Senin, 24 Agustus 2009

Menjadi Penurut-penurut Allah
Raja2 19: 4-8
Efesus 4:25-5:2
Maz 130
Yohanes 6: 41-51

Tujuan: jemaat tergerak hatinya untuk dapat menajdi penurut-penurut Allah dengan melakukan tindakan-tindakan yang didasarkan pada kasih Allah.
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan penurut-penurut Allah dan bagaimana melakukannya?
2. Mengapa kita perlu menjadi penurut-penurut Allah?
3. Apa keuntungan menjadi penurut-penurut Allah?

Tidak taat adalah sifat mendasar manusia? Betulkah? Rasanya tidak seluruhnya keliru yaaa....Memang dari awal penciptaannya manusia telah menunjukkan ketidaktaatannya dengan melakukan apa yang dilarang oleh Allah. Setelah kejatuhannya ke dalam dosa, memang manusia tampak menjadi lebih taat. hanya saja taat bukan kepada Allah Sang Pemilik Khalik, namun kepada keinginan daging dan dosa. Mencari manusia yang tidak taat pada masa dewasa ini seperti mencari manusia di tengah kota Jakarta, mudah sekali bukan. Dari yang dianggap pelanggaran kecil hingga pelanggaran besar. Dari membuang sampah permen kita ke sembarang tempat, hingga membunuh kesejahteraan rakyat miskin dengan cara Perilaku Korupsi.

Makin hari, makin mudah bagi kita untuk menemukan para pembangkang, pemberontak dalam masyarakat kita, dalam tiap jenjang usia, kelas ekonomi dan tingkat sosial budaya hingga kelas pendidikan, semuanya adalah manusia yang tidak taat. Manusia hanya pandai merancangkan undang-undang, hukuman, namun tidak pandai dalam melaksanakannya. Tak mengherankan banyak orang berkata “Undang –undang dibuat untuk dilanggar”

Apa yang membuat manusia mudah sekali untuk melanggar baik itu hukum ataupun ketentuan yang bahkan mereka buat sendiri? Karena rupanya manusia tidak mampu melepaskan diri dari kemanusiawian, keterbatasan mereka sebagai manusia. Manusia memang bukan Tuhan atau malaikat yang mampu melakukan segala sesuatu dengan sempurna, tapi toh manusia tetap ciptaan Tuhan yang baik dan sempurna adanya. Manusia tetap gambar dan rupa Allah. Artinya manusia masih memiliki kemuliaan Allah sebagai ciptaan.

Sayang manusia lebih memilih untuk menjadi pembangkang dan bukan penurut-penurut Allah. Mengapa saya mengatakan memilih? Karena menjadi pembangkang adalah pilihan manusia dan bukan hakikat. Manusia dibekali segala sesuatu yang baik oleh Allah, namun manusia tidak menggunakan kebaikan itu untuk menjadikannya ciptaan yang lebih baik. Manusia lupa bahwa sesungguhnya dirinya bukanlah miliknya sendiri, namun milik Allah. Tidak ada satupun manusia yang memiliki hak penuh terhadap dirinya sendiri, karena hidup manusia sesungguhnya adalah dari, oleh dan untuk Allah. wManusia bukanlah siapa-siapa dan bahkan bukan apa-apa tanpa Allah.

Mengapa kita perlu menjadi penurut-penurut Allah? Kita telah ditebus, dan harganya telah lunas dibayar, bukan dengan uang, dengan harta benda, namun dengan darah yang mahal. Allah juga tidak menunggak, tidak berhutang juga tidak mencicil. Ia membayar segala sesuatunya secara lunas bahkan jauh sebelum kita berbuat dosa. Dan apa yang dilakukannya sungguh sepadan dengan dosa-dosa kita. Ia menebus kita dengan hidupNya, kesengsaraannya hingga kematianNya. Dengan itu semua kita beroleh hidup. bukan hidup yang asal hidup, bukan juga hanya hidup kekal, namun hidup yang berkemenangan. Yaitu hidup dalam dan dengan sukacita, keselamatan dan kemuliaan Allah.

Banyak dari manusia tidak menyadari bahwa manusia adalah hamba, pelayan Allah dan bukan Allah itu sendiri. Tapi banyak dari manusia merasa diri adalah Allah dan berhak melakukan segala sesuatu yang ia inginkan lebih dari Tuhan.

Ketaatan seperti apa yang Allah inginkan untuk kita lakukan?
1. Pernahkah anda membayangkan diri sebagai Elia? Perjalanan hidupnya bukanlah perjalanan yang mudah. Tantangan dan persoalan hidup membuatnya putus asa. Kehendak Allah terlalu sukar untuk dilaksanakan, hingga membuatnya ingin mati. Pernah merasa seperti itu? Putus asa, takut dan rasa khawatir telah menjadi makanan manusia setiap hari, bahkan banyak dari kita yang menjadi korban dari rasa takut, khawatir dan putus asa. Manusia dikuasai dan bahkan tenggelam di dalamnya. Tapi bagi Elia rasa takut dan khawatir juga putus asa tidak menjadi sesuatu yang dapat mengehentikan langkahnya untuk dapat taat dan tetap berada dalam jalan dan karya Allah. Bukan berarti ia dapat dengan mudah mengatasi rasa takut dan putus asanya. Elia juga manusia yang dapat mengeluh. Tapi ia tidak membiarkan hidupnya senantiasa dalam keluh kesah. Kesulitan hidup juga tidak membuatnya meninggalkan Allah. Alih-alih menjadi pemberontak dan menolak Allah, ia menunjukkan kesetiaanya yang total kepada Allah dengan ketaatan. Mengapa? karena ia tahu dan sadar bahwa Allah tetap menjadi sumber pengharapan dan kekuatan baginya untuk tetap maju. Bagi Elia, Tuhan adalah satu-satunya tempat bagi manusia untuk berharap, tidak ada tempat yang lain, termasuk sesama manusia. Sesama manusia hanya bisa berkhianat, menipu, menusuk dari belakang. Hanya Tuhanlah yang dapat menjadi sandaran, tumpuan dan harapan manusia.

2. Yohanes 6. Allah bukan sekedar roti fana. Ia adalah sumber kekuatan yang tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah dapat terganti oleh apapun. Roti yang kita makan dapat membuat kita lapar lagi, tapi tidak dengan Allah. Ia adalah roti yang hidup dalam kehidupan kita. Ia bukan layaknya baterai yang sekedar memberikan kita kekuatan untuk tetap hidup. namun memberikan makna dan nilai pada hidup itu sendiri. Tanpa Allah manusia hidup tanpa tujuan. Begitu pula kehadiranNya di dunia, bukan hanya untuk sekedar memberi sensasi pada sejarah dengan mujizat dan kematianNya yang menggemparkan. Ia hadir untuk memberi segala yang baik bagi hidup manusia, kasih yang tanpa batas dan tanpa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, lebih dari itu Ia, dengan seluruh hidupNya menunjukkan jalan yang terbaik untuk hidup.

3. Sulit? Ya tentu sulit apa yang ditempuh oleh Yesus, sulit pilihanNya untuk tetap taat dan memberikan tubuhNya menderita. Tapi Ia bisa melakukannya. Dan Ia juga menginginkan kita untuk dapat melakukannya. Apa ? Bukan semata-mata menyembuhkan yang sakit, mencelikan yang buta, menjadikan yang lumpuh berjalan dan melompat, bukan juga semata-mata menghibur yang susah , yang sedih, yang dalam tekanan, dan lain sebagainya. Seorang dokter, psikiatris, dan pendetapun bisa melakukannya. Apa yang membedakan anak-anak Allah dengan beragam profesi tersebut? Kasih Allah !!! itu yang membedakan dan bahkan memberikan nilai lebih dari beragam profesi. Seorang anak Allah dapat melakukan lebih baik dari seorang dokter sekalipun, bukan berarti kita bisa sembarang memberi obat tentunya, tapi dengan hati kita dapat memberikan penyembuhan yang lebih dari yang dapat dilakukan oleh seorang dokter.

4. Efesus 4, mengatakan bahwa kita dapat menjadi anak-anak Allah yang membawa perbedaan dengan cara: berkatalah benar satu terhadap yang lain, bila marah janganlah sampai kita berbuat dosa, jangan memberikan kesempatan pada iblis untuk menjadikan kita alat untuk menyakiti orang lain, bekerja keras dengan segala kemampuan yang telah Tuhan beri dan karuniakan kepada kita, berbagi tidak hanya uang, namun juga sukacita, damai, kebahagiaan, tawa, pengampunan, kata-kata bijak yang menguatkan dan menyembuhkan dan dan termasuk keselamatan. Dan lakukan semuanya itu di dalam, dan dengan kasih Tuhan, bukan yang lain.

Saudara-saudara kita hanyalah ciptaan Allah. Allah dapat menciptakan ulang kita bila ia ingin. Sayangnya...untungnya....kasihNya terlalu besar bagi kita. hingga Ia tidak mencipta ulang kita, alih-alih memberikan kita hidup yang sesungguhnya tidak layak kita terima. Janganlah ketaatan kita kepada Allah dilandasi oleh rasa takut, tapi karena rasa kasih kita kepada Allah yang telah begitu rupa memberikan hidup yang sungguh berkemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar