Rabu, 16 September 2009

Keberanian Daud
1 Samuel 17: 23-37

Tujuan:
1. Membukakan kepada ramaja latar belakang Daud sebagai seorang gembala
2. Remaja mengerti mengapa Daud memiliki keberanian dalam menghadapi Goliat
3. Remaja bertekad memiliki keberanian yang positif seperti Daud dalam menghadapi tantangan yang lebih besar

“ jangan gue dong... gue ga bisa, suara gue jelek, gue ga bisa doa, gue ga bisa main musik, hingga gue ga punya waktu buat rapat gitu deh... jadi jangan gue yaaa...” saya sering mendengar berbagai keluhan macam tadi dari rekan-rekan remaja dimanapun. Jangan jangan memang sudah menjadi trade mark kebanyakan remaja untuk menolak permintaan termasuk pelayanan. Tapi ternyata bukan hanya anak remaja saja loh yang sering menolak tantangan seperti itu, banyak ibu-ibu dan bapak-bapak juga melakukan hal yang sama. Pertanyaannya sesungguhnya adalah mengapa?

Adakah memang setiap orang yang menolak merasa tidak mampu? Ataukah tidak mau menanggung resiko ketika menghadapi tantangan yang baru? Mmm.... selidik punya selidik banyak sekali dari kita yang lebih suka berada di zona aman dan nyaman kita, dari pada harus keluar menghadapi tantangan baru yang belum tahu berapa besar resiko yang harus ditanggung.

Ketakutan menghadapi resiko itulah yang sering kali menjadikan kita pahlawan yang takut terjun ke medan pertempuran alias kalah sebelum berperang. Hidup ini layaknya sebuah perlombaan. Kalah dalam perlombaan bukanlah hal yang memalukan , yang memalukan adalah ketika karena ketakutan kita, kita tidak mau berlomba, itulah yang membuat kita gagal!!

Sebagai seorang gembala Daud memang bukan gembala biasa. Ia adalah keturunan dari Boas dan Ruth, salah satu nenek moyang bangsa Israel yang terkenal dengan kesetiaannya kepada Allah. Daud dapat memiliki keberanian karena nama besar keluarganya. Keberanian yang didasari oleh motivasi demikian dapat membahayakan dirinya, karena Ia merasa bila nenek moyangnya bisa menjadi besar, maka sudah sepatutnya ia juga menjadi besar. Ia akan menjadi besar kepala dan melakukan sesuatu yang bodoh, yaitu keberanian yang tidak didasari oleh kecakapan dan akal sehat tapi kenekatan dan tindakan yang serampangan.

Sebagai anak bungsu dari 8 bersaudara, Daud juga dapat menjadi remaja yang suka bermain aman, karena perlindungan dan kasih sayang yang bisa didapatkan oleh anak bungsu lebih dari anak lainnya. Dan karena kondisi itu ia menjadi seorang yang tidak berani mengambil resiko, dan lebih suka berada dalam keamanan dan kenyamanannya. Tapi di sisi lain sebagai anak bungsu yang mungkin juga sering kali dibandingkan dengan anggota keluarga lainnya, Daud menjadi orang yang ingin menonjol dan dari situlah timbul keberaniannya....

Namun ternyata bukan karena itu Daud berani menghadapi bangsa Filistin. Walaupun ia masih muda, dan mungkin masih belum berpengalaman, tapi sebagai seorang gembala ia telah dibekali dan membekali dirinya dengan berbagai macam cara untuk bertahan menghadapi berbagai binatang buas seperti singa, beruang, serigala dan beragam binatang buas lainnya yang mengancam para dombanya. Keberanian Daud didasari oleh pengalaman dan kemampuannya, jadi bukan keberanian asal-asalan, apalagi hanya untuk menunjukkan eksisitensi diri sebagai seorang muda. Sebagai seorang gembala ia dilatih dan melatih diri untuk waspada, untuk melihat kelemahan lawan, untuk tahu kapan lawan akan menyerang dan lain sebagainya.

Alasan ke dua atas keberaniannya, adalah Ay.26. bahwa Daud percaya bahwa Allahnya lebih besar dari Allah manapun, bahwa Allah berpihak kepada umatNya, bahwa Allah akan mendatangkan pertolongan kepadanya. Jadi Daud tidak maju hanya berbekal kemampuan dan ilmu yang ia miliki sebagai seorang gembala, namun ia juga belajar untuk mengandalkan Tuhan. Dengan kesadaran bahwa Allah memberikan segala sesuatu yang ia butuhkan dan memampukan dirinya untuk melawan Goliat, Daud menghimpun keberaniannya.

Bagaimana dengan kita? kita yang teah dibekali oleh berbagai macam ilmu, talenta, adakah dari kita yang berani untuk mengambil tantangan yang lebih besar seperti Daud. Daud bukan juga tidak memiliki rasa takut. Sebagai manusia biasa, Daud juga pasti merasa takut, namun ia tidak membiarkan rasa takut, termasuk takut menghadapi resiko menghalangi dia untuk menjawab tantangan.

Apa pilihan kita? kita memilih untuk berada di jalan aman, dimana kita selalu menjadi juara pertam dengan nilai tertinggi dan tidak mau mencoba untuk meningkatkan kualitas dengan menyambut tantang baru yang lebih berat, sulit dan lain sebagainya. Atau meningkatkan, mengembangkan pemberian Allah dengan menerima tantangan bukan untuk sekedar unjuk kemampuan, unjuk gigi bahwa kita mampu, namun sebagai ungkapan syukur bahwa Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk terus meningkatkan kualitas diri kita sebagai manusia ciptaanNya yang luar biasa.

Daud memiliki keberanian menerima tantangan terutama karena iA tahu bersama siapa ia berjuang dn untuk apa. yaitu bersama Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan, bukan kemuliaan dan pujian bagi dirinya sendiri.

Apapun tantangan di depan kita, hadapilah dengan semangat untuk memuliakan Tuhan karena tantangan ada bukan untuk dihindari, untuk dilenyapkan namun untuk ditaklukan, diatasi dan terutama untuk menjadikan kita lebih baik setiap harinya.

Camkan:
Bila kita tidak rela untuk membuat pilihan dan lebih suka menjalani hidup dalam batasan-batasan yang aman dan nyaman. Maka kita akan kehilangan kesempatan untuk melewati perjalanan yang akan membawa kita jauh lebih besar!!

Pilihan kitalah yang menentukan siapa kita!! jadi mulailah memilih yang baik dan benar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar