Selasa, 04 Januari 2011

Menantikan Keselamatan Dengan Damai Sejahtera Allah

Menantikan Keselamatan Dengan Damai Sejahtera Allah
Keselamatan macam apa yang sedang anda nantikan?
- Keselamatan yang biasa-biasa saja,
- keselamatan yang mudah ditemukan;
- keselamatan yang tanpa makna;
- keselamatan yang murah
- atau keselamatan yang tidak ada tandingannya sehingga kita ingin memperjuangkannya semampu, sekuat, seoptimal mungkin yang dapat kita lakukan?

Mengapa hal ini saya tanyakan kepada anda? karena tanpa anda melihat keselamatan yang sedang kita nantikan bersama itu sebagai sesuatu yang amat berharga dan tak tergantikan, anda tidak akan pernah melakukan segala sesuatu demi mendapatkannya. Karena sesungguhnya, cara pandang dan penilaian kita terhadap keselamatan yang telah dianugerahkan kepada kita itulah yang yang menentukan bagaimana cara kita menantikannya.

Anda tidak akan pernah merasa penting untuk mandi dan berias dengan sebaik dan serapih mungkin bila anda merasa orang yang akan mengunjungi anda bukanlah orang yang spesial. Tapi anda akan tampil semaksimal mungkin dengan gaun yang terbaik, termahal, dengan jas kreasi perancang busana ternama, dengan tata rias dari salon yang terkenal, ketika anda sadar bahwa dia yang akan datang adalah calon mempelai, pujaan hati kita yang sudah lama dinantikan untuk dipinang.

Keselamatan kita memang murah, tapi bukan murahan! Keselamatan kita memang diberikan secara Cuma-Cuma, tapi bukan berarti kita dapat memperlakukannya secara semena-mena. Karena sesungguhnya keselamatan diberikan kepada kita bukan karena kita pantas menerimanya, namun karena terlalu besar kasih Allah bagi kita. Keselamatan itu milik Allah dan bukan milik kita, sehingga bila Ia mau mengambilnya kembali dari kita, tentu juga menjadi hak nya. Namun kini pertanyaannya, maukah kita Allah mengambil kembali keselamatan kita?

“Wahh... kalo itu sih saya ngak mau!” kalau tidak mau
berarti kita harus dapat memaknai dengan benar keselamatan Allah itu, sehingga kita dapat menantikannya dengan cara yang benar juga. Jangan kita hanya mau keselamatanya saja namun tidak mau menjalani penantiannya. Sama seperti mau nonton di bioskop tapi ngak mau ngantri tiketnya. (walau sekarang tiket dapat dipesan via internet ato pake calo) penantian kita akan keselamatan tidak dapat diwakilkan oleh siapapun. Setiap kita dipanggil untuk menantikan keselamatan Allah secara pribadi. Kalau saja penantiannya dapat diwakilkan, mungkin Tuhan juga dapat berkata: “ keselamatannya juga diwakilkan saja yaa..”

Nah, keselamatan seperti apa sih yang Tuhan sediakan bagi kita?
Yesaya menyaksikan bahwa
1. keselamatanNya adalah keselamatan yang kekal, yang dipenuhi kemuliaan yang tidak dan belum pernah disaksikan oleh manusia.
2. Dimana penyataan Allah hadir secara sempurna. Bila Paulus mengatakan “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” Itulah sesungguhnya yang akan kita alami bersama. Allah akan hadir tepat di hadapan kita muka dengan muka. Ia bukan lagi hadir dalam rupa mungil seorang bayi yang tidak berdaya, tapi Ia akan hadir sebagai hakim dan wasit, dan padanyalah seluruh hak menghakimi dan padanyalah semua bangsa bertekuk lutut.
Apa dampaknya bagi dunia?
1. Bahwa manusia tidak lagi dapat menjadi hakim bagi sesamanya.
2. Manusia tidak lagi hidup dalam permusuhan namun kedamaian yang abadi yang tidak pernah dapat diciptakan dan dirasakan oleh ragam manusia dari segala abad dan tempat. Apa yang diidamkan manusia, yaitu kedamaian yang sejati baru dapat terwujud pada saat itu,
3. ketika Allah berdaulat penuh atas hidup manusia. Bukankah itu yang manusia harapkan? Hidup dalam kedamaian abadi, tanpa rasa takut, kuatir, tanpa adanya amarah, dendam, kepahitan, tangis dan kecewa. Namun ternyata, keselamatan bukan sesuatu yang sama sekali asing dalam kehidupan kita.
MAUUU???!! Pasti mau dimana kita hidup tanpa mengelus dada... tanpa berpikiran negatif...dsb
Keselamatan sudah dapat kita saksikan, rasakan kini, sekarang dalam dunia. Hanya saja terkadang bagi kita, kedamaian yang ditawarkan dunia jauh lebih menarik ketimbang kedamaian dari Allah.
Loh ko? Bukankah kedamaian yang ditawarkan dunia adalah kedamaian semu. Senang sekarang, maut berikutnya; Tenang sekarang, takut berikutnya. Yah... karena selera manusia tentang kedamaian berbeda dengan selera Tuhan. Manusia menyukai:
1. kedamaian yang dihadirkan oleh pesta pora,
2. kebahagiaan yang dihadirkan kemabukan,
3. kenikmatan yang dihasilkan percabulan,
4. kepuasan yang ditawarkan hawa nafsu,
5. kepuasan ketika kita memenangkan perselisihan dan
6. kesenangan ketika ada orang lain yang iri terhadap kehidupan kita.

Selain itu, tidaklah mudah mendapatkan kedamaian Allah, selama manusia masih dikelilingi kenikmatan dunia yang walau sementara namun dapat memberikan kepuasan bagi harga diri, hawa nafsu dan kemanusiaan kita. Karena kedamaian dari Allah tidak dapat datang begitu saja, bahkan kedamaian Allah biasanya dianugerahkan dan dialami manusia ketika mereka sedang berada dalam kesulitan, keterpurukan, tantangan, kegelisahan, dukacita hidup. Siapa yang mau?
Tentu kita harus berani untuk memilih! memang kenikmatan dunia layaknya jalan lurus yang lebar, tapi berujung sempit, terjal, yang menghantar kita pada kematian kekal. Sedangkan kedamaian Allah di dunia dapat dinikmati di jalan sempit, kotor, terjal, berbatu, dengan bau yang tak sedap, namun menghantar kita pada kemenangan sejati.
Kita semua sudah hampir tiba di tempat tujuan, namun persimpangan selalu ada di hadapan kita memberikan tantangan dan godaan. Sanggupkah kita melawannya? Atau kita terima godaannya dan ikuti kehendaknya. Sayangnya kapan berakhirnya perjalanan hidup kita bukan kitalah penentunya. Tapi Allah. Perjalanan dan penantian kita dapat berhenti kapanpun sesuai dengan kehendak Allah. Nah, bagaimana jadinya bila perjalanan kita dinyatakan berhenti, ketika kita sedang salah memilih persimpangan? Apa yang akan terjadi. KITA KALAH! Hidup ini layaknya permainan dengan segala tantangannya, kita bisa kalah bisa juga menang, namun tidak seperti permainan pada komputer, ketika kita salah memilih jalan, kalah, kita dapat kembali mengulang. Hidup ini tidak ada siaran ulangnya, tidak ada remedial atau ulangan ulang. Sekali salah ya salah. Untuk itu Tuhan mengajak kita untuk berjaga2. Apa artinya? Artinya bertanggung jawab atas hidup yang diberikan dan dipercayakan kepada kita.
Walau kita tahu hari ini tidak akan ada pencuri masuk ke dalam rumah kita, tapi kita tetap mengunci rumah kita bukan? Mengapa? Karena itu tindakan yang bertanggung jawab!
KEDAMAIAN SUDAH ADA DI DALAM HATI KITA RASAKAN..NIKMATI DAN ALAMI DENGANBEGITU KITA DIMAMPUKAN UNTUK MEMILIH KEDAMAIAN YANG TEPAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar