Tujuan dan hakekat pernikahan Kristen
- Kejadian =>memenuhi bumi
- Kejadian =>untuk menjadi satu tubuh: inilah tulang dari tulangku dan daging dari dagingku, saling melengkapi, Menjadi satu tubuh berarti melekatkan diri (attach to each other), bukan menjadi tergantung, tapi menyatukan perbedaan menjadi sebuah kesatuan tubuh yang utuh. Dengan begitu, maka pernikahan sudah seharusnya menciptakan sebuah sinergi, dan bukan malah mengurangi kekuatan masing-masing. =>PLATO tentang bagaimana laki-laki dan perempuan diciptakan: bahwa pada awalnya laki-laki dan perempuan adalah seorang manusia yang memiliki 2 wajah, 4 tangan dan 4 kaki. Manusia ini sama sekali tidak memiliki kekurangan apapun. Ia menjadi makhluk yang sungguh sempurna. Karena memiliki 4 kaki manusia tidak pernah jatuh saat ia berjalan atau berlari. Karena memiliki 4 tangan maka ia mampu melakukan segenap pekerjaan dengan kecepatan tinggi. Karena ia juga memiliki 2 pikiran(otak) maka kecerdasannya juga menjadi luar biasa. Ketika dewa-dewi melihat hal itu, mereka menjadi sangat iri dan marah, sehingga dewa- dewi memutuskan untuk memisahkan manusia menjadi 2 makhluk yang masing-masing hanya memiliki 2 tangan, 2 kaki, satu wajah dan satu pikiran. Dan sejak itulah manusia disebut laki-laki dan perempuan. Laki-laki dan perempuan menjadi makhluk yang jauhh dari sempurna. Karena mata yang mereka miliki hanya sepasang, mereka menjadi tidak sewaspada dulu. Ketika berjalan atau berlari mereka kerap kali kehilangan keseimbangan, ketika bekerja, pekerjaan menjadi lebih lambat. Pikiran juga semakin terbatas. Walaupun mereka telah terpisah, masing-masing dari mereka tetap memiliki keinginan untuk mencari belahan jiwa yang hilang. Dan bersatunya jiwa mereka diwujudnyatakan melalui aktivitas seksual. (jadi disini kita juga memahami bahwa aktivitas seksual bukan semata-mata adalah aktivitas untuk rekreasi ataupun prokreasi, namun terutama adalah ketika 2 jiwa yang tadinya terpisah itu dapat, menyatu kembali. Jadi, seks dan seksualitasnya semata-mata bukan hanya untuk mencapai kepuaasan seksual (orgasme) tapi bagaiamana laki-laki dan perempuan dapat menyatukan kekuatan yang ada dalam diri masing-masing untuk menjadi sempurna satu di dalam yang lain.
- Kejadian => untuk menjadi rekan, perempuan jadi sang penolong, laki-laki pemimpin. Tidak ada yang lebih tinggi kedudukkannya. Yang ada adalah perbedaan pembagian tugas. Menjadi pemimpin bukan berarti lebih tinggi kedudukkannya. Menjadi penolong juga bukan berarti lebih kuat. Oleh karena itu baik perempuan maupun laki-laki harus terlebih dahulu memahami siapa, dan bagaimana dirinya diciptakan Tuhan. (Laki-laki diciptakan sebagai protector, sedangkan perempuan diciptakan sebagai stabilitator. Laki-laki dan perempuan memang sudah pada hakekatnya berbeda, baik dalam hal tubuh, pikiran, dan jiwa. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing: tubuh, emosional, penggunaan otak dan lain sebagainya.) bila laki-laki dan perempuan tidak memahami dengan benar siapa mereka. Maka mereka tidak akan dapat menjadi satu tubuh. Karena (red: satu tubuh tidak hanya semata mata melakukan hubungan seksual dan memiliki anak yang sedebut darah daging). Sayangnya, ketika laki-laki dan perempuan ini menjadi satu, banyk dari antara mereka tidak mampu melakukan tugasnya dengan baik, dan bahkan banyak diantara mereka yang tidak mengetahui apa fungsi mereka bagi pasangan masing-masing. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila masih banyak laki-laki dan perempuan merasa dibeda-bedakan, karena banyak yang tidak mengerti bahwa mereka memang sesungguhnya berbeda. Perempuan harus dapat menempatkan dirinya sebagai perempuan dan menyadari apa kekuatannya, begitu juga sebaliknya laki-laki. Sehingga tidak ada tumpang tindih dan saling mengambil alih pekerjaan dan tanggung jawab.
Paulus=> hubungan laki-laki dan perempuan digambarkan sebagai hubungan antara tubuh dan kepala. Antara Kristus dan gereja. laki-laki adalah pemimpin perempuan, pemimpin yang melindungi dan pemimpin yang mengasihi seperti Kristus mengasihi gerejaNya. Perempuan haruslah tunduk kepada suaminya, seperti ia tunduk kepada Kristus (berarti ada tuntutan kepada laki-laki untuk terus berusaha hidup seperti hidup Kristus, dan bukan hidup semaunya). Kepala tanpa tubuh tidak ada artinya dan tubuh tanpa kepala juga mati hakekatnya. Dalam hubungan pernikahan yang benar, laki-laki tanpa perempuan tidak ada artinya begitu juga sebaliknya. Laki-laki dan perempuan harus saling menghormati tugas dan tanggung jawab yang Tuhan anugerahkan kepada mereka.
Cara mencapai pernikahan yang berkenan kepada Tuhan
Pertama tama tentu kita perlu mengetahui apa saja yang kita butuhkan dalam hubungan laki-laki dan perempuan dalam sebuah pernikahan:
- kesatuan pikiran (the unity of mind): tentang uang, keluarga, teman komunikasi, minat
- kesatuan tubuh (the unity of your body: giving your selves to each other as male and female): formative experience early in life, masa remaja, komitmen dan fidelity, level intimasi (keintiman:kemesraan, kedekatan), kesiapan menjadi orang tua. Mesra=lekat benar, merasuk, sangat erat, sangat mendalam, berpadu,menyerap. Kemesraan bukan hanya sentuhan, belaian yang dikaitkan dengan kedekatan fisik. Namun kemesraan adalah bagaiamana pasangan mampu memahami dengan sangat mendalam pasangan masing-masing dengan ditandai dengan hubungan yang erat, berpadu (kopi= yang menyatu tetapi tetap dapat dibedakan identitas dirinya, dan menghasilkan sesuatu yang baru yang lebih baik dari sebelumnya.) kedua hal ini biasanya menjadi perhatian utama untuk diperhatikan oleh sepasang kekasih saat mereka berencana untuk membangun sebuah keluarga. Karena kedua hal tersebut adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan seorang manusia. Namun bila pasangan kekasih ini hanya berkutat di kedua masalah itu, dan mereka melupakan sesuatu yang sebnarnya jauh lebih penting dnajauh lebih mendasar dalam sebuah hubungan maka, keutuhan hubunganlah yang dipertaruhkan.
- kesatuan jiwa (soul united in marriage): membangun pondasi spiritual, pernikahan sebagai pelayanan yang saling menguntungkan (mutual ministry), communicating upward-tegether (kehidupan doa), menemukan ‘gereja’mu sendiri dalam rumah (persekutuanmu dengan Tuhan dalam keluarga, konsep pelayanan dalan keluarga, persekutuan yang saling mengingatkan, saling menegur dan membangun), kesatuan jiwa hingga maut memisahkan kita.
Mengenal, memilih, mendapatkan pasangan hidup yang tepat:
- membuka diri: dengan membiarkan Tuhan memberikan yang terbaik dalam hidup kita: tidak segan meminta apa yang kita inginkan, tentunya yang rasional. Tidak mengeraskan hati alias keukeuh atas apa kita punya mau. Dengan bersikap seperti itu berarti kita telah membatasi pekerjaan Tuhan. Dengan meminta yang terbaik dari Tuhan, bukan berate juga kita nggak berusaha mencari, seperti menunggu berkat turun dari langit ke tujuh. Tapi hendaklah kita juga mendoakannya kepada Tuhan. Jangan juga segan meminta kepastian dari Tuhan, baik melalui perasaan atau apapun tanda yang kita ingin Tuhan untuk berikan kepada kita(tentu dengan motovasi yang benar dan bukan Karena kita ingin mencobai Tuhan.
- Doa dan gumulkan. Tentu ini telah menjadi bagian terpenting dalam segala hal, tidak hanya mencari pasangan hidup saja, tapi mencari pkerjaaan, sekolah dan lain sebagainya. Kenapa ini menjadi sesuatu yang penting untuk kita lakukan. Karena seringkali, walaupun kita sudah minta yang terbaik dari Tuhan, kita terus mnyelipkan apa yang kita mau di dalamnya. Sehingga kita tidak akan mudah membedakan mana yang dari tuhan atau yang masih menjadi bagian nafsu atau keinginan kita. (red; nafsu dan keinginan harus dibedakan coy) kepastian itu penting! Bila kita sungguh ingin mendapatkan apa yang sesuai dan yang terbaik menurut Tuhan.(belajar dari perjuangan para nabi: co ingit jangan pernah segan meminta apa yang baik dari Tuhan, karena Tuhan akanmemberikannya kepada orang yang takut akan Dia.
- Tunggu!! Banyak pemuda remaja nggak mau menunggu! Padahal Alkitab berkata, segfala sesuatu akan indah pada waktuNya. Dan bukan waktu kita. Waktu Tuhan dan waktu kita sangangat berbeda. Menunggu adalah bagian dari iman percaya kita sama Tuhan. Bahwa yang terbaik pasti akan dapatkan dalam hidup kita asal kita sungguh-sungguh menggumuli dan mendoakannya. Tuhan buka tuhan yang budeg. Ia Tuhan yang sangat tahu apa yang kita ingikan, dan terutama Ia adalah Tuhan yang tahu persis apa kebutuhan kita sebagai manusia yang saling melengkapi.
Cara berpacaran yang benar untuk mendapatkan pernikahan yang ideal:
Apa sih pernikahan yang ideal itu?
- tentu bukan pernikahan yang tanpa konflik. Dimanapun pernikahan pasti ada konflik, walaupun satu tubuh pasti ada perbedaan. Misalnya manusia sakit perut. Yang merasakan semua bagian tubuhnya kan dan bukan hanya perutnya saja bukan? Mengapa karena pada dasarnya manusia ini adalah lemah. Tubuh kita ini fana, gak kekal. Dan harus kita akui bahwa perbedaan dapat menimbulkan konflik berkepanjangan bila kita tidak mau mengatasi perbedaan itu dengan baik.
- Pernikahan ideal itu adalah pernikahan dimana pasangan yang terlibat di dalamnya dapat bertumbuh dan saling menumbuhkan. Bukan saling mengurangi potensi masing-masing, malah seharusnya dalam pernikahan yang ideal, masing-masing individu harus dapat berkembang. Bukan juga segala diperbolehkan sehingga kehidupan keluarga ditinggalkan dan akhirnya berantakan. Pernikahan ideal adalah saling mengisi dan saling mendukung. (red: ingat tugas masing-masing, sebagai pemimpin dan penolong) pertumbuhan yang terjadi tentunya bukan hanya pertumbuhan financial, tetapi segala sesuatu misalnya: kesabaran, saling pengertian, saling memahami, spiritualitas, kualitas kerja sama dan lain sebagainya.
Nah kalo penikahan ideal seperti diatas, maka apa yang perlu kita lakukan semasa pacaran
- motivasi yang benar! Tanpa motivasi yang benar dalam berpacaran, kita hanya akan membawa hubungan pacaran sampai batas mengenal bukan komitmen. Akhirnya sering kali kita mendengar mereka berkata: uda ga ada kecocokan lagi, setelah gw tau kebiasaan buruknya gw jadi il fil, dan lain sebagainya. Motivasi yang benar saat berpacaran adalah untuk berkomitmen dan bukan untuk senang- senang saja. Tidak mengherankan banyak pasangan muda yang sudah gonta ganti pacar belasan hingga puluhan kali. Tuhan memberikan masa pacaran untuk saling mengenal dan bukan untuk melampiaskan kesepian. Bukan juga dari pada ngejomblo terus. Bukan juga dari pada jadi perawan tua atau perjaka tua. Tapi uintuk saling mengenal satu dengan yang lain. Mengenal tentunya bukan hanya tau nama, kebiasaan, hal yang disukai dan tidak disukai, tapi terutama adalah memberi diri untuk menerima. Dalam mengenal tentu kita akan melihat begitu banyak perbedaan dan yang tepat adalah bagaimana kita memahami mengelola dan mengkolaborasi perbedaaan yang ada.
- landasan yang kuat: spiritualitas yang benar. Karena tujuan manusia berpacaran yang sebenarnya adalah untuk menukah maka landasakanlah juga pacaran kita di dalam Tuhan selayaknya pernikahan yang dikuduskan dan diberkati oleh Tuhan. Biasakan berdoa bersama saat pacaran. Biasakan juga saling mendoakan satu dengan yang lain. Biasakan berdiskusi tentang makna TUHAN dalam sebuah hubungan, bagi pribadi masing-masing dan bagaimana membangun keluarga yang berkenan di hadapan Tuhan. Jangan anggap ini sebagai sesuatu yang tidak penting, karena mendiskusikan peran Tuhan adalah mencari bagaimana kita ingin membawa hubungan yang sudah ada ini.
- saling menegur dan menasihati
- terbuka: bukan buka-bukaan, tapi terbuka tentang masa-masa pahit, manis, kenangan buruk dan lain sebagainya. Tentunya keterbukaan ini hanya diperoleh ketika pasangan sudah dapat saling mempercayai satu dengan yang lain.
- evaluasi. Saling mengevaluasilah, apa yang sudah kita perbuat selama 1 bulan, tahun… ini. Apa yang masih harus aku tingkatkan? Apa yang harus pasangan tingkatkan? Apa yang harus kita lakukan supaya hubungan menjadio lebih baik lagi… dan lain sebagainya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar