Waktu Tuhan
Kej 24: 1-27
- berbicara soal waktu Tuhan sama dengan berbicara tentang ketidakpastian yang pasti. Karena waktu Tuhan tidak pernah dapat dibatasi oleh situasi dan kondisi. Waktu Tuhan juga tidak pernah dapat diprediksi, waktu yang bisa melampaui rasionalitas seorang manusia. Oleh karena itu ketika kita menunggu waktu Tuhan, kita harus memiliki kesabaran dan penyerahan diri yang total. Hal itulah yang dimiliki Abraham sejak ia diminta untuk pergi dari tanah kelahirannya hingga menanti anak yang dijanjikan hingga menentukan siapa yang berhak dipinang oleh ishak. Disinilah iman bertindak. Menanti tentu bukanlah hal yang disukai oleh sebagian besar orang, apalagi ketika harus menunggu hal yang tidak pasti. Oleh karena itu iman diperlukan agar dalam menunggu kita tetap yakin bahwa Tuhan akan selalu menepati waktuNya, sehingga yang tidak pasti menjadi sesuatu yang pasti, pada akhirnya.
- berbicara soal kepastian, sering kali kita merasa keputusan yang kita ambil sendiri jauh lebih pasti daripada harus menunggu. Padahal dengan menunggu kita dapat dipastikan akan mendapatkan yang terbaik. Seperti nabi Yesaya mengatakan bahwa rancangan kita tidak sama dengan rancanga Tuhan, begitu juga dengan cara kita. Manusia sering kali lebih memilih apa yang ia inginkan dan bukan yang Tuhan inginkan, wajarkah? Wajarlah, siapa yang tidak ingin memiliki istri cantik, seksi, pintar dan kalo bisa kaya, begitu juga kaum perempuan yang mendambakan laki-laki mapan, mandiri, setia, tampan, pujaan banyak perempuan (walaupun banyak juga yang tidak menginginkan istri atau suami yang cantik atau tampan karena ketakutan, dilirik, bahkan dicuri orang lain). Menunggu waktu Tuhan juga berarti ketika kita memberi Tuhan kesempatan untuk dapat berkarya dalam setiap kehidupan pribadi kita. Tentu bukan hanya mencari pasangan hidup, kita melibatkan Tuhan bukan, tapi dalam segala hal. Dengan melibatkan Tuhan dalam segala perkara kita, kita akan diberikan kesempatan untuk mendapat bukan hanya yang baik tapi yang terbaik, dengan kriteria Tuhan. Masalah timbul disini, yaitu ketika, dalam pandangan kita apa yang disediakan Tuhan kurang atau bahkan tidak cocok bagi kita. Manusia lebih suka untuk mendapatkan apa yang memuaskan hati dan pikirannya, termasuk juga apa yang diinginkan tubuhnya. Sedangkan Tuhan bukannya tidak memperdulikan apa yang diingikan pikiran, hati dan tubuh manusia, namun lebih dari itu, Tuhan memperhatikan apa yang sering kali luput dari mata manusia. Walaupun bukan berarti ketika kita meminta dan Tuhan memberikan yang terbaik itu maka kita tidak akan pernah lagi menghadapi kesulitan, tantangan bahkan masalah, tidak!!! Masalah akan selalu ada. Apalagi dengan pasangan. Setiap kita berbeda, sesuatu yang berbeda tentunya perlu proses untuk dapat bersatu, bukan hal yang mudah. Namun jangan kemudian kita berkata: “ ya udah sama aja kan, mendingan ga usa nunggu waktu Tuhan.” Tetap tidak sama, bukan pada perkara menunggunya, tapi proses dan tujuan, yaitu menjadikan diri kita menjadi lebih baik. Anda tentu tidak akan pernah membayangkan bila anda diperkenankan untuk melalui proses yang dirancakan sendiri oleh Tuhan bagi anda akan membawa hasil yang luar biasa. Karena setiap karya Tuhan adalah Masterpiece. Termasuk rancangan kehidupan anda. Tentunya, dengan juga perlu mengingat bahwa bukan Tuhan yang mengendalikan hidup kita. Pilihan tetap ada pada kita dan bukan Tuhan, karena bila Tuhan yang menentukan, maka tidak ada bedanya kita dengan pion catur.
- tentunya menunggu waktu Tuhan bukan perkara yang mudah untuk dikukan mengingat kita adalah manusia yang terbatas. Terbatas oleh ego dan keinginan pribadi, terbatas hikmat dan pengetahuan tentang yang baik atau yang tidak. Oleh karena itu menunggu juga memiliki ‘kerugian’ (walau sebenarnya tidak dapat dikategorikan sebagai kerugian, bahkan keuntungan dan anugerah, bagi kita untuk dapat belajar akan hidup ) apa sih kerugiannya... belajar dari Abraham, apa yang dianggap kita kerugian dalam perjalanan hidupnya?
· Abraham harus memberi diri pada situasi yang tidak pernah ia bayangkan dan mungkin harapkan.= yaitu ketika kita dibawa keluar dari impian kita sebagai manusia yang seringkali mendatangkan perasaan tidak aman dan nyaman
· Abraham harus menunggu tanpa kepastian hingga waktu yang juga tidak dapat dipastikan = untuk mendapatkan janji Tuhan, pada waktu yang sudah Tuhan tentukan baginya, ia harus menunggu, belajar bersabar dan berpengharapan termasuk juga belajar beriman.
· Abraham harus mengabaikan dan bahkan mengorbankan keinginan dan kepentingannya sebagai seorang ayah untuk menentukan yang terbaik bagi anaknya. Ketika Abraham harus menaklukan keinginnannya di bawah kehendak Tuhan
· Bahkan dalam perjalanannya Ishak untuk dapat meminang Ribka, ia juga harus mengalami penipuan, ia juga harus bekerja keras selama bertahun-tahun bukan satu dua tahun bahkan 7 tahun. Tentunya tidak banyak waktu bagi Abraham untuk dapat menyaksikan janji Tuhan: menjadikan keturunannya menjadi bangsa yang besar dan bahkan berpengaruh bagi dunia, nyata ada di hadapannya.
Untuk bisa bertahan menanti waktu Tuhan seperti yang dilakukan Abraham tentu bukan perkara sederhana. Karena tidak sembarang orang mampu bertahan dalam ketidakpastian. Namun itu semua bukan karena iman Abraham lebih dari iman kita, atau Abraham lebih suci dibanding kita. Karena sebenarnya iman yang dikaruniakan pada kita adalah iman yang adalah anugrah, jadi kita sekalipun dapat menanti seperti Abraham. Dan untuk itu, disinilah kita kembali mengambil peran: yaitu dengan mendoakan dan menggumulkannya. Belajar mendengar dan mencari kehendak Tuhan dalam hidup kita, bukan hanya kehendak dan keinginan kita. Apa pentingnya berdoa dan bergumul? Yaitu untuk dapat menyaring dan memisahkan kehendak kita dan kehendak Tuhan. Sering kali kita tidak dapat membedakan apa yang menjadi kehendak kita dan kehendak Tuhan, bahkan sering juga kita mengklaim kehendak kita sebagai kehendak Tuhan. SO:
- jangan pernah ragu untuk meminta petunjuk atau tanda dari Tuhan. Memang banyak orang berpendapat meminta petunjuk atau tanda kepada Tuhan sama dengan menguji Tuhan!! Jawaban saya tergantung apa motivasi kita? Untuk mendapatkan yang terbaik atau hanya ingin menguji Tuhan. Meminta tanda dan petunjuk adalah hal yang lazim dilakukan oleh para nabi, agar apa yang dilakukannya atau dikatakannya sungguh merupakan kehendak Tuhan dan bukan hanya emosi atau keinginan diri sendiri. Apa jadinya kalau kita terlalu PD dengan klaim kita dan nyatanya kita salah mengambil jalan?
- Tunggu juga menjadi resep jitu dalam menanti waktu Tuhan. Tuhan tentunya bukan seperti pelayan Mc Donald yang dalam waktu beberapa menit saja, pesanan kita langsung tersaji hangat di hadapan kita. Ini yang disebut orang: “ Kalo Tuhan sudah berkehendak yah mau dibilang apa” statement yang sama juga terlontar ketika hal tidak berjalan seperti yang kita inginkan termasuk perceraian, sehingga klaim tersebut bisa menjadi pembenaran bagi kita. Iman kita mengajak kita juga berkata “Insya Allah” atau kalo Tuhan berkehendak, tapi bukan untuk membenarkan tindakan kita yang salah. Oleh karena itu menunggu waktu Tuhan juga berarti meyakini apapun yang terjadi, adalah waktu yang tepat bagi kita. Karena apapun yang terjadi dapat Tuhan gunakan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Tuhan tentunya punya alasan yang mungkin tidak kita mengerti, namun itulah proses terbaik yang harus kita lewati bersama...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar