Rabu, 29 April 2009

For Father's Heart

Luke 11: 9-13
Psalm 103:13
Maleakhi 1:6

Tujuan:
• Pemuda menyadari sepenuhnya bahwa Tuhan satu-satunya figur yang dapat membantu kita di setiap kondisi appaun, baik senang maupun susah
• Pemuda memahami bahwa Tuhan pun merindukan umatNya untuk selalu memiliki persekutuan yang intim dengan Dia
• Menyadarkan kepada pemuda akan arti diri kita di mata Bapa, sehingga kitapun memiliki kerinduan yang dalam kepada Tuhan , tidak hanya sebagai juruselamat pribadi yang kita hormati, namun dalam arti yang lebih intim antara bapa dengan anak-anakNya

Pertanyaan:
1. Apa arti seorang ayah dibanding seorang ibu bagi manusia?

“Ayah Memperkosa Anak ABGnya”, “Kesepian Ditinggal Isteri, Kakek Mencabuli Cucunya”, “Ayah Mabuk, Isteri dan Anak Mati Dibacok”, “Kesal Mendengar Tangisan, Rokokpun Bertindak” ... mungkin banyak dari kita yang pernah membaca atau sekedar melihat judul-judul serupa di berbagai media massa kota. Apa yang saudara rasakan ketika saudara melihat, atau mendengar hal tersebut? Adakah perasaan bergidik? Jijik? Marah? Hingga mual? Adakah kita yang berkata dalam hati: “Ko bisa ya?” “Lalu apa bedanya binatang dengan manusia bila manusia bisa menyetubuhi anak dan bahkan cucunya sendiri?”
Ya, manusia seharusnya lebih manusiawi dibanding binatang. Manusia seharusnya mampu menilai apa yang baik dan apa yang tidak baik. Dan terutama manusia seharusnya dapat menempatkan dirinya secara benar, dalam komposisinya dan perannya di dalam masyarakat. Namun realita berbicara lain. Seorang Ayah, yang seharusnya menjadi kepala keluarga, mengayomi dan mendidik anak-anaknya dengan kasih sayang, ternyata menjadi pembunuh berdarah dingin, pelaku kekerasan dan pelecehan. Itulah Bapa ala manusia. Bapa, hanya menjadi sebutan bagi manusia, hanya menjadi sebutan dalam kekerabatan, dalam keluarga, dalam lingkungan sosial, namun tidak dalam peran dan fungsi. Bapa, hanya menjadi wacana, menjadi figur yang harus dihormati, dipuja, disanjung, namun tak mampu memberikan bukti daripada hanya sekedar sebutan dan panggilan. Mengapa itu semua dapat terjadi? Karena Bapa manusia hanyalah orang biasa, yang tidak lepas dari kelemahan dan kekurangan, yang tak lepas dari kedagingan, dan nafsu duniawi.
Kini, bagaimana kita bisa mendapatkan baik itu gambaran, contoh, figur seorang bapa yang tepat bila dalam realita yang ada hanyalah bapa yang begitu terbatas? Alkitab memberi gamabaran yang begitu baik tentang seorang bapa. Seorang bapa adalah seorang yang sungguh mengenal anak-anaknya dan senantiasa memberikan yang terbaik bagi kehidupan anak-anaknya. Ia tidak memberikan Ular kepada anaknya yang minta ikan Ia juga tidak memberikan kalajengking bila anaknya minta telur. Bila melihat kehidupan masa kini, memang fungsi memberi dan merawat bukan hanya, bahkan bukan milik seorang bapa, namun seorang ibu. Lalu mengapa Alkitab menggunakan Bapa untuk menggambarkan sosok Allah yang memelihara kehidupan anak-anaknya?
Sosok Bapa dalam Alkitab yang kerap kali digunakan untuk menyebut Tuhan, bukan mengindikasikan Tuhan adalah seorang laki-laki. Bagi kita memang seorang bapa, haruslah seorang laki-laki, karena perempuan akan disebut ibu. Alkitab menggunakan kata Bapa bukan untuk membuat pembedaan dan diskriminasi antara fungsi laki-laki dan perempuan, namun penulisan alkitab terkait dengan Tradisi orang Yahudi yang menjadikan Bapa sebagai pemegang kuasa dalam setiap rumah tangga. Seorang Bapa adalah seorang yang memiliki kuasa penuh baik terhadap isteri dan anak-anaknya. Bapa adalah sebutan untuk leluhur berjenis kelamin laki-laki, ayah dalam Tradisi Ibrani. Dimana memiliki kuasa penuh terhadap anak-anaknya, baik untuk melamar, untuk merancangkan pernikahan, untuk menjual, bahkan untuk memiliki kuasa atas hidup mati anak-anaknya. Seorang Bapa adalah seorang yang punya kuasa untuk menginstruksikan, memimpin, menguatkan, memelihara, membahagiakan, sadar akan kebutuhan dan permintaan anak-anaknya, mengetahui kesalahan anak-anaknya, menjadi teman bagi anak-anaknya dan lain sebagainya. Wah... ternyata menjalani fungsi sebagai seorang bapa bukanlah pekerjaan mudah. Manusia mana yang sanggup mengerjakan semua tugas dan tanggung jawab itu dengan sempurna? Nyaris tidak ada bukan? Karena Bapa dewasa ini telah kehilangan pamor, bahkan kehilangan fungsi utamanya dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Seorang bapa di masa kini hanya memikirkan bagiamana harus mencari uang dan menyerahkan fungsi seorang Bapa kepada isteri.
Seorang Bapa adalah seorang yang menjalankan fungsi, bukan soal jenis kelamin, ataupun soal pantaskah seorang perempuan disebut Bapa. Tuhan Allah kita juga tidak terbatas dengan kelamin. Penyebutan Ia sebagai seorang laki-laki ataupun perempuan-lah yang sesungguhnya membatasi kemahaanNya. Ia adalah Allah yang tek terbatas oleh deskripsi manusia tentang jenis kelamin. Ia adalah Allah yang menjalankan fungsiNya sebagai pencipta, pemelihara, pengayom, pemenuh kebutuhan, pendidik, yang juga menjadi pemimpin. Oleh karena itu janganlah ragu untuk datang kepadaNya dalam situasi dan kondisi apapun. ALLAH kita bukanlah seperi manusia, yang terkadang tidak mampu merespon dengan positif ketika kita datang dengan masalah. Ia adalah Allah yang sungguh mengerti apa yang ada di hati kita. Ia mengenal kita lebih dari kita dikenal oleh orang tua kita. Ia mengenal kita hingga isi hati kita yang terdalam. Jadi, janganlah kita menyembunyikan apapun dariNya. Karena sesungguhNya kita tidak akan pernah bisa menyembunyikan apapun dari Tuhan. Berharaplah kepadaNya, karena hanya Dia yang mampu memuaskan hasrat kita dengan kebaikan, sehingga di masa muda kita kita menjadi kuat bagaikan burung rajawali (Mazm 103 :5).
Ketika kita mengenal siapa dan bagaimana sesungguhnya seorang Allah Bapa bagi kehidupan kita, tentunya kita juga perlu menyadari bahwa Ia ada bukan hanya untuk memenuhi apa yang kita inginkan sebagai manusia. Layaknya seorang Bapa di dunia. Bapa kita di sorga juga ingin kita memiliki hubungan yang intim dengan Dia. Ya. Dia memang Allah yang maha tahu. Tanpa harus kita meminta kepadaNYa Ia tahu persis apa yang kita butuhkan. Tapi Ia meminta kita for asking, bukan cuma diam saja. Mintalah maka kamu akan menerimanya. Mengapa harus meminta kalau Ia sudah tahu semuanya? Karena Ia mengingkan kita berkomunikasi denganNya. Bukan sekedar memenuhi kebutuhan materi, namun juga psikologis. Sadar atau tidak sadar banyak bapa di dunia lebih mementingkan bagaimana ia harus memenuhi kebutuhan isteri dan anak-anaknya dengan bekerja siang dan malam, tanpa pernah memperdulikan kebutuhan berkomunikasi dengan anak-anaknya. Ia hanya meninggalkan uang di atas meja makan, pergi kerja sebelum anak-anaknya bangun dan pulang setelah anak-anaknya terlelap. Tuhan kita ingin kita menjalin komunikasi dengan Dia, komunikasi yang juga bukan hanya formalitas, namun komunikasi yang berkualitas!!
Tuhan kita bukanlah bapa kita memang adalah bapa yang menganugerahi anak-anaknya keselamatan kekal. Tapi keselamatan macam apa? bukan hanya keselamatan di akherat, namun juga selamat di dunia. Jadi, selama kita masih di duniapun keselamatan itu sudah dan dapat kita nikmati sebagai anak-anakNya. Apa yang masih bisa kita nikmati saat ini adalah suatu bentuk keselamatan, termasuk ketika kita berhasil melewati masa masa sulit, dan pergumulan berat, hingga menentukan pasangan yang paling tepat bagi hidup kita. Peliharalah hubungan dengan bapa kita sejak kita masih di dunia, agar keselamatan menajdi sesuatu yang nyata, bukan hanya sekedar angan dan asa. Ia rindu memberikan keselamatan itu sejak kita masih di dunia. Oleh karena itu marilah kita bersama membangun hubungan yang intim sehingga kita semakin mengenal Bapa kita dan bukan ahanya sekedar mengenal, namun tahu dengan benar, siapa Dia yang telah mengasihi kita dengan begitu rupa.
Kita ini adalah buatan Allah, sebelum kita lahir ke dunia, Ia telah mengenal kita, dan jauh sebelum kita ada dalam rahim ibu kita Ia telah mengasihi kita. Kita ini bagai bola mataNya, yang tidak hanya dirawat dan dijaga, namun dicintai begitu rupa. Mengapa kita disebut bola mata? Bukan hanya sekedar mencari kata yang puitis untukmengungkap bagaimana berharganya seorang manusia di mata Allah. melalui bola mata kita mampu melihat dunia dengan jelas, begitu juga Allah merawat kita bagai bola mataNya, karena Ia sungguh ingin melihat dan memenuhi kebutuhan kita. Dengan begitu kita juga dapat melihat dan merasakan kasih Allah dengan lebih jelas dalam seluruh kehidupan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar