Rabu, 16 September 2009

Ayo Belajar Bertanggung Jawab
Yohanes 7: 1-13

Tujuan:
ASM berani menanggung resiko demi melakukan yang baik.

Pertanyaan:
1. mudahkah bagi kita untuk dapat berbuat baik? mengapa?
2. apa kendala kita dalam berbuat baik?
3. apa yang Yesus kehendaki bagi kita dalam berbuat baik?
4. bagaimana seharusnya kita bersikap dalam berbuat baik?

Realita:
1. berbuat baik adalah hal yang susah-susah gampang untuk dilakukan.
2. tidak semua orang mengerti maksud baik kita.
3. perbuatan baik sering kali tidak dilakukan dengan motivasi baik. banyak orang terburu-buru untuk berbuat baik agar ia dipandang sebagai orang yang penuh inisiatif, untuk mendapatkan pujian, untuk menjadi pusat perhatian, dll
4. tujuan yang baik sering kali tidak disampaikan atau dilakukan dengan cara yang baik, misalnya: dilakukan dengan cara memarahi, membentak, melakukan kekerasan baik fisik maupun psikologis.
5. perbuatan baik manusia tidak dapat disetarakan dengan perbuatan baik Allah, karena manusia dan Allah memiliki standar kebaikan yang berbeda, misalnya: apa yang disebut baik oleh Allah sering kali dikaburkan oleh manusia=>memberikan contekan, membantu teman mengerjai teman yang lain untuk balas dendam, dll
6. termasuk cara Allah dalam berbuat baik juga berbeda dengan cara manusia, misalnya: manusia berbuat baik dengan cara menunjukkan kebaikkan kepada semua orang dengan tetap memikirkan kepentingan diri sendiri, Allah menunjukkan kebaikkan untuk kebaikan manusia itu sendiri, sering kali dengan mengorbankan kepentingan dan bahkan diriNya sendiri. Manusia berbuat baik bila dinilai resikonya kecil, Allah mau berbuat baik walaupun resikonya besar.


Penjelasan Nats:
1. Kepergian Yesus ke Galilea, dan tidak menetap di Yudea bukan karena Ia mau melarikan diri atau melepas tanggung jawab resiko segabai utusan Allah, namun karena Yesus tahu bahwa adanya perselisihan diantara kaum pejabat Yahudi berkaitan dengan pengajaranNya tentang hari Raya Pondok Daun. Mereka ingin Yesus mati bukan demi menjujung tinggi pemahaman mereka, namun karena mereka ingin menunjukan keberkuasaan mereka di tengah-tengah bangsa, dan menjauhkan pengaruh politik Yesus bagi masyarakat pada masa itu.
2. Yesus juga tidak ingin para murid mempertontonkan diriNya di depan masyarakat umum. (Konsep ini lebih jelas bila dibandingkan dengan kisah Yesus membasuh kaki para murid, dan kisah Para Murid yang berselisih tentang siapa yang terbesar diantara mereka) Yesus tidak ingin pamer kekuasaan, kebijaksanaan, walaupun sesungguhnya Ia dapat melakukan segala sesuatu.
3. Yesus mengatakan “waktuKu belum tiba...” bukan berarti Yesus menunda untuk melakukan yang baik bagi manusia. Namun karena ALLAH memiliki cara dan waktu tersendiri untuk menyatakan siapa diriNya. Ke-Allahannya justru nampak ketika apa yang dikerjakanNya, keputusanNya, tidak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi manusia. =>bandingkan dengan realita manusia yang ingin menonjol dan disebut pahlawan.
4. Sayangnya apa yang Yesus lakukan tidak dimengerti bahkan disalahpahami oleh saudara dan para muridNya. Ia bukan Allah yang suka melepas tanggung jawab. Ia juga bukan Allah yang tidak berani menanggung resiko yang berat. Karena kematianNya telah membuktikan bahwa Yesus bukanlah manusia yang pengecut, bahkan Ia menunjukkan bahwa Ia mau memberikan segalanya demi kebaikan dan keselamatan manusia.

Nilai Kristiani:
1. berbuat baiklah kepada siapapun tanpa membeda-bedakan suku, latar belakang sosial budaya dan pendidikan.
2. berbuat baik dengan motivasi yang benar
3. setiap perbuatan baik biasanya diikuti dengan sikap mau berkorban bagi kepentingan orang lain.
4. berbuat baik harus dilandasi dengan kasih Allah : yaitu keinginan untuk membahagiakan orang lain, keinginan untuk menjadikan orang lain menjadi lebih baik (meningkatkan kualitas hidup orang lain) dengan begitu kita dimampukan untuk menanggung resiko (apapun, dan kapanpun)
5. tujuan yang baik bila dilakukan atau disampaikan dengan cara yang tidak baik, maka tidak akan membawa kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar