Ezra 10:1-19
“Sementara Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan
bersujud di depan rumah Allah”
Pengakuan dosa adalah bagian
dari liturgi kita setiap minggunya. Hal tersebut dilakukan karena gereja sadar
bahwa dirinya terbatas. Walau gereja sudah mendapat penebusan dan kesempatan
untuk hidup baru, nyatanya kehidupan tidak pernah menjadi benar-beanr baru. Ada
kalanya manusia jatuh ke dalam dosa, walau dosa tidak lagi mengikat
kehidupannya.
Tapi, berapa banyak dari
jemaat benar-benar menggunakan waktu untuk melakukan pengakuan dosa yang
mendalam. Bukan hanya menjadi suatu rutinitas atau menjadi suatu kebiasaan
dalam ibadah. Bila untuk mengakui dosa pribadi saja kita sulit, apalagi berdoa
memohon pengampunan bagi orang lain kepada Tuhan.
Ezra berdoa dan menangis,
bukan karena ia telah melakukan dosa besar di hadapan Tuhan, sehingga ia merasa
begitu menyesal. Bukan dosanya yang ia bawa dalam doa penyesalan tersebut, tapi
doa bangsa Israel yang telah melawan kehendak Tuhan dan menjadi tidak taat.
Lebih dari doa yang dipanjatkan, seorang Ezra berpuasa karena ia berkabung
karena bangsa Israel melakukan perbuatan yang tidak setia.
Mungkin bagi kita apa yang
dilakukan Ezra adalah sesuatu yang berlebihan. Tapi tidak bagi Allah. Allah
melihat bagaimana Ezra mengasihi bangsa Israel, bukan karena ia sendiri adalah
bagian dari bangsa yang besar itu , namun karena ia mengerti bangaimana Allah
mengasihi mereka dan menginginkan bangsa ini menjadi bangsa yang besar yang
membawa keselamatan bagi bangsa-bangsa lain.
Adakah kita memiliki hati
seperti Ezra yang dengan ketulusan hati memanjatkan doa bukan bagi dirinya
sendiri dan bahkan bukan bagi dosa-dosanya sendiri tapi bagi dosa-dosa orang
lain? Adakah saya dan saudara mau memanjatkan doa agar dosa-dosa orang di
sekeliling kita diampuni Tuhan? Sebuah tantangan bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar