke waktu, paru-paru dunia yang semakin sedikit karena penerbangan liar, lahan kosong untuk penyerapan air digantikan oleh raksasa-raksasa beton, sungai-sungai dipenuhi dengan berbagai sampah rumah tangga, menambah efek rumah kaca bagi bumi.

Adakah kita sadar bahwa setiap kita memberikan sumbangsih baik itu kecil maupun besar akan pemanasan yang dialami oleh bumi ini. Dari penggunaan alat-alat elektronik yang memperlebar lubang ozon dengan tidak bertanggung jawab, penggunaan alat transportasi yang menyumbangkan CO2 ke udara, hingga dengan membuang kertas tisu ke jalan, atau membuang bungkus permen ke luar jendela mobil, atau dengan membuang gelas aqua di kolong mobil angkutan umum. Sadarkah kita ketika kita tidak mau berkorban sedikit saja untuk menyimpan lebih lama bungkus permen, gelas aqua, ataupun mengantongi sampah kertas tisu hingga menemukan tempat sampah, kita tidak ada bedanya dengan mereka yang membuang seember sampah ke kali. bahkan kita lebih buruk dari mereka. Kita yang lebih berpendidikan, lebih mampu memilah mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak, dan terutama punya tempat pembuangan yang lebih layak di rumah kita.

Memang nampak sederhana, ketika kita belajar untuk membuang sampah kecil kita ke tempat yang semestinya, namun tampaknya hal sesederhana itupun tidak kita lakukan, apalagi untuk hal yang lebih besar? Perubahan tidak hanya dapat dilihat dari melakukan hal2 besar, misalnya ikut serta menjadi panitia biopori di lingkungan tinggal anda, ataupun dengan kampanye menanam seribu pohon. Tapi terutama ketika kita belajar setia untuk melakukan hal yang dianggap kecil, yaitu membuang sampah kecil kita pada tempatnya

Pertanyaannya mengapa itu semua perlu kita lakukan?
1. Bumi diciptakan baik adanya. Tidak ada yang tidak baik. Bumi dalam keadaan prima pada waktu diciptakan, karenanya kita perlu menjaga dan mempertahankan apa yang telah diciptakan Allah dengan baik itu. Apa yang ada di dalam pikiran anda ketika Allah menyebut ciptaannya baik adanya? Apanya yang baik? Baik disini bukan hanya soal bentuk, warna, tapi juga komposisi. Apa maksudnya? Bahwa bumi dijadikan dalam keseimbangan (yang kerap kali disebut Yin Yang), kaya (dengan beragam jenis flora dan fauna), sempurna (ulung, unggul), makmur dan bernilai. Bumi punya nilai bagi Tuhan. Tuhan tidak menciptakan sesuatu untuk disia-siakan, Ia tidak menciptakan sesuatu untuk dibuang dan diperlakukan dengan semena-mena, karena walau bumi ‘dianggap benda mati’ tapi bumi bernilai dimata Tuhan. Bahkan manusia modern yang seharusnya lebih dapat berpikir modern,menggunakan segala ilmu pengetahuan untuk kebaikan dan kemajuan, tidak mampu memahami dengan bijak, seperti yang dilkukan oleh masyarakat suku dan purba.

2. Bumi diciptakan untuk kehidupan manusia. Bumi (earth) berasal dari kata erets yang arti harafiahnya adalah tanah. Apa jadinya manusia tanpa tanah untuk berpijak. Adakah manusia melayang-layang seperti Roh Allah. tidak ada manusia yang bisa terbang. Tidak ada manusia yang dapat hidup di dalam air tanpa udara. Bumi diciptakan Tuhan sebagai tanda kasih Tuhan bagi manusia. Manusia difasilitasi dengan segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk bertahan hidup. manusia diberikan tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam, untuk dinikmati buah dan sayurnya, malah sekarang manusia juga mulai mengkonsumsi hewan yang pada awalnya disediakan bukan untuk menjadi makanan manusia. Bila bumi tidak dipeliharam suatu saat nanti, entah keturunan kita yang keberapa tidak akan mendapati bumi sebagai tempat untuk berpijak dan untuk hidup. tanah tidak hanya berfungsi sebagai pijakan bagi manusia, namun juga untuk tumbuhnya berbagai tumbuhan berbiji dan pijakan bagi beragam fauna yang ada. Bila kita membiarkan tanah tempat kita berpijak ini semakin rusak: dengan membiarkan pencemaran tanah melalui pembuangan beragam bahan kimia, menggunduli hutan, maka lama kelamaan tanah tidak akan dapat menghasilkan apa-apa lagi. Tanah kehilangan bermacam macam mineral yang penting bagi tumbuhnya beragam tanaman, lebih dari itu tanah kehilangan kekuatannya untuk menjadi pijakan manusia. Hasilnya: longsor, banjir bandang dan musibah lainnya.

3. Bumi diciptakan untuk ditaklukkan dan dikuasai oleh manusia. Salah satu perintah Allah yang ditaati manusia adalah bertambah banyak dan memenuhi bumi. Bahkan bagi sebagian besar manusia itu bukanlah perintah, namun kebutuhan yang harus dipenuhi. Sekarang bagaimana dengan menaklukkan bumi? menaklukkan disini bukan menjadikan bumi dimiliki semata-mata oleh kita, namun melengkapinya, menyempurnakannya, menjadikan bumi semakin kaya dan berbuah (menghasilkan sesuatu yang baik). Tuhan telah memberi bibit dan segala pelengkapnya, baik itu tanah, air, udara dan lain sebagainya, tugas kita adalah menjadikan bibit itu bertumbuh dengan baik sehingga bumi menghasilkan sesuatu yang baik bagi kehidupan manusia. Bagaimana dengan ‘menguasai’? menguasai bukan juga merenggut kebebasan, memperlakukan dengan semena-mena, mengeksplorasi atau bahkan mengeksploitasi. Bumi ada bukan untuk dieksploitasi oleh manusia, bukan juga untuk ‘dijajah’ tapi untuk diatur, dikendalikan, dikepalai, termasuk untuk dirawat, dipelihara dan dijaga sebaik mungkin.

Kini, apa yang bisa kita perbuat bagi kelangsungan hidup kita dan anak cucu kita, lakukanlah. Ungkapan bahwa kita meminjam bumi dari anak cucu kita ada benarnya. Karena bagaimanapun bumi ini tetaplah tempat manusia untuk berpijak dan hidup dengan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya. Terlepas bahwa kemajuan ilmu pengetahuan mulai menemukan alternatif lain bagi tempat tinggal manusia di masa yang akan datang, tidak akan ada yang dapat menggantikan bumi sebagai tanah yang diciptakan spesial bagi manusia.

Lakukan apa yang bisa kita lakukan, selama masih ada waktu bagi kita untuk bisa menunjukkan dan membuktikan bahwa kita memang manusia yang bertanggung jawab, bukan manusia yang lebih suka menggunakan kekuasaannya yang ‘tidak seberapa itu’ untuk menghancurkan apa yang telah diciptakan dengan begitu baik oleh Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar