Rabu, 25 Januari 2012

Berdiri Di Hadapan Tuhan Dengan Firman

Bacaan: Ulangan 4:9-14
Tujuan: Peserta menghayati makna inti kesepuluh Firman dalam wujud kongkrit seorang yang hidup sebagai penyembah Tuhan

Pengantar:

Apakah saudara menantikan saat-saat anda berdiri di hadapan Tuhan muka dengan muka, sambil mempertanggung jawabkan kehidupan yang telah dijalani sebagai seorang pengikut Kristus, anak Allah?Apakah jawaban saudara. Banyak manusia yang menyatakan diri mereka beragama namun ternyata sama sekali tidak menantikan saat-saat berhadapan dengan Tuhan untuk mempertanggungjawabkan kehidupan yang telah dijalani. Mengapa hal demikian dapat terjadi? Karena sesungguhnya kehidupan beragama seringkali menjadi hanya sekedar topeng ataupun dalih dalam menghakimi sesama. Firman Tuhan yang seharusnya menajdi pedoman hidup, nyatanya tidak menjadi yang pertama dan utama dalam kehidupan umat, sehingga tak mengherankan kehidupan manusia tetap dipenuhi oleh kekerasan, perselisihan, ketidakadilan dan banyak lagi hal buruk lainnya.

Tuhan memberikan kita Firman bukan untuk menjadikan hidup kita menjadi lebih sulit untuk dijalani. Sebaliknya Tuhan memberikan kita Firman untuk menajdikan kehidupan kita melaju lebih cepat, bahkan dari yang kita bayangkan. Bukankah anda akan berani mengendarai sebuah kendaraan karena kendaraan tersebut memiliki rem yang membuat anda merasa aman ketika harus mengendarainya dengan kecepatan tinggi. Firman Tuhan adalah rem yang dapat membuat hidup anda melaju seperti apa yang Tuhan inginkan dengan kecepatan yang tidak pernah anda bayangkan sebelumnya.

Kini tantangannya adalah bagaimana setiap kita mampu memberlakukan Firman dalam kehidupan. Sehingga hidup sebagai penyembah bukan hanya kita lakukan di hari-hari tertentu, ataupun pada moment-moment tertentu, tapi hidup yang menyembah menjadi sebuah pola hidup baru yang kita lakukan hari demi hari.

Penjelasan:

Perikop yang kita baca bersama ini diberi judul “Musa menasihati bangsa itu memelihara hukum Allah” Apa yang saudara bayangkan tentang kata memelihara? Jangan buru-buru mengindentikan kata ini dengan sekedar menyiram tanaman peliharaan, atau memberi makan binatang kesayangan di rumah saudara. Memelihara pada perikop ini bukanlah hal yang sederhana, yang bahkan membutuhkan waktu lebih dari yang saudara berikan pada tanaman ataupun binatang peliharaan. Selain itu Ulangan 4: 9-14 tidak dapat dibaca sendiri tanpa membaca Ulangan 4: 1-8.
• Ay 9. “Bisa karena biasa” mungkin menjadi ungkapan yang paling tepat untuk dapat menyederhanakan apa yang ingin Musa sampaikan melalui ayat ini. Seseorang akan mudah lupa melakukan sesuatu karena ia tidak biasa melakukannya. Karena hidup kita dibentuk dengan apa yang disebut kebiasaan. Lebih dari itu. Musa mengatakan: “...jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu...” melihat itu tidak sama dengan melakukan. Kita dapat dengan mudah mengulang-ulang apa yang kita lakukan hingga akhirnya terbentuk sebuah kebiasaan. Bagaimana cara Bangsa Israel mengingat terus apa yang pernah dilihat atau disaksikan? Tentu dengan ‘mendokumentasikannya’ baik dengan cara menuliskannya, membacanya berulang-ulang, merenungkannya dan tentunya melakukannya bila hal tersebut adalah hal yang dapat juga dilakukan.
Hal kedua yang juga patut kita perhatikan adalah Musa juga ingin bangsa Israel memberi tahu kepada keturunan mereka. Bila melihat dengan mata sendiri saja, bangsa Israel masih dapat melupakan apa yang terjadi, bagaimana cara meyakinkan apa yang bangsa Israel lihat tersebut kepada anak cucu mereka? Oleh karena itu bangsa Israel butuh lebih dari hanya sekedar mengingat atau tidak melupakan dan menceritakannya kepada keturunan mereka. Bangsa Israel membutuhkan kesetiaan dalam melakukan apa yang Tuhan inginkan untuk mereka lakukan.
• Ay 10. Kata berkumpul disini memiliki dampak signifikan yaitu untuk ‘mendengar segala perkataanKu hingga mereka menjadi takut kepadaKu’ sehingga kata berkumpul disini, bukan sekedar berkumpul bersama-sama, namun berkumpul dengan sikap hati yang benar yaitu pertama-tama untuk mendengar perkataanNya. Mendengar bagi bangsa Israel bukanlah hal yang mudah dan menyenangkan karena kebebalan, keegoisan dan kehendak diri mereka sendiri. Setali tiga uang dengan umat Tuhan kebanyakan yang hidup di masa modern seperti sekarang ini. Menyediakan waktu untuk mendengar dirasa sangatlah sulit. Apalagi bagi umat yang tinggal di perkotaan yang selalu menggunakan alasan yang sama, tidak ada waktu, karena kesibukkan, kemacetan dan 1001 alasan lainnya. Oleh itu kata mendengar juga bukan berarti asal dengar, asal kedengaran, atau asal masuk telinga. Kata dengar disini menggunakan kata shama (Ibr) yang artinya lebih dari sekedar mendengar tapi memberi perhatian, mengerti, dan menaati (Ing: concerning, to listen, to understand, to obey). Bagaimana dengan sikap hati yang diinginkan Tuhan? Kata takut disini menggunakan kata yare(Ibr) yang sesungguhnya memiliki kedalaman arti yang erat hubungannya dengan rasa hormat, kagum, dan kerinduan untuk menaati (Ing: respect, honour) semua perkataanNya, yaitu dengan memberlakukan perkataanNya tersebut, dimanapun, dan kemanapun bangsa Israel pergi (14).
• Ay 6. Apa pentingnya bagi Allah membuat umatNya ‘mendengar’ dan ‘takut’. Tuhan tidak mengeluarkan perintah demi sebuah penghormatan ataupun pengankuan bahwa Dialah Allah yang basar, yang berkuasa atas segalanya. Tuhan memiiliki alasan yang tepat dalam memberikan berbagai macam perintah untuk dijalankan umatNya. Salah satu alasanNya adalah: “Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.” Yaitu untuk menjadikan bangsa Israel sebagai bangsa yang bijaksana dan berakal budi, dan bukan bangsa yang bar-bar dan bodoh di hadapan bangsa-bangsa pada waktu itu.


Panduan Diskusi:
1. Siapakah menjadi seorang penyembah itu?
2. Apa saja yang menurut anda merupakan kriteria seorang penyembah yang benar di hadapan Tuhan?
3. Bagaimana cara anda menjadikan diri anda menjadi seorang penyembah di hadapan Tuhan?
4. Menurut anda apa kesulitan dan tantangan dalam menjadi penyembah yang benar?
5. Adakah waktu yang paling tepat bagi seorang Kristen menjadi penyembah Tuhan? Dimanakah dan kapankah waktu tersebut?
6. Dapatkah anda menyebutkan apa dampak yang dapat anda rasakan dalam kehidupan anda sebagai seorang penyembah? Atau apa kira-kira “keuntungan” menjadi seorang penyembah yang benar? (Misalnya: Maz 1:1-3)
7. Bagaimana cara anda mempertahankan pola hidup sebagai seorang penyembah Tuhan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar