Yer 24: 1-10; Phk 5: 18
Pertanyaan refleksi:
- bagaimana hidup yang berbahagia itu?
- apa yang dimaksud dengan menikmati hidup?
- bagaimana seseorang dapat dikatakan menikmati hidup?
- bagaimana supaya dapat hidup berbahagia dan menikmati hidup?
Apakah kita sekalian adalah orang-orang yang berbahagia? Kalau ya, kenapa kita disebut sebagai orang yang berbahagia? Apa sih berbahagia itu? KBBI mencatat bahagia sebagai:
· perasaan atau keadaan senang senang (puas, lega, tanpa rasa susah, kecewa, tidak kurang sesuatu apapun, dalam keadaan baik (baik itu keuangan, kesehatan dan lain sebagainya) dan tentram (rasa aman, damai) (bebas dari segala yang menyusahkan),
· beruntung=> murah rezeki, mujur, tidak pernah tertimpa kemalangan, pun ada kemalangan unjungnya pasti beruntung lagi.
Bila kita menggunakan definisi manusia untuk memahami kebahagiaan maka, mungkin yang terjadi adalah tidak ada satu orang manusiapun yang bahagia di dunia ini. Coba kita telaah makna kata senang. Adakah diantara kita yang sekarang ini sudah merasa puas? Puas akan segala sesuatu, puas akan hidup yang sedang dijalani, akan keadaan baik itu keadaan pribadi, keluarga, termasuh masyarakat, politik, budaya dan lain sebagainya? Adakah dari kita yang benar-benar hidup lega? tanpa rasa susah, tidak pernah mengalami kecewa, dan merasa tidak kurang suatu apapun dalam hidup? Coba kita telaah juga arti kata tentram. Tentram memiliki arti damai dan aman, bebas dari segala sesuatu yang menyusahkan hidup kita. pertanyannya adalah, adakah dari antara kita benar-benar merasa damai, aman dan bebas dari segala sesuatu yang mengancam hidup kita?
Apa jawaban kita dari pertanyaan-pertanyaan tadi? Ya atau tidak. Kemungkinan banyak dari kita yang menjawab Tidak. Salahkah? Tidak bapak ibu sekalian. Sebagai manusia jawaban tidak adalah jawaban yang manusiawi, normal. Setiap kita pasti memiliki rasa takut, pernah merasa kecewa, dan terkadang juga marah terhadap keadaan yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan, oleh karena itu kita juga sering kali tidak puas terhadap keadaan, orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua, pasangan terhadap pasangannya, jemaat terhadap pendetannya dan juga sebaliknya, masyarakat terhadap pemerintah dan juga begitu sebaliknya. Banyak dari kita juga belum bisa merasa aman, ketika berada sendirian di malam yang gelap, dan banyak preman, ketika kita berada di dalam taksi sendirian dan dibawa ke tempat yang tidak kita kenal. Ketika anak kita belum pulang hingga tengah malam dan tidak ada kabar sama sekali darinya. Ketika harga bahan pokok terus melambung sedangkan pendapatan tidak kunjung betambah. Ketika ingin membeli makanan yang murah dan aman untuk dikonsumsi sedangkan banyak ditemukan penggunaan bahan kimia berbahaya pada makanan di pasaran. Bagaimana kita bisa tenang? Bisa merasa aman? Belum lagi rezeki yang kian menipis, cobaan dan kemalangan yang terus datang menghampiri kehidupa kita.
Ya bapak ibu sekalian, kita tidak akan pernah menjadi orang yang bahagia ketika kita menggunakan kacamata, atau ukuran manusia untuk mencapai kebahagiaan, apalagi bila kita diminta untuk menikmati hidup Siapa dari kita yang tidak ingin bahagia? Setiap kita pasti ingin bahagia. Setiap kita juga pasti ingin menikmati hidup? Masalahnya terkadang, kita manusia menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan hidup semata. Banyak juga yang menilai kebahagiaan dengan menggunakan tolak ukur materi. Itulah yang membuat manusia menjadi gelap mata demi mencapai kebahagiaan dan memperoleh kenikmatan hidup. Kita sering kali melakukan apapun demi mencapai apa yang kita idamkan, termasuk melakukan apa yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Peristiwa Senin kemarin di Pasuruan bisa menjadi gambaran manusia yang haus akan kebahagiaan. Demi uang 30.000 manusia dapat menjadi serigala bagi manusia yang lain. Saling sikut, saling injak, saling pukul menjadi hal yang biasa dilakukan demi kebahagiaan dan kenikmatan hidup. Apakah kebahagiaan seperti itu yang kita cari? Atau jangan jangan kita sebenarnya tidak tahu makna kebahagiaan sesungguhnya?
Hari ini kita akan belajar bersama apa itu kebahagiaan yang sejati dari Yeremia dan pengkhotbah:
· Yer 24: 5-7 "Orang-orang yang telah Kubiarkan diangkut ke Babel itu Kuanggap seperti buah ara yang bagus-bagus ini; karena itu Aku, TUHAN, Allah Israel, akan memperlakukan mereka dengan baik. 6 Aku akan menjaga mereka dan membawa mereka kembali ke negeri ini. Aku akan membangun, bukan meruntuhkan mereka; Aku akan menanam, bukan mencabut mereka. 7 Aku akan memberikan kepada mereka hasrat untuk mengerti bahwa Akulah TUHAN. Maka mereka akan menjadi umat-Ku, dan Aku menjadi Allah mereka, karena mereka akan kembali kepada-Ku dengan sepenuh hati. kitab Yesaya menceritakan bahwa, kebahagiaan yang sejati akan diperoleh bila kita memiliki ketaatan penuh kepada Tuhan. Di dalam ketaatan kepada Tuhan, manusia akan menemukan kedamaian yang utuh, mengapa, karena ia tahu dengan pasti bahwa Tuhan akan selalu menajdi Tuhan yang mengasihi mereka, dan akan selalu menjadi Tuhan yang memberikan apa yang terbaik bagi umat yang mengasihiNya. Ia adalah Tuhan yang memperlakukan umatNya dengan baik, yang akan selalu menjaga umatNya dimanapun, kapanpun. Tuhan tidak akan mengubah hutan rimba menjadi taman yang indah. Namun Ia adalah Allah yang akan menemani kita berjalan dalam lekamnya hutan rimba dan akan membawa kita keluar dengan selamat dari hutan rimba itu. Oleh karena itu taat disini tentunya bukan hanya patuh, mematuhi perintah, menjauhi larangan, lebih dari itu ketaatan kita kepada Tuhan harus juga disertai dengan penyerahan diri secara total.=>( ketika kita menyerahkan segala kekuatiran kita tentang masa depan, akan harga barang yang terus menanjak, akan musim hujan yang akan membawa banjir kembali, akan anak kita yang sudah beranjak dewasa, akan apapun yang menjadi kekhawatiran kita) Disitulah letak kebahagiaan. Mengapa kita tidak bahagia? Karena kita belum benar-benar berserah kepada Tuhan. Apa lagi yang perlu kita khawatirkan apabila kita yakin dan percaya bahwa Tuhan berada di pihak kita? Apa lagi yang membuat kita takut dan merasa tidak aman, bila Tuhan yang langsung menjaga kita dan bukan yang lain. Manusia mungkin tidak bisa kita andalkan, tapi Tuhan sudah pasti dapat kita andalkan, sehingga ketika kita berjalan bersama Tuhan sesungguhnya tidak ada yang perlu kita khawatirkan.karena Dialah sumber kebaikan dan kebahagiaan manusia.
· Phk 5:18 Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya. Pengkhotbah memiliki definisi lain tentang kebahagiaan. Bagi pengkhotbah seseorang yang bahagia adalah seseorang yang berbahagia atas seluruh hidup dan segala yang ada padanya yaitu ketika kita makan, minum dan menikmati hasil kerja kita selama hidup pendek yang diberikan Allah kepada kita. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, baik itu susah maupun senang, baik itu sehat maupun sakit, baik itu dalam suka maupun duka, itu semua adalah anugerah yang harus diterima dan disyukuri. Beryukur menjadi sesuatu yang mudah ketika segala sesuatu berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan, ketika kita mendapat berkat, kesempatan, namun bersyukur menjadi sesuatu yang amat sulit ketika masalah dating menghampiri hidup kita, ketika orang yang kita kasihi pergi meninggalkan kita, ketika musibah datang menghampiri hidup kita.
Bersyukur memang bukan sesuatu yang mudah untuk dijalankan walaupun mudah untuk dikatakan. Namun bersyukur adalah kunci kebahagiaan. Bersyukur mengajak kita untuk menerima segala sesuatu dengan hati yang lapang maka kita memberikan kesempatan bagi kebahagiaan untuk masuk ke dalam hati kita. bersyukur juga mengajak kita untuk melihat segala sesuatu dengan cara pandang yang positif. Bersyukur memampukan kita melihat kesulitan sekalipun, sebagai karunia, pemberian Tuhan yang mendewasakan, melatih, menguji (bukan mencobai) serta mendekatkan kita kepada Tuhan.
Hari ini kita diajak untuk melihat kebahagiaan dari sudut pandang yang berbeda. Kebahagian datang bukan semata-mata selalu dari hal yang menggembirakan dan menguntungkan menurut dunia. Karena kebahagiaan sesungguhnya tidak tergantung pada kondisi, tidak tergantung pada situasi, tapi kepada seberapa besar kita mau taat, menerima dan berserah kepada Tuhan. Dengan begitu kita akan mampu menikmati hidup yang dianugerahkan kepada kita, dan tidak akan pernah menyesal ataupun kecewa terhadap hidup. Karena Tuhan sesungguhnya tidak pernah mengecewakan. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar