Sabtu, 29 Agustus 2009

Cepat Mendengar, Lambat Berkata-kata
Kidung Agung 2: 8-13
Mazmur 45: 1-2,6-9
Yakobus 1: 17-27
Markus 7: 1-8, 14-15, 21-23

Tujuan:
Anggota jemaat tergerak untuyk mengendalikan diri dalam berkata-kata

The Power of Words, pernah mendengar ungkapan tersebut? Disadari atau tidak, tiap kata yang kita ucapkan memiliki kekuatan yang sering kali tidak kita sadari. Tiap kata bukan hanya sekedar kata, namun punya makna, bahkan tidak hanya bermakna, kata yang sama diucapkan dengan nada yang berbeda maka akan menghasilkan persepsi yang berbeda, kekuatan yang berbeda. Tentunya kekuatan yang dihasilkan bukan hanya kekuatan yang membangun, namun juga kekuatan untuk menghancurkan seseorang. Luar bisa bukan?

Sayangnya, dalam keseharian kita, memperhatikan kata-kata dalam tutur bahasa kita sangat jarang dilakukan. Kata demi kata keluar begitu cepat dari lidah tak bertulang ini tanpa direnungkan dan dipikirkan dampaknya bagi sesama. Dari perkataan yang sifatnya serius hingga yang bernada gurauan, sering kali meluncur begitu saja seakan tanpa saringan. Apalagi geliat kehidupan masyarakat perkotaan yang semakin agresif setiap harinya. Satu kata diucapkan oleh seseorang, 10 kata dilontarkan sebagai balasan oleh orang yang lain. Semakin agrsif manusia semakin banyak kata yang dilontarkannya, semakin banyak pula kata yang tak tersaring.

Berapa banyak dalam sehari kita mengeluarkan kata-kata? Penelitian menunjukkan bahwa seorang manusia normal mengeluarkan kurang lebih 135.000 kata, mungkin bila seorang pengkotbah atau pembicara akan bertambah sekitar 15.000 kata. Berapa banyak dari kurang lebih150.000 kata perharinya yang kita ucapkan untuk membangun? Dan berapa banyak yang kita gunakan untuk melukai, membunuh sukacita dan damai, menimbulkan akar pahit dan dendam?

Lalu, pertanyaan berikutnya adalah, berapa banyak kata-kata yang kita sampaikan kepada Allah setiap harinya? Kata-kata seperti apa yang kita gunakan untuk berbincang dengan Allah? kata-kata yang memujaNya dengan tulus? Atau kata pujian hanya untuk menjilat Allah? (Untungnya, Allah tidak dapat dijilat, Ia memberi segala sesautu menurut kerelaan hatinya, berdasarkan kebutuhan manusia dan bukan keinginan manusia.) Atau adakah dari kita yang menggunakan kata-kata untuk memerintah Allah, seakan-akan Allah adalah Hamba kita dan bukan kitalah hamba Allah? Mark 7:6

Lalu apa yang harus kita perhatikan dalam rangka berkata-kata?
1. Perhatikan motivasi. Untuk apa kita mengeluarkan kata-kata yang baik bila motivasi di baliknya jahat adanya. Kata-kata yang dikeluarkan hanya berisi pepesan kosong, puja puji dan rayuan gombal, hanya untuk meraih hati, berharap dapat naik jabatan, dipromosikan. Salomo dalam Kidung agung 2: 8-13 menceritakan bagaimana kunjungan mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan, yang sesungguhnya adalah gambaran hubungan Allah dengan manusia. Allah datang kepada manusia untuk membawanya kepada sukacita dan kenyamanan musim semi, dimana bunga-bunga bermekaran, bunyi tekukur menjadi rhema yang membangkitkan semangat, pohon ara berbuah, dan bunga anggur yang mengeluarkan bau semerbak. Itulah gambaran keselamatan yang Allah berikan kepada manusia, menyenangkan, menenangkan, memberikan rasa nyaman dan aman, berkelimpahan dan bebas dari rasa dingin yang menusuk, suasana yang mencekam, yang bahkan dapat membawa manusia kepada maut. Motivasi Allah dalam berfirman dan berkata-kata kepada kita manusia, bukan untuk membawa kita kepada bahaya, namun kepada kenikmatan sorgawi. Ia ingin setiap kita yang mendengar panggilanNya, perkataanNya ikut serta merasakan keselamatan kekal, merasa senang dan tenang, mendapat kekuatan serta penghiburan, dan bukan kesesakkan dan kepahitan. Bagaimana dengan kita? adakah kita memiliki motivasi yang baik untuk setiap kata yang keluar dari bibir kita? Adakah motivasinya untuk menyakiti atau untuk meningkatkan kualitas manusia lain? Adakah kata-kata kita memberi inspirasi dan dampak yang membangun atau menjadi batu sandungan, pedang bemata dua yang sanggup meruntuhkan iman, semangat, dan kasih? Ingatlah yang menajiskan manusia bukan apa yang masuk ke dalam mulut namun apa yang keluar daripadanya (Markus 7:14-15), jangan kita menajiskan diri kita dengan mengatakan hal-hal yang tidak membangun!!
2. Tentunya motivasi yang benar harus pula disampaikan dengan cara yang benar, bukan? Sama seperti orang tua yang menginginkan anaknya menjadi yang terbaik dan berubah menjadi baik namun disampaikan dengan cara membentak dan memaki, apa faedahnya? Adakah anak kita berubah atau malah menjadi pemberontak yang senantiasa menolak dan membantah setiap apa yang kita katakan. Jadi....carilah cara yang baik, yang bijak, yang penuh hikmat dan berlandaskan kasih Allah. - gunakan kata yang membangun, yang lembut, bukan yang kotor dan penuh kejahatan, yang mempermalukan, yang membuat orang yang mendengarnya sedih, kecewa hingga marah.
3. Yakobus 1: 19-21 - belajarlah untuk cepat mendengar dan lambat berkata. Jangan sepeerti api disiram oleh bensin, cepat menyambar sulit padam. Banyak orang tidak mau mendengar hanya mau berbicara...akan seperti mobil yang hanya mau dipakai tapi tidak mau diisi bensinnya. Banyak hal yang keluar namun tidak satupun hal yang mengisi dirinya. Manusia perlu mendengar lebih banyak, itulah maksud Allah menciptakan telinga di kiri dan kanan kita. Tapi pada dasarnya manusia menang lebih suka berbicara daripada mendengar, termasuk kepada Allah. Apa yang dilakukan manusia dalam waktu teduhnya? Hampir 100 % responden mengatakan : berdoa, ya hanya berbica mengatakan ucapan syukur, permohonan ini dan itu. Apa bedanya Tuhan dengan operator customer service? Yang sedikit mendengar pujian, banyak mendengar keluahan dan permohonan, namun tidak diberikan kesempatan untuk berbicara selain yang ditanyakan! Belajar mendengar sama dengan belajar untuk sabar dan mendahulukan orang lain daripada diri kita sendiri, tapi bukan hanya pengorbanan saja yang terdapat di dalamnya, dengan belajar untuk banyak mendengar, tanpa kita sadari kita telah diperkaya oleh berbagai macam ilmu, informasi, cara pandang, dan lain sebagainya.... tidak rugi kan untuk belajar mendengar?


Kata-kata bukanlah sekedar kata-kata biasa, namun dapat menjadi luar biasa bila kita gunakan dengan motivasi yang baik, dilakukan dengan cara yang benar, dengan juga selalu menyempatkan diri untuk mendengar lebih banyak. Lebih dari itu setiap kata yang keluar dari mulut bibir kita memiliki kuasa untuk mengubah manusia menjadi lebih baik, lebih berkualitas, lebih maju, dan terutama lebih mengasihi Tuhan.

Tentu setiap kita kagum pada motivator-motivator terkenal layaknya Mario Teguh, jangan cuma kagum karena setiap kita dapat menajdi motivator kelas dunia bila kita menggunakan hikmat Tuhan untuk menjadi berkat!!! Amin!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar