Kamis, 10 Maret 2011

Dengarkanlah Kristus Anak Allah Yang Terkasih

Dengarkanlah Kristus Anak Allah Yang Terkasih
Keluaran 24:12-18
Mazmur 2
2 Petrus 1:16-21
Matius 17:1-9

Apa pentingnya kita, sebagai anak-anak Allah mendengarkan Yesus? Bagaimana bila pertanyaannya saya ganti menjadi: Siapakah Yesus? “Bagaimana sih Ibu ini, siapapun tahu Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia” Apakah benar semua orang tahu? Kalau semua orang tahu lalu mengapa banyak orang yang tidak mau percaya? Bahkan kita yang adalah orang Kristen, yang juga pasti tahu bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia belum tentu percaya 100% pada Dia, yang kita panggil Tuhan itu, bukan?

Yesus adalah anak Allah. Kini bagaimana kita memperlakukan anak? Biasanya anak diperlakukan sebagai yang lebih kecil, yang tidak berpengalaman, yang tidak mampu mandiri, yang tidak seberkuasa orang tuanya. Tanpa sadar paradigma budaya kita memandang seorang anak, menghantar kita pada paradigma yang demikian pula dalam memandang Yesus. Menjadi anak bukan berarti menjadi lebih lemah, lebih kecil, lebih terbatas kuasaNya. Yesus adalah Allah bukan hanya sekedar anak Allah, tapi sungguh-sungguh Allah. Kata anak ingin menggambarkan betapa sesungguhnya Ia memiliki persamaan dengan BapaNya, dan betapa Ia memiliki hubungan yang intim dengan bapaNya. Yesus mendapat kepercayaan dan kuasa penuh dari BapaNya, bukan hanya karena Ia adalah anak, namun karena Ia adalah Allah itu sendiri. Ia ada dan telah ada sebelum manusia dijadikan. (Bdg Yoh 1:1-3)

Kini kembali pada pertanyaan awal kita? Apa pentingnya mendengarkan Yesus, Anak Allah yang Terkasih? Tentunya mendengarkan Yesus bukan seperti mendengarkan siaran radio, atau lagu favorit. Karena mendengarkan yang demikian hanya akan membawa kita mendengar dengan telinga, dan bukan mendengarkan dengan hati. Lebih lagi mendengar yang demikian adalah mendengar sesuai dengan tuntutan selera, bukan mendengar karena adanya ketergantungan yang benar,iman. Karena mendengar karena iman adalah mendengar yang membuahkan hasil dalam bentuk yang nyata bukan hanya teori atau sesuatu yang bersifat ambigu. Lalu apa pentingnya kita mendengar Yesus sebagai anak Allah:

1. Menerima kemuliaan Allah yang menjadikan kita berbeda dengan manusia lain. Keluaran 24: 16-17 Apa sih kemuliaan Allah itu? Macam apa kemuliaan Allah itu? Kata kemuliaan menggunakan kata dasar bahasa Ibrani kabod yang artinya kehormatan, (penghormatan, mendapatkan rasa hormat), keagungan, keluhuran, kemegahan, keindahan, takzim. Pertama-tama yang harus kita sadari adalah menerima Yesus sebagai Allah akan menghantarkan kita pada sikap menghormati, mengangungkan, memegahkan Allah, sebagai Tuhan dan pemilik hidup. Yang kedua, mendengarkan Allah, akan membawa kita pada kemuliaan Allah yang bertahta dalam diri kita. 2 TESALONIKA 2:14 Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita. Nah, kini apa maksudnya kita boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus? Orang orang yang memiliki kemuliaan Kristus, juga akan mendapatkan kehormatan, keindahan, kemegahan, ketakziman Kristus. Mengapa ? karena orang melihat Kristus dalam kita. Orang mendengar perkataan Kristus yang keluar dari lidah bibir kita. Orang melihat tindakan-tindakkan Kristus melalui tindakan kita. Akhirnya orang mulai bertanya, Hebat sekali orang itu, bisa sabar, bisa murah hati, bisa lembut. Kemuliaan Allah membuat kita berbeda dengan orang lain. Pernahkah anda melihat seseorang yang membuat anda kagum, sepertinya orang tersebut adalah orang yang sangat baik, sampai kita tidak mampu menyakitinya? Seperti itulah kurang lebih kemuliaan Tuhan dalam diri manusia.

2. Menjaga terang dalam hati manusia. 2 Pet 1: 19. Mendengarkan Allah akan menjadikan kita tetap menyala di tengah kegelapan yang paling pekat sekalipun. “Give me oil in my lamp keep me burning...give me oil in my lamp i’ll pray” Karena manusia hidup tidak hanya dari roti saja, tapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Sayangnya banyak manusia yang tidak sadar betapa pentingnya Firman. manusia modern lebih dikuasai dan dipengaruhi oleh geliat kehidupan yang berada di luar dirinya: pekerjaan, pakaian, ketenaran, kuasa, kehormatan, namun tidak pernah peduli betapa kosongnya dirinya. Orang tua modern lebih suka memenuhi dan memperhatikan yang kelihatan seperti kebutuhan materi, dan fisik anak-anaknya ketimbang memperhatikan dan memenuhi kebutuhan rohani dan memperhatikan perkembangan jiwa si anak. Mendengarkan Allah adalah salah satu cara manusia memperhatikan apa yang ada di dalam. Mendengarkan Allah membuat kita mengisi, melengkapi, menumbuhkan yang ada di dalam, tapi mana ada waktu. Sedangkan untuk mengisi, melengkapi dan menumbuhkan yang di luar saja masih kurang waktu. Tapi sadarkah kita bila kita tidak menyediakan waktu untuk mendengar maka, kegelapan akan dengan mudahnya menguasai hati dan pikiran kita. Bahkan bagi kita yang sudah menyediakan waktu untuk mendengar saja menjaga terang itu tetap menyala sungguhlah amat sulit, apalagi bagi kita yang tidak mau mendengar. Ingatlah hidup dalam kegelapan adalah hidup dalam maut!

3. Menghadapi ketakutan. Hidup bersama Yesus, bukan berarti rasa takut hilang. Para murid masih dapat merasakan ketakutan ketika mereka melihat Yesus dimuliakan. Mereka tersungkur dan tak mampu memandang Yesus. Sering kali hidup kita juga dirundung ketakutan. Bukan hanya ketakutan dan kekhawatiran yang biasa kita rasakan, kuatir cuaca, kuatir makanan, kuatir jabatan dll. Lalu ketakutan macam apa? Ketakutan kepada Allah. Berapa banyak dari kita memiliki rasa takut yang tidak wajar kepada Allah. loh kok? Ngak wajar? bukankah takut sama Tuhan Allah itu wajar? Hohoho..jangan salah! Takut pada Tuhan Allah memang bukan hal yang wajar, karena yang wajar adalah sikap takjub dan hormat, bukan takut. Mengapa? Karena ketakutan memiliki sifat negatif, merusak, bukannya membangun. Tapi, bukannya ketakutan dapat menjadikan manusia taat? Ketaatan yang dilandasi oleh rasa takut adalah ketaatan yang palsu, karena ketaatan yang demikian adalah ketaatan yang dijalankan karena takut akan konsekuwensinya, bukan manfaatnya. Mengapa ketakutan seperti itu bisa muncul dalam hati kita? Karena banyak dari kita menganggap bahwa Allah adalah Allah yang keras, yang kejam, Dia adalah pemberi hukuman yang tidak kenal ampun. Disinilah Yesus hendak menunjukkan bahwa Tuhan Allah bukanlah seperti yang manusia pikirkan. Dia memang Allah yang mengaggumkan, yang kekuasaan dan kekuatannya tak terbandingi oleh apapun. Namun Dia juga adalah Allah yang peduli, Allah yang lembut dan Allah yang mau berbicara dari hati ke hati, Ia adalah Allah yang mau memandang wajah kita dan memegang tangan kita. Ia adalah Allah yang mau menyentuh dan menjalin hubungan secara pribadi dengan manusia ciptaanNya. Dengan mendengar Dia, kita akan mengetahui dengan pasti siapa sesungguhnya Allah kita. Kita tidak akan dipenuhi oleh rasa takut dan gentar, namun dengan rasa sukacita yang meluap karena kasihNya. Sehingga ketaatan kita bukanlah ketaatan yang lahir dari ketakutan, tapi karena Ia mau menyapa dan mendekat sekalipun di dalam ruang yang paling gelap di hati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar