Rabu, 24 Juni 2009

Belajar dari Kegagalan
Markus 9: 14-29

Tujuan:
1. Peserta dapat memahami apa yang menjadi kegagalan para murid dalam menyembuhkan
2. Peserta saling membagikan hal-hal apa saja yang membuat seseorang mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas pengutusannya
3. Peserta dapat menyebutkan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan seseorang agar tetap teguh dan giat berkarya sekalipun pernah mengalami kegagalan.

Pertanyaan?
1. Pernahkah anda megalami kegagalan?
2. Dalam hal apa anda mengalami kegagalan?
3. Apa yang menyebabkan kegagalan anda?


Sering mendengar ungkapan: “ Kegagalan adalah sukses yang tertunda??” ungkapan ini memang mengajak manusia melihat kegagalan dengan cara yang positif. Tentunya setiap kita akan mengharapkan suatu keberhasilan datang di tengah berbagai kegagalan yang kita alami. Pertanyaannya adalah berapa kali kegagalan yang harus kita alami? Bila kegagalan dialami hanya 2-3 kali, maka tertundanya keberhasilan masih dapat diterima dan ditolerir, namun apa yang terjadi bila kegagalan yang dialami lebih dari belasan kali? puluhan kali? atau bahkan ratusan dan ribuan kali? masihkah kita melihat kegagalan sebagai keberhasilan yang tertunda? Atau kegagalan menjadi akhir dari segala perjuangan?

Kegagalan adalah hal yang lumrah dialami oleh manusia. Tidak ada manusia yang tidak pernah gagal, termasuk Yesus sebagai manusia. KematianNya adalah bentuk kegagalan manusia menghadapi maut. Jangan pernah takut terhadap kegagalan, walaupun tidak ada manusia yang menginginkan kegagalan menimpa hidupnya. Tapi belajarlah melihat kegagalan sebagai suatu sekolah yang mengajarkan banyak pelajaran dan pengalaman hidup. disinilah diperlukan yang namanya evaluasi...penilaian, koreksi. Tanpa evaluasi, manusia tidak akan pernah keluar dari lingkaran kegagalan.

Evaluasi dibutuhkan bukan hanya untuk menilai dan namun juga mencari kesalahan, kealpaan, ketidaksesuaian dan masih banyak hal lainnya. Berbahagialah kita ketika kita mendapat kesempatan untuk gagal, karena gagal memberi kita bergam pengetahuan
• bahwa cara yang kita gunakan salah atau tidak cukup baik, sehingga membutuhkan perbaikan dan peningkatan
• bahwa arah yang kita tuju tidak atau kurang tepat, sehingga butuh penyesuaian ulang
• bahwa kekuatan yang kita kerahkan mungkin belum maksimal, sehingga butuh kesungguhan dan ketekunan
• bahwa ada jaminan akan keberhasilan, sehingga butuh iman kepada Tuhan yang adalah sumber dari kekuatan dan keberhasilan kita.

Mari kita lihat apa yang menyebabkan murid2 gagal?
1. Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? " 19. murid2 tidak percaya? Rasanya tidak mungkin!! Berapa banyak perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Yesus di depan mata mereka? Tidak mungkin mereka tidak percaya bukan? Lalu apa maksudnya? KJV menggunakan kata faithless, unfaithful faithless, unfaithful yang diterjemahkan menjadi: tidak setia, tidak beriman, bebal, bodoh. Mereka tentu tahu dengan pasti bahwa sebagai anak Allah mereka memiliki kuasa untuk melakukan berbagai mujizat, namun mereka ragu. Keraguan akan kuasa Allah menjadi hambatan terbesar bagi manusia yang mau menyaksikan kebesaran dan karya Allah melalui dirinya. Bila para murid saja meragukan kuasa Allah bagaimana mereka dapat melakukan mujizat dengan kuasa tersebut?

2. Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari! Ketidakpercayaan para murid memang disambut dengan kekecewaan Yesus. Tapi Yesus tetap menunjukkan kepeduliannya. Kecewa bukan berarti menelantarkan mereka yang meminta pertolongan. Ketidak percayaan para murid membuat Yesus nyaris kehilangan kesabaran, tapi karena kepedulianNya, Ia tetap memberi para murid termasuk sang ayah kesempatan untuk mengalami mujizat tersebut.

3. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa.nampaknya, ketidakpercayaan manusia bukan hanya dikarenakan kelemahan manusia itu sendiri. Iblis memiliki andil yang sangat besar di dalamnya. Manusia sering membiarkan hati dan pikiran mereka dikuasai oleh Iblis. Bisikkan untuk menjadi ragu atau tidak percaya akan senantiasa mempengaruhi manusia dimanapun, kapanpun dalam situasi apapun. Iblis tidak suka bila kita percaya dan mempercayakan diri kita secara total kepada Allah. Oleh karena itu Iblis senantiasa mencari cara untuk menjauhkan manusia dari Tuhan, termasuk menjauhkan manusia dari keajaiban hidup bersama Tuhan. Iblis akan menyerang pikiran dan hati manusia, bukan hanya tubuh, namun dampak yang ditimbulkannya lebih besar dari sekedar sakit di tubuh. Hati dan pikiran yang tercemar oleh keraguan, akan menjadikan seluruh hidup tercemar. Tidak akan dibiarkannya kita masuk ke dalam kesembuhan dan keselamatan yang sempurna.

4. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" mengapa anak itu tidak kunjung sembuh? Mungkin anda mengatakan, karena para murid yang berusaha menyembuhkannya tidak percaya. Ya, memang ada benarnya... tapi ada yang lain, bukan hanya para murid yang mengalami keraguan. Ayah sang anak juga ragu terhadap kuasa Yesus. Oleh karena itu ia mengatakan :” jika Engkau dapat?” Apa yang tidak dapat dilakukan oleh Yesus? Tidak ada...hanya berhenti untuk mengasihi kita manusia yang bebal inilah yang tidak bisa dilakukan oleh Yesus. Tapi Ayah sang anak ini ragu. Ia merasa ‘Yesus mungkin dapat menyembuhkan’. Sekali lagi keraguan membuat manusia kehilangan kesempatan untuk merasakan kuasa kasih Allah. eiitttt tunggu dulu bukan berarti keraguan kita dapat menghalangi kuasa Allah atas hidup kita!!! Sama sekali tidak!!!

KUASA ALLAH TIDAK TERBATAS DAN TIDAK TERBATAS OLEH APAPUN YANG ADA DI DUNIA DAN DI SORGA, TERMASUK KETIKA MANUSIA MERAGUKANNYA.

Bukankah Allah tetap ada walaupun manusia tidak mengakuinya. Bila Allah membutuhkan pengakuan dari manusia, maka sesungguhnya ia bukanlah Allah. Hanya manusialah yang membutuhkan pengakuan dari manusia lain untuk tetap eksis. Tapi melalui bacaan ini kita disadarkan bahwa sering kali yang menyebabkan kegagalan adalah diri kita sendiri. Bukan kita tidak mampu, bukan karena kita tidak bisa, namun karena kita sendiri tidak percaya bahwa kita bisa. Underestimated, baik kepada diri sendiri, maupun kepada Allah. kita melihat bahwa persoalan yang kita hadapi terlalu rumit, terlalu besar untuk dapat diatasi. Ingat bahwa tidak ada yang terlalu besar untuk dapat diatasi oleh Allah, karena Allah lebih besar dari apapun persoalan yang kita hadapi sebagai manusia.

Manusia takut pada kegagalan!! Jadi yang sesungguhnya membuat kita gagal bukanlah kegagalannya, tapi ketakutan untuk gagal. Oleh karena itu belajar untuk mengatasi rasa takut adalah hal yang dapat kita lakukan untuk dapat meminimalis kegagalan dalam hidup kita. Semua hal di dunia ini ada resikonya. Karena itu gagal sesungguhnya bukan ketika kita tidak berhasil mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik, tapi terutama kegagalan adalah ketika anda mengatakan: “saya menyerah!”





Sebagai ‘umat pilihan’ yang telah dibenarkan, dikuduskan, diistimewakan, kita lepas dari berbagai kegagalan. Gagal melakukan kehendak Bapa, gagal mengampuni, gagal menjadi manusia yang sabar, gagal untuk mengasihi tanpa pamrih, gagal berkata penuh kasih yang membangun dan bukan menjadi batu sandungan.... dan masih banyak kegagalan lainnya yang mungkin kita alami sebagai anak-anak Allah. Tapi kesempatan juga tidak akan pernah datang sekali dalam hidup manusia. Layaknya kegagalan, kesempatan juga datang berkali-kali dalam hidup manusia dan itu semua bukan karena kita layak mendapat kesempatan, namun karena Allah adalah Alah yang murah hati, murah dalam pengampunan, dan dalam memberikan kesempatan kepada manusia. Jadi bila anda mengalami kegagalan... belajarlah dari kegagalan itu, tentunya dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

JANGAN PERNAH TAKUT GAGAL. ANDA BUKAN MANUSIA, TIDAK BERTUMBUH DAN HIDUP NORMAL, BILA ANDA TIDAK PERNAH MENGALAMI KEGAGALAN. KEGAGALAN ADALAH BUKTI BAHWA KITA MASIH MANUSIA. MANUSIA YANG TERBATAS!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar