Kamis, 10 Oktober 2013

Doa Yang Tidak Egois



Ezra 10:1-19

Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah Allah

Pengakuan dosa adalah bagian dari liturgi kita setiap minggunya. Hal tersebut dilakukan karena gereja sadar bahwa dirinya terbatas. Walau gereja sudah mendapat penebusan dan kesempatan untuk hidup baru, nyatanya kehidupan tidak pernah menjadi benar-beanr baru. Ada kalanya manusia jatuh ke dalam dosa, walau dosa tidak lagi mengikat kehidupannya.
Tapi, berapa banyak dari jemaat benar-benar menggunakan waktu untuk melakukan pengakuan dosa yang mendalam. Bukan hanya menjadi suatu rutinitas atau menjadi suatu kebiasaan dalam ibadah. Bila untuk mengakui dosa pribadi saja kita sulit, apalagi berdoa memohon pengampunan bagi orang lain kepada Tuhan.
Ezra berdoa dan menangis, bukan karena ia telah melakukan dosa besar di hadapan Tuhan, sehingga ia merasa begitu menyesal. Bukan dosanya yang ia bawa dalam doa penyesalan tersebut, tapi doa bangsa Israel yang telah melawan kehendak Tuhan dan menjadi tidak taat. Lebih dari doa yang dipanjatkan, seorang Ezra berpuasa karena ia berkabung karena bangsa Israel melakukan perbuatan yang tidak setia.
Mungkin bagi kita apa yang dilakukan Ezra adalah sesuatu yang berlebihan. Tapi tidak bagi Allah. Allah melihat bagaimana Ezra mengasihi bangsa Israel, bukan karena ia sendiri adalah bagian dari bangsa yang besar itu , namun karena ia mengerti bangaimana Allah mengasihi mereka dan menginginkan bangsa ini menjadi bangsa yang besar yang membawa keselamatan bagi bangsa-bangsa lain.
Adakah kita memiliki hati seperti Ezra yang dengan ketulusan hati memanjatkan doa bukan bagi dirinya sendiri dan bahkan bukan bagi dosa-dosanya sendiri tapi bagi dosa-dosa orang lain? Adakah saya dan saudara mau memanjatkan doa agar dosa-dosa orang di sekeliling kita diampuni Tuhan? Sebuah tantangan bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar