Kel 16: 2-15
Maz 105: 37-45
Fil 1: 21-30
Mat20:1-16.
Pertanyaan:
- mengapa manusia pada umumnya sering bersungut-sungut?
- apa keuntungan dan kerugian (dampak) dari bersungut-sungut?
- salahkah kita bila bersungut-sungut?
- apakah bersungut-sungut dapat mengubah keadaan?
Apa sih arti sesungguhnya dari bersungut-sungut? (KBBI=comel, menggerutu) berungut-sungut bisa dilakukan dengan cara mengeluarkan kata-kata yang tidak keruan maksudnya, dan biasanya timbul karena rasa marah, dongol, tidak suka, tidak puas akan keadaan atau peristiwa yang dialaminya dan lain sebagainya. Mengerutu ini biasanya bersifat spontan, karena bisanya juga diakibatkan oleh hal-hal yang bersifat spontan dan tidak diperkirakan, misalnya: kemacetan tiba-tiba yang ditimbulkan oleh kecelakaan, atau oleh karena ada mobil pejabat melewati jalan tersebut; ketika ada pasangan yang hendak menikah, namun karena banjir melanda ibukota, maka acara pernikahan dari pemberkatan hingga resepsi harus dibatalkan; ketika kita sampai di kantor ternyata ada barang yang tertinggal di rumah, sedangkan barang itu adalah barang yang sangat penting, map untuk meeting misalnya; atau ketika ingin makan sesuatu yang sedang diidamkan, ternyata restoran favorit kita itu itu tutup karena bulan puasa.... atau bisa juga kita bersungut-sungut karena merasa tidak diperlakukan dengan adil, merasa kebutuhannya tidak dipenuhi, merasa tertipu atau dikhianati, walaupun pada kasus-kasus seperti ini perasaan yang timbul lebih kepada marah daripada hanya kesal namun gerutu tetap menjadi bagiannya.
Hal-hal tersebut diatas adalah hal-hal yang sering kali datang dan pergi dalam kehidupan kita. Bahkan hal-hal diatas adalah hal-hal yang mungkin bisa kita alami setiap harinya dalam kehidupan kita, karena tentunya segala sesutau tidak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan, bahkan terkadang melenceng jauh dari apa yang diperkirakan. Bila melenceng-nya menjadi lebih baik mungkin kita akan bersukacita, namun bila melenceng menjadi lebih buruk dari yang kita harapkan, disinilah kita mulai menggerutu, dan bersungut-sungut. Oleh karena itu bersungut-sungut sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan kita setiap hari. Masalahnya adalah mengapa kita harus bersungut-sungut? Apakah boleh kita bersungut-sungut, toh dengan bersungut-sungut kita tidak akan dapat mengubah keadaan dan situasi yang harus dihadapi. Bersungut sungut memang menjadi sesuatu yang sangat manusiawi, namun apakah sikap tersebut memiliki dampak pada sikap iman kita seharusnya? Wah untuk tahu itu maka kita akan belajar bersama dari bacaan kita hari ini:
Kel 16:2-15, mengajak kita berkaca akan kehidupan kita yang sering kali tidak lepas dari kegiatan ‘bersungut-sungut’. Kisah ini adalah kisah bangsa Israel ketika mereka telah keluar dari tanah mesir selama kurang lebih 2 bulan. Dapat dibayangkan keadaan mereka pada saat itu, mungkin perbekalan yang selama ini menopang kehidupan mereka mulai menipis, bahkan sudah habis. Kira-kira apa yang terjadi bila perbekalan habis, sedangkan mereka berada di tengah padang gurun yang bisa dikatakan ‘ganas’, yang begitu panasnya ketika siang hari danj begitu dinginnya ketika malam hari. Saya memiliki pembantu yang kini telah bekerja di Arab Saudi. Disana ketika musim panas datang air dari keran bisa untuk menyeduh kopi, sedangkan ketika musim dingin datang, perapian tidak kunjung padam sedetikpun. Untuk menahan panas dan dingin yang begitu menyengat dan membekukan tulang maka mereka harus memiliki pakan yang cukup untuk dapat terus dapat bertahan hidup, tidak mengherankan menu yang kerap kali dsajikan khususnya di musim dingin bisa ber’nampah-nampah’. Untuk sekali makan mereka bisa memasak 20 ekor ayam hanya untuk kurang lebih anggota keluarga berjumlah 6 orang.
Tentunya dapat kita bayangkan dalam keadan seperti itu , banyak hal yang bisa terjadi, termasuk kanibalisme (manusia memakan manusia lain untuk mempertahankan hidup), karena ketika perut kosong, maka manusia sulit bahkan tidak bisa berpikir lagi dengan akal sehat, yang diandalakan adalah naluri untuk bertahan hidup. Tidak mengherankan bila bangsa Israel menjadi bersungut-sungut dan mengeluh. Secara politis mereka menjadi bangsa yang bebas, bangsa yang merdeka, tidak lagi menjadi budak, tapi apa gunanya bebas bila sebagai manusia toh mereka tidak bisa menikmati kebebasan yang ada pada mereka. Mereka menjadi kelaparan, bahkan mereka menuduh Musa ingin membunuh mereka dengan membiarkan mereka kelaparan.
Apakah Tuhan ingin bangsa yang begitu dikasihiNya menderita? Saya rasa tidak. Tuhan adalah Allah yang Maha Kasih, hanya saja Ia tahu bahwa bangsa yang Ia kasihi ini belum siap menjadi bangsa yang besar dan bahkan menjadi berkat bagi segala bangsa. Mereka masih menjadi bangsa yang bermental budak. Oleh karena itu Tuhan ingin mendidik dan membentuk mereka, bukan membiarkan mereka berada dalam derita dan kebebalan. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah ini adalah:
· Kel 16: 4. Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak. Sering kali kita menganggap baik itu musibah, persoalan, pergumulan, hal yang tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita sebagai manusia, sebagai sesuatu yang menyusahkan yang membuat hidup kita tidak bersukacita, tidak berbahagia, dan penuh kekesalan. Namun bila kita menggunakan kacamata Tuhan untuk melihat segala persoalan yang menghampiri hidup kita, maka yang akan kita temukan adalah a gift, hadiah dan karunia Tuhan bagi dan dalam hidup kita. Fil 1:29Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia. Bila Tuhan mempercayakan begitu banyak perkara bagi kita yang nampaknya semakin sulit untuk kita hadapi maka bersyukurlah! Karena berarti TUHAN melihat kita bertumbuh semakin dewasa. Seorang Ibu tidak akan memberikan bubur terus menerus, ketika ia tahu bahwa anaknya sudah mulai memiliki gigi untuk mengunyah. Seorang anak yang senang bermain game ia akan semakin senang bila ia dapat menyelesaikan setiap level dan terus naik pada level berikutnya, yang tentunya memiliki tingkat kesulitan yang semakin tinggi. Tuhan menggunakan segala persoalan dalam hidup kita untuk mendewasakan, meningkatkan derajad, harkat, martabat, kita sebagai manusia. Karena kita adalah gambar dan rupaNya, tentunya Ia ingin kita memiliki kualitas yang baik sebagai manusia, yaitu manusia yang tidak hanya tahu akan apa yang baik dan yang jahat berdasarkan hukum yang berlaku, namun mewujudnyatakan hukum tersebut dalam hidup mereka. MASALAHNYA: sering kali kita tidak suka, karena dengan begitu, kita harus mengeluarkan energi lebih, kemampuan lebih dan berarti kita belajar untuk keluar dari zona aman dan nyaman kita sebagai manusia.
· Kel 16: 7 “Dan besok pagi kamu melihat kemuliaan TUHAN, karena Ia telah mendengar sungut-sungutmu kepada-Nya. Sebab, apalah kami ini maka kamu bersungut-sungut kepada kami?"8 Lagi kata Musa: "Jika memang TUHAN yang memberi kamu makan daging pada waktu petang dan makan roti sampai kenyang pada waktu pagi, karena TUHAN telah mendengar sungut-sungutmu yang kamu sungut-sungutkan kepada-Nya apalah kami ini? Bukan kepada kami sungut-sungutmu itu, tetapi kepada TUHAN." Ketika kita mulai bersungut-sungut dalam hidup kita atas segenap persoalan yang datang dalam hidup kita, atau kepada sesama manusia, entah itu kepada anak-orang tua-pasangan-sesama anggota jemaat-pendeta kepada jemaatnya dan sebaliknya, maka sesungguhnya kita sedang bersungut-sungut kepada Tuhan dan bukan kepada manusia, karena siapakah kita sesama manusia? Kita ini hanya alat Tuhan, bukan berarti kita robot atau boneka Tuhan tapi kita sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan Tuhan. Manusia itu tidak pernah bisa menolong dirinya sendiri tanpa Tuhan dalam hidup mereka. Adalah kesalahan besar bila manusia merasa bahwa mereka bisa hidup tanpa Tuhan. Manusia tidak akan pernah bisa hidup tanpa Tuhan. Karena Ia menciptakan kita begitu baik, maka kita dimampukan untuk meakukan apapun yang kini kita bisa lakuakan sebagai manusia.
· Kel 16: 9-109 Kata Musa kepada Harun: "Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Marilah dekat ke hadapan TUHAN, sebab Ia telah mendengar sungut-sungutmu." 12 "Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu." Adakah kita merasa bahwa ketika kita bersungut-sungut kepada Tuhan, berarti kita belum mengenal dengan benar siapa Allah kita? Karena bila kita sungguh mengenal Dia yang telah memberikan segalanya bagi kita, bukankah berarti kita juga mengenal bahwa Dia adalah Allah yang penuh kasih dan tidak akan sekalipun membawa kita kepada jurang yang tidak dapat terlewati, bukankah berarti kita juga mengenal bahwa Dia adalah Allah yang selalu memberikan rancangan yang terbaik dalam hidup kita bukan hanya yang baik melainkan yang terbaik bagi kita. Tidak mengherankan ketika rasul Paulus yang telah mengenal siapa Tuhan dalam hidupnya sanggup berkata: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Fil 1:21. Mati memang menjadi keuntungan bagi setiap kita yang beriman kepada Kristus, namun bukan berarti Rasul Paulus ingin mengakhiri hidupnya. Karena baginya hidup adalah milik dan bagi Kristus. Apapun yang bisa ia lakukan untuk memuliakan Kristus dalam hidupnya akan ia lakukan. Dan itu semua ia lakukan karena ia sungguh tahu dan kenal siapa Tuhan yang ia sembah dan percaya.
· Mat 20:12 katanya: Mereka yang masuk terakhir ini hanya bekerja satu jam dan engkau menyamakan mereka dengan kami yang sehari suntuk bekerja berat dan menanggung panas terik matahari.13 Tetapi tuan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari?” Memang apa yang diceritakan pada matius 20 ini terkesan tidak adil ya? Tapi Tuhan bukan Tuhan yang tidak adil justru ia adalah Tuhan yang sangat adil. Perikop ini juga jangan kita salah artikan dengan kemudian mengatakan “ Ya udah, karena sama upahnya, ntar aja saya pelayanannya, siangan dikit, atau sorean dikit, pas udah deket gajian” itu sama saja dengan makan gaji buta. Tuhan tidak ingin kita seperti itu. Apa yang kita tabur itulah yang kita tuai. Sayangnya tidak semua dari kita mampu bersikap perti Paulus, yang mau memberikan segala-galanya bagi Kristus tanpa menunda sedikitpun, bahkan Petrus pun pada awalnya bertanya: Mat 19:27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" banyak dari kita yang bersikap seperti Petrus yang bertanya:” Tuhan saya udah kasih segala-galanya buat Tuhan, apa yang Tuhan bisa beri buat saya?” kisah ini mengingatkan kita akan apa yang niasa kita lakukan untuk Tuhan yaitu: kita selalu meminta lebih!!! Dalam kisah inipun kita diajak untuk melihat seberapa besar hati kita sungguh kita letakan bagi Tuhan, bukan seberapa lama sudah klita melayani Tuhan. Orang yang sudah puluhan tahun melayani sekalipun bila ia hanya melayani karena mengharapkan Tuhan membalas pelayanannya, maka sesungguhnya yang dilakukannya bukanlah pelayanan, melainkan keterpaksaan.
Betapa Tuhan pemurah bagi kita, adakah diantara kita melihat pemulung atau pengangguran yanga da di jalan, mengajaknya untuk bekerja di tempat kita? tidak kan? Segala pikiran negatif telah hadir di benak kita bahkan sebelum keinginan untuk mengajaknya bekerja itu muncul. Tapi Tuhan mengajak setiap orang, Ia tidak pernah berpikir bahwa orang ini akan makan gaji buta nantinya atau bermalas-malasan. TIDAK!! IA SUNGGUH MENJADI ALLHA YANG BEGITU PEMURAH BAGI HIDUP MANUSIA. MASIHKAH KITA PANTAS BERSUNGUT-SUNGUT ATAS APA YANG TELAH IA LAKUKAN DALAM DAN BAGI KEHIDUPAN KITA? HANYA KITA YANG SANGGUP MENJAWABNYA!!! AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar