Rabu, 21 Juli 2010

Terus Berkarya Menjadi Berkat

Kejadian 12: 1-9
Mazmur 126
Galatia 6: 1-10
Lukas 8: 4-15

Berkat: bless
PL : Barak, berakah= berkat, pemberian, kemakmuran dalam Tuhan, kedamaian
PB : eulogeo= berkat, anugerah, keuntungan, yang disampaikan dengan penuh syukur, dan dalam doa yang sungguh-sungguh kepada Allah

Siapa menurut anda yang dapat dipakai Tuhan untuk menjadi berkat? Semua orang? Dari semua tingkatan usia? Atau Mereka yang hanya memiliki kelimpahan kekayaan baik material, spiritual, intelektual? Mereka yang dinyatakan sempurna dan tidak bercacat? TENTU TIDAK! Seseorang menjadi berkat atau tidak, tdiak ditentukan oleh batas-batas menurut manusia. Karena berkat itu sendiri bukan berasal dari manusia! Berkat adalah pemberian Ilahi, bukan semata mata berasal dari manusia itu sendiri. Apa yang dapat diberikan manusia kepada manusia lain bila Allah tidak terlebih dahulu memberikan kepadanya?

Setiap manusia dipanggil untuk menjadi berkat, bukan dipaksa untuk menjadi berkat. Oleh karena itu menjadi berkat bukan semata-mata karya Tuhan, namun juga respon manusia terhadap panggilan Allah tersebut. Tidak ada halangan bagi setiap manusia untuk menjadi berkat bagi sesamanya, termasuk ketika manusia mulai digerogoti usia. Ketika ia tidak lagi sepandai, segesit, sesehat, sekuat dahulu ketika usia masih kepala 2 atau 3. Setiap manusia, hingga usia tertua sekalipun masih tetap dapat menjadi berkat bagi sesamanya.


Kini, bagi kita, bagaimanakah kiranya cara manusia untuk menjadi berkat yang sungguh2?

1. Apa yang unik dari seorang Abraham? Ketika Tuhan menjanjikan Abraham menjadi berkat bagi semua suku bangsa di bumi, bukan berarti janji Tuhan terjadi begitu saja sejalan dengan FirmanNya. Abraham merespon panggilan Tuhan dengan ketaatan penuh di masa tuanya. Bagi kita manusia dewasa ini usia tua adalah usia dimana manusia sulit menerima baik masukan; teguran; kritikan; pandangan yang baru, yang tidak sejalan dengan pandangannya yang terdahulu. Usia tua juga dikenal sebagai usia matang dan mapan, dimana seseorang akan memegang prinsip hidupnya lebih kuat dari masa-masa sebelumnya karena asam garam yang telah dilaluinya sepanjang kemudaannya. Tapi ternyata hal tersbut tidak terjadi pada Abraham. Dalam masa tuanya Abraham memulai perjalannya menajdi Bapa Orang Percaya, menjadi berkat bagi bangsa bangsa, dengan ketaatan penuh kepada Tuhan. Ketaatan yang membawanya kepada ketidaknyamanan, ketidakmapanan, ketakutan-ketakutan baru. Apa yang dapat kita pelajari dari respon Abraham? Menajdi berkat bagi seseorang komunitas, atau bagi siapapun, sering kali membutuhkan pengorbanan diri, kesediaan dipakai dengan cara yang tidak biasa, termasuk meninggalkan zona keamanan, dan kenyamanan. Menjadi berkat bukan semata-mata hal yang menyenangkan, kadang kita dibawaNya kepada kebimbangan dan ketidakpastian hidup, tapi disitulah kunci utamanya TAAT! Taat kepada perintahNya, bukan kita; kehendakNya, bukan kita; mengikuti jalanNya, bukan kita; aturanNya, bukan kita; untuk kepentinganNya, bukan kita.
2. Surat Galatia memberi kita tips dan resep lengkapnya bagaimana menjadi berkat. Yang pertama, bertolong-tolongan. Bukan berarti kita sebagai pribadi, tidak dapat menjadi berkat, namun alangkah baiknya bila kita menyatukan hati bersama untuk saling menolong dalam menjadi berkat. Kita tidak selalu kuat, tidak selalu memiliki semangat, tidak selalu berhikmat, tidak selalu bijak, oleh karena itu kita butuh sesama untuk meguatkan, menyemangati, memberi nasihat bijak, dan membantu kita berhikmat. Bahkan, sebelum kita menjadi berkatbagi kelompok yang lebih besar, kita dapat saling menjadi berkat satu sama lain. Kedua, saling berbagilah (6). Bukan hanya kepada yang kurang, tapi saling memperkayalah dalam kasih Kristus. Jangan hanya mau diberi, tapi berilah kepada mereka yang juga memberi kepada kita, terlepas mereka menerima atau tidak pemberian kita, yang pasti setiap orang pasti memiliki kekayaan yang dapat dibagikan kepada orang lain. Tidak ada manusia yang diciptakan hanya untuk menerima, dan tidak ada manusia yang diciptakan hanya untuk memberi. Setiap orang diberikan kesempatan untuk memberi dan menerima. Ketiga, taburlah apa yang BAIK MENURUT ROH. Dalam dunia ini kita dapat menemukan banyak orang baik, tapi sedikit orang benar. Tuhan tidak meminta kita hanya menjadi baik, tapi juga menjadi benar. Perbuatan baik kita belum tentu benar adanya dihadapan Tuhan, tapi apa yang benar menurut Tuhan pastilah baik dalam pandangan manusia yang terbatas sekalipun, walau kebaikannya tidak dapat dinikmati seketika itu juga. Jadi carilah yang baik menurut Allah terlebih dahulu, ketimbang yang baik menurut pengertian kita, manusia yang terbatas ini. Kini, apa yang dapat ditabur oleh BPK Penabur? Kesombongankah? Kepercayaan diri yang terlalu tinggi karena pendidikan yang dianggap sudah baik? Kebohongankah? Atau apa? Tentu bukan itu semua...tapi apa yang dikehendaki Allah untuk kita lakukan, ketulusan, kejujuran, kebaikkan hati, kerendahan hati, kesetiaan... dan lain sebagainya. Tantangannya kini adalah KOMITMEN untuk tetap menjadi berkat, bukan batu sandungan, menjadi garan dan terang dan bukan menjadi kutuk.


Dan apakah yang dapat kita lakukan selaku jemaat? Dukunglah BPK Penabur dalam doa, agar sungguh keberadaan BPK Penabur menjadi berkat yang tidak terkira bukan hanya bagi jemaat GKI, masyarakat Kristen, tapi lebih luas lagi, yaitu bersatu padu mencerdaskan kehidupan bangsa!! Bukankah dengan begitu BPK penabur menjadi berkat yang tak terkira bagi bangsa indonesia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar