Kamis, 10 Maret 2011

Spiritual Journey

YOU FEEL THAT YOU'RE LONELY
IT DOESN'NT PROVE THAT YOU ARE ALONE
YOU FEEL THAT NOBODY WANT YOU
IT DOESN'T MEAN THAT NO ONE CARES ABOUT YOU
Lahir dan tumbuh sebagai anak tunggal, sering kali membuat saya merasa kesepian. Mungkin banyak dari Anda berpikir wahh enaknya menjadi anak tunggal karena pasti seluruh perhatian diberikan pada saya. Ya, memang tidak salah menjadi anak tunggal membuat seluruh perhatian kedua orang tua saya tertuju pada saya. Namun, tidak seperti anak tunggal yang lain, saya memiliki kedua orang tua yang ‘unik’. Mereka tidak pernah memanjakan saya.
Papa yang notabene adalah seorang tentara UN (Batalyon IV, Garuda VIII) adalah seorang yang lembut sekaligus disiplin. Pengalaman hidupnya yang keras dan penuh perjuangan, juga pergaulannya yang sangat luas menjadikan ia pribadi yang sangat terbuka. Apapun pilihan saya didukungnya. Izin untuk naik gunung setiap tahun (dan pulang dengan sedikit babak belur karena jatuh dan gigitan lintah di wajah, perut hingga kaki), mengikuti segala macam kegiatan di sekolah, hingga masuk STT Jakarta, dengan mudah saya kantongi. Hingga usianya kini, 64 tahun beliau masih berprofesi sebagai dosen di PUSDIKLAT Badan Meteorologi dan Geofisika.
Mama. Bagi saya mama adalah sosok pekerja yang tidak pernah lelah. Sejak usia muda (SMA) hingga usianya kini, 64 tahun beliau masih bekerja sebagai asisten apoteker di salah satu apotik di kawasan Green Garden. Segala macam usaha dicobanya, maklum ia lahir sebagai anak dari keluarga besar (bahkan besar sekali). Memasak, bekerja, mencuci baju, mengepel, menjahit, mengelap....dan semua (saya tegaskan: SEMUA) pekerjaan rumah tangga diselesaikannya dengan sangat sangat...baik sekali. Karenanya kami tidak membutuhkan seorang pembantu di rumah. Dengan kedua orang tua yang pekerja keras seperti mereka saya harus memilih untuk dapat juga mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sejak saya kecil. Hasilnya: saya memang tumbuh sebagai anak perempuan yang mandiri sekaligus keras kepala (karena semuanya sudah dapat dikerjakan sendiri).
Tentu bukan tanpa alasan kedua orang tua saya bekerja sedemikian rupa. Papa yang saat itu bekerja di Departemen Perhubungan dengan gaji yang ‘secukupnya’, harus membiayai saya yang bersekolah di BPK Penabur. Memang mama juga bekerja namun untuk mencukupkan segala kebutuhan hingga kami juga tetap memiliki tabungan, bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu mereka mencoba segala sesuatu untuk mencukupkan keluarga kami. Mulai dari berjualan sepatu, kaos, daster hingga makanan kecil dilakukan mama, sedangkan papa juga bekerja sebagai pelatih tenis di waktu luangnya atau setelah ia pulang bekerja. Yahh, itulah yang membuat saya benar-benar kesepian. Mama dan papa memang sangat sibuk waktu itu. Tapi, namanya anak kecil, belum dapat berpikir secara realistis membuat saya merasa tidak berharga. Lebih dari itu saya memiliki begitu banyak trauma (karena saat ini sudah tidak menjadi trauma, maka tidak perlu diungkapkan lagi ) di masa kecil saya yang membuat saya tiba pada kesimpulan semua orang tidak menginginkan saya. Saya merasa tidak disayang dan itulah awal mula pemberontakan saya.
Tidak ada kenakalan anak yang tidak pernah saya lakukan (bila saya sebutkan semuanya, mungkin buku ini akan menjadi sangat tebal, dan akhirnya anda akan berpikir untuk membatalkan saja penahbisan ini, hehehe) Saya mencoba untuk melarikan diri dari rasa kesepian saya, namun sayangnya saya salah memilih. Saya memilih untuk melakukan apa yang buruk, yang jahat, yang membuat kedua orang tua saya marah dan kecewa. Mungkin anda bertanya, apakah saya tidak pernah mendengar firman Tuhan? Apakah saya tidak pernah ke gereja? Berbicara soal Firman Tuhan, tentu saya belajar melalui pelajaran agama. Sejak TK hingga SMA saya bersekolah di sekolah Kristen yang sesungguhnya cukup untuk membuat saya mengerti siapa Yesus. Tapi yaahhh sebatas tahu saja. Kalo soal pengetahuan tentang agama, mudah sekali mendapatkannya bukan? Tapi melakukannya? Hmmm...saya akan pikir beribu-ribu kali untuk menjadi seorang Kristen. Bagaimana dengan gereja? GEREJA?! Jauh-jauh dari kehidupan saya. Saya tidak suka ke gereja, bahkan saya sangat membenci gereja. Bagi saya gereja hanya tempat anak-anak yang suka menyakiti orang lain, mereka suka mengejek, mengancam dan melakukan hal-hal yang menyakiti hati. Jadi gereja adalah tempat yang paling saya benci hingga saya beranjak remaja.

IF YOU THINK THAT YOU'RE NOTHING
BUT FOR ME YOU ARE SOMETHING BEAUTIFUL
PERJUMPAAN DENGAN TUHAN YANG MENGUBAH JALAN HIDUP
Lelah...lelah menjadi anak yang nakal, anak pemberontak, anak yang terluka...saya memutuskan untuk mengakhiri hidup. Saya benci hidup, saya benci sekolah (karena saya juga tidak punya teman, cenderung anti sosial dan kuper) saya benci semua yang pernah saya alami di manapun. Tak pelak lagi inilah saat-saat kritis dalam hidup saya, ketika saya tidak dapat menemukan satu orangpun yang berada di sisi saya. Kesepian saya sudah berada pada tingkat yang paling membahayakan. Tangis sudah tidak mampu membuat saya lega, malah dalam tangis munculah berbagai ide perbuatan bodoh yang mungkin akan membuat saya mati muda. Tapi disitulah saya menemukan Tuhan!! Di tengah derai air mata yang tak kunjung berhenti saya mendengar suara Tuhan dengan lembut berkata dalam hati dan pikiran saya: “Aku mengasihimu. Sekalipun semua orang menolakmu, Aku mengasihimu, dan untuk itu Aku mau mati bagimu.” Tidak pernah ada kalimat yang begitu indah mengisi relung batin saya yang kosong selain apa yang saya dengar dan imani sebagai suara Tuhan menyapa saya malam itu. Di sanalah letak perjumpaan yang mengubah seluruh jalan hidup saya dan disanalah perjalanan saya mencari Tuhan dimulai.
Hari demi hari saya belajar untuk membuka Alkitab dan membacanya. Dan saya sungguh dibuatnya terkejut. Apapun pertanyaan saya waktu itu dijawab-Nya dengan cara yang luar biasa melalui Alkitab. Kesadaran saya bahwa Tuhan sedang menggiring saya kedalam rancangan-Nya yang indah menjadikan saya luluh, tak berdaya dibuatnya, menyerah, dan memberikan diri saya untuk ‘digiring-Nya’ kemanapun Ia membawa saya.
YOU THINK THAT YOU CAN'T DO ANYTHING
BUT YOU CAN DO A LOT OF THINGS WITH ME
MAUKAH ENGKAU MELAYANIKU?
Seperti yang saya ungkapkan sebelumnya, gereja bukanlah tempat yang saya sukai. Hingga perjumpaan dengan Tuhan saya alami, gereja tetap belum menjadi pilihan saya untuk dikunjungi. Apalagi untuk bekerja secara fulltime di tempat itu. Aduhhhh, ga mungkin dehhh!!! Tapi ternyata saya sadar, bahwa saya tidak akan pernah dapat melawan kehendak Tuhan, lebih lagi bila itu sudah digariskan oleh-Nya.
Pemanggilan saya dimulai dari sebuah kunjungan saya ke rumah salah satu tetangga saya yang seusia dengan saya. Dalam kunjungan saya tersebut ia memperlihatkan sebuah selebaran yang diterimanya siang itu. Saya membacanya sebagai sebuah iklan untuk penerimaan mahasiswa baru dari sebuah STT di Jakarta, STT RII. Dia bertanya pada saya perihal keinginannya untuk masuk ke sekolah tersebut. Jawab saya: “Yah terserah kamu, kalau kamu rasa itu adalah yang terbaik, masuk saja.” Sepulangnya saya dari rumahnya, entah mengapa, hati saya jadi tidak karuan. Saya merasa selebaran itu ditujukkan untuk saya, bukan untuk tetangga saya, dan saya mengutarakan perasaan saya tersebut pada mama. Namun beliau tidak terlalu merespon karena mungkin pikirnya, saya masih labil soal menentukan kemana saya ingin melanjutkan kuliah. Apalagi saat itu saya ditawari beasiswa untuk masuk ke sebuah universitas swasta untuk mengambil jurusan komputer akutansi. Malam itu adalah malam pergumulan saya yang pertama.
Suatu saat, beberapa hari kemudian, hmmmm....sebelumnya saya ingatkan bahwa anda boleh percaya boleh juga atas kisah yang saya beritakan ini, tapi bagi saya ini adalah awal perjalanan, pergumulan dan perjuangan iman saya hingga hari ini anda membaca kisah saya. Beberapa hari kemudian ketika saya sedang belajar untuk ujian, saya dikejutkan kembali oleh suara yang dengan lembut menyapa dan bertanya: “Yael, maukah kamu melayani-Ku penuh waktu?” Kaget, binggung...semuanya bercampur aduk dalam benak dan hati saya dan saya mulai bertanya dalam hati benarkah semua ini, apakah ini hanya khayalan saya atau memang saya mendengar ada suara yang bertanya pada saya. Yang saya lakukan saat itu adalah berdoa, bertanya dan meminta tanda lebih lanjut untuk panggilan ini. Kalau ini memang panggilan Tuhan maka saya yakin Tuhan akan membukakan banyak pintu dan memberikan banyak kunci untuk membukanya. Dan Ia sungguh melakukannya!!
Tidak sampai 1 menit selesai saya berdoa, seorang kerabat, yang adalah ibu dari Pdt. Cipto M. Sapangi menghubungi saya dan bertanya akan kesiapan saya menjadi seorang mahasiswa teologi dan kesiapannya untuk mendukung saya dalam pilihan saya itu. Terkejut, itulah respon saya saat itu, tak mampu berkata, hanya mampu menangis dan mengucap terima kasih. Ternyata Tuhan tidak berhenti sampai di situ. Ia memberi lebih dari cukup tanda, pintu dan kunci yang paling tepat untuk membukanya.
LISTEN TO THE WORD I SAY
THAT I WILL ALWAYS BY YOUR SIDE
STT JAKARTA VS DUTA WACANA VS STT RII
Memilih sekolah teologi mana yang saya inginkan bukanlah hal yang mudah bagi saya. Saya tidak punya informasi sama sekali tentang STT mana yang terbaik, kelebihan dan kekurangannya. Pdt. Evelyn Yudiarti dan Pdt. Linna Gunawan adalah dua orang yang paling menolong saya menentukan pilihan yang terbaik. STT Jakarta menjadi pilihan saya. Dan tahukah anda pilihan saya itu membawa saya pada perbedaan pendapat dengan seorang kerabat yang pada saat itu berjemaat di salah satu gereja Bethel. Baginya STT Jakarta bukanlah pilihan tepat. Saya yang tidak tahu-menahu hanya mampu setuju dengannya. Tapi entah mengapa Tuhan menutup semua jalan bagi saya untuk memilih STT yang lain selain STT Jakarta. Dengan segala desas-desus, keburukan yang saya dengar tentang sekolah tinggi teologi tersebut, saya memutuskan untuk tetap memilh STT Jakarta sebagai tempat saya belajar. Dengan itu mama harus rela (walaupun lebih banyak bersusah hati karena harus melepas anak tunggalnya) membiarkan saya masuk dan menjadi mahasiswa teologi di tempat itu. Saya yakin apa yang Tuhan pilihkan bagi saya adalah pilihan yang terbaik bagi saya, tentunya tanpa merendahkan sekolah lain. Tapi karena saya yakin bahwa di tempat inilah Tuhan akan menempa, membentuk dan melengkapi saya menjadi pribadi yang tangguh dan bertanggung jawab.
Suatu saat dalam doa saya mendengar dalam hati dan pikiran saya bahwa Ia berjanji tidak akan pernah meninggalkan saya , dan akan senantiasa memegang tangan saya selama saya berada dalam jalannNya. Itulah yang membuat saya semakin yakin atas pilihan ini. Dan sekali lagi Tuhan membuktikan bahwa pilihan-Nya adalah pilihan yang terbaik!

YOU MEAN EVERYTHING TO ME
THAT I WILL NEVER LEAVE YOU
CAUSE I LOVE YOU SO
TULANG RUSUK
Seorang kekasih diberikan kepada saya sejak semula saya memasuki panggilan ini. Saya menyebutnya tulang rusuk saya, karena memang Tuhanlah yang memilihkannya bagi saya (mau cerita lengkapnya silahkan diunduh www.kambinggunungdantulangrusuk.blogspot.com). Tanpa beliau (dan tentunya tanpa Tuhan) saya tidak akan sampai pada hari ini. Bagi saya dialah yang paling mengerti susah payah, pergumulan dan perjuangan saya berada di jalan yang UNIK ini. Dengan dialah saya menjalani hari-hari yang berat, yang menyakitkan, menyebalkan dan menguras air mata selama 5 tahun berkuliah di STT jakarta, dan 3 tahun setelahnya. Bersama dia jugalah saya menikmati banyaknya mujizat, berkat, dan jalan keluar dari masalah yang tidak pernah saya bayangkan terjadi dalam hidup saya sebelumnya. Kini, bersama dialah saya juga akan menghabiskan sisa hidup saya. Tuhan sungguh baik, bahkan sangat baik!
SEORANG SAHABAT YANG LAIN: PDT. HARRY KURNIAWAN DANI
Tuhan tidak pernah membiarkan saya sendiri, ia memberikan seorang sahabat yang luar biasa. Saya yang dapat dikatakan tidak pernah memiliki sahabat hingga duduk di bangku SMA, kini memperoleh kesempatan untuk menikmati yang saya namakan persahabatan yang terbaik yang pernah saya alami. Ia memberi 2 orang sahabat terbaik saya sepanjang perjalanan hidup saya hingga kini, Ebed Yosua Lamorahan, yang tak lain adalah suami saya, dan Harry!
Bersama beliau saya menjalani hari-hari di kelas, menjadi panitia selama lima tahun di STT Jakarta, di setiap event, di bidang yang sama: DEKORASI! Itulah yang membuat saya lulus dari STT Jakarta dengan predikat: tukang listrik, tukang kayu, tukan cat, tukang pohon, dan tukang segala-galanya. Bekerja mendekor aula STT Jakarta dengan dana yang sangaaaatttt terbatas hingga malam tak kunjung membuat saya lelah karena beliau selalu punya cara yang luar biasa membuat saya tersenyum. Di situ ada Yael di situ jugalah Harry berada. (kecuali toilet). Tak heran banyak adik kelas kami yang menyangka kami adalah sepasang kekasih.
Kehadirannya bagi saya layaknya air yang memberikan kesejukan tanpa batas, memberi saya semangat dan sukacita menjalani berat dan bosannya perkuliahan. Hingga kini, beliau sudah berkeluarga, dan menjadi seorang pendeta Gereja Kristen Pasundan, persahabatan kami masih seperti dulu. Saya dapat katakan bahwa saya sungguh bangga dan bersyukur punya sahabat seperti beliau! Thanks Harry!! thanks juga Irene yang tetap mengijinkan saya bersabat dengan suami terkasihnya! Tentunya terimakasih Tuhan yang telah mengasihi saya sedemikian rupa melalui mereka berdua.
WHEN I SAY THAT I LOVE YOU
IT'S MEAN I GIVE THE BEST FOR YOU
WHEN I SAY THAT I LOVE YOU
I WILL GIVE EVERYTHING FOR YOU
GKI KAVLING POLRI
Perjalanan saya di GKI Kavling polri juga termasuk tak terduga. Lulus pada tahun 2007 dari STT jakarta, ketika semua teman-teman seangkatan masih dapat bernafas setelah ‘kerja rodi’ selama 5 tahun, seorang pendeta datang menghampiri saya ketika saya sedang bertugas menjadi notulis di Persidangan MKJB di tahun yang sama. Mungkin anda sudah dapat menebak siapakah beliau. Ya! Pdt. Santoni mengajak saya untuk ‘bantu-bantu’ (yang berakhir dengan ‘terjebaknya’ saya  yang saya imani bukan kebetulan) di GKI Kavling Polri, khususnya untuk pelayanan remaja dan pemuda karena adanya kekosongan pembina.
Keras dan sulit, itulah perasaan yang saya alami ketika memasuki masa ‘diperbantukan’ saya di sana. Bagaimana tidak, saya, yang baru lulus ini, harus menggantikan sosok pembina sebelumnya yang sudah sangat senior dan berkualitas. Tahu apa yang saya rasakan? Saya seperti orang asing yang tidak tahu bahasa, kebudayaan, kebiasaannya. Intinya, saya seperti orang bodoh. Tidak mudah untuk membuat mereka menerima kehadiran saya di tengah-tengah mereka. Di tengah kebimbangan (karena saat itu saya juga diperhadapkan dengan pilihan GKI Kayu Putih sebagai tempat yang sudah dipersiapkan Sinode), saya ingat Firman Tuhan yang menyatakan, “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda...tapi jadilah teladan.” Yups...saya sadar bahwa mereka tetap akan menganggap saya masih hijau dan tidak berpengalaman bila saya tidak mampu menunjukkan keteladanan.
SUUUUSAAAHHHHH!! Apa yang mereka harapkan dari seorang remaja berusia 24 tahun? Itulah pikiran saya. Saya masih belum mau serius, masih pengen main, tapi sudah dituntut sedemikian rupa. Kembali, saya diyakinkan bahwa apapun proses yang harus saya alami di sini adalah bagian dari pembentukan dan cara Tuhan melengkapi dan mengasihi saya. DANNN KEMBALI IA BUKTIKAN BAHWA SAYA TIDAK SALAH MEMILIH, DAN PILIHANNYA ADALAH YANG TERBAIK!
3 tahun lebih saya melayani di GKI Kavling Polri, dan tahukah saudara GKI Kavling Polri adalah tempat yang palinggg tepat bagi saya untuk BELAJAR! Belajar mengendalikan diri, belajar sabar, belajar mengasihi dengan tulus, belajar mengampuni, belajar berbela rasa, belajar untuk mengerti sebelum dimengerti, belajar bahwa hidup ini indah oleh karenanya kita patut mensyukuri setiap kesempatan dan anugrah yang datang dalam hidup kita. Dia sungguh memberikan segala sesuatu yang saya perlukan bagi masa depan saya.
NO MORE FEAR ABOUT THE FUTURE
AND BLAME FOR THE PAST
I'LL GIVE EVERYTHING WHEN I SAY THAT I LOVE YOU
DARI INDONESIA KE NEGRI PAMAN SAM.
Menjadi delegasi GKI untuk event besar seperti Konfrensi Gereja-gereja Reform se-Dunia, bukanlah impian saya. Terbersitpun tidak! Tapi Tuhan beri saya kesempatan besar itu melalui Pnt. Rumeser, Pdt. Santoni, Pdt. Lazarus Purwanto, Pdt Jusak Soleeman, Pdt. Stephen Suleeman, Pdt. Kuntadi Sumadikarya, Pdt. Arliyanus Larosa, Pdt. Mungki A. Sasmita dan Pdt. Lindawati Chong.
Saya tidak akan sampai pada pengalaman yang demikian, bila Tuhan tidak pernah membentuk saya melalui kedua orang tua saya yang luar biasa, berbagai pengalaman pahit, pedih, sakit, dikecewakan, dikhianati, difitnah yang saya alami di masa lalu saya. Saya yakin ini bukanlah pengalaman yang dibentuk oleh kebetulan semata atau kesempatan yang datang tiba-tiba. Namun melalui perjalanan panjang yang terangkai dari masa lalu hingga masa kini, yang telah dirancangkan-Nya jauh sebelum saya dibentuk.
Dia meremukkan saya untuk membentuk saya menjadi pribadi yang lebih mengasihi-Nya, mengasihi ciptaan-Nya, dan mengasihi hidup yang sudah Ia karuniakan. Tuhan selalu punya cara untuk meyakinkan saya bahwa pilihan-Nya tidak salah, pilihan-Nya tidak kurang suatu apapun, pilihan-Nya adalah yang terbaik.
Kini, saya sadar tugas dan tanggung jawab yang ada di pundak saya semakin besar dengan menjadi pendeta dan menjadi salah satu Executive Committee dari badan dunia baru WCRC selama 7 tahun ke depan. Entah perjalanan seperti apa yang Tuhan rancangkan bagi saya di tahun-tahun ke depan, tapi yang saya yakini adalah RANCANGANNYA BUKAN RANCANGAN SAYA, DAN JALANNYA BUKANLAH JALAN SAYA, TAPI JALAN DAN RANCANGANNYA ADALAH YANG TERBAIK BAGI SAYA. JADI...IA PASTI MEMAMPUKAN SAYA DI TENGAH KETERBATASAN DAN KELEMAHAN SAYA SEBAGAI MANUSIA.
Takut? Kuatir? Ragu? Masih dapat saya rasakan tapi itu sama sekali tidak membuat saya ragu bahwa masa depan saya ada pada tangan yang tepat! Tuhan sendiri.
“Memohonlah agar engkau dimasukkan kedalam daftar pemaksaan Tuhan,
yang Kehendaknya Tak Dapat Diingkari untuk kebahagiaan dan kesejahteraanmu”
(Mario Teguh)

I WANT YOU TO KNOW THAT I DIED FOR YOU
I WANT YOU TO KNOW THAT I'LL GIVE ALL MY LIFE FOR YOU
WHEN I SAY THAT I LOVE... SAY THAT I LOVE YOU

1 komentar: