Merasa Benar di Jalan Yang Salah
Yoh 14:6
1 Yoh 4:1
Roma 12:2
“Teologi abu-abu” pernah mendengarnya? Ya itu judul sebuah buku yang ditulis oleh seorang hamba Tuhan yang berpendapat bahwa Teologi Abu-abu adalah posisi theologi kaum pluralis. Karena teologi yang mereka bangun merupakan integrasi dari pelbagai warna kebenaran dari semua agama, filsafat dan budaya yang ada di dunia. Alkitab dipakai hanya sebagai salah satu sumber, itupun dianggap sebagai mitos. Dari perpaduan multi kebenaran ini, lahirlah theologi abu-abu, yaitu teologi bukan hitam, bukan juga putih, bukan teologi Kristen, bukan juga theologi salah satu agama yang ada di dunia ini. Inilah teologi abu-abu yang dengan bangga ditawarkan oleh kaum pluralis, sebagai teologi yang sempurna dan sangat tepat untuk menjawab persoalan fenomena pluralitas agama dan budaya di dunia. Menurutnya,teologi ini sedang meracuni, baik agama Kristen, maupun semua agama, dengan cara mencabut dan membuang semua unsur-unsur absolut yang diklaim oleh masing-masing agama. Dia berpendapat bahwa kaum pluralis sedang bermimpi untuk mengulangi keindahan taman Eden, dan membangun kembali menara Babel (Utopia).
Kini, kita juga tidak dapat memungkiri kita hidup dalam dunia yang abu-abu, yang memutarbalikan yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Kita hidup dalam dunia yang nyaris dan bahkan telah membuat kita bertindak, berpikir seperti dunia bertindak dan berpikir. Yang baik jadi jahat, yang jahat jadi baik; yang normal jadi tidak normal dan begitu juga sebaliknya. Akhirnya membuat kita merasa benar di jalan yang salah. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
HIDUP DALAM DUNIA MEMBUAT KITA BIASA HIDUP DENGAN CARA DUNIA. Hidup dalam dunia tanpa dipengaruhi dunia sangatlah sulit, karena untuk menjadi warga dunia kita juga harus memiliki kriteria yang tepat hingga kita dapat di terima oleh dunia. Misalnya: kita tidak akan menggunakan daster saat kita pergi ke kantor, atau menggunakan kaus singlet ketika kita memimpin rapat di perusahaan kita. Kita tidak makan batu atau biji-bijian, karena itu adalah makanan burung dan ayam bukan manusia. Apa yang terjadi bila kita melakukannya? Kita akan dianggap makhluk aneh, tidak biasa! Bahkan mungkin kita akan menjadi tikus percobaan oleh Ilmu pengetahuan.
Kuncinya adalah BIASA. Dunia berkata MENYONTEK, MENYUAP, MENYOGOK, itu biasa. Maka kita akan berlaku seperti apa yang biasa dunia lakukan. Sehingga kita dengan mudah mengatakan “Semua orang melakukannya kok! Kenapa saya tidak boleh.” Ingat bagaimana perasaan anda ketika anda pertama kali mencontek? TAKUT. Jawaban yang sama juga saya peroleh ketika saya bertanya kepada seorang gadis belia tentang perasaannya pertama kali melakukan hubungan seks di luar nikah. Takut! Tapi bagaimana perasaannya setelah dua, tiga, sepuluh bahkan lebih? Jawabannya adalah BIASA.
Orang-orang yang biasa akan jadi terbiasa. Orang orang yang terbiasa akan menjadikan dirinya tajam pada satu sisi dan tumpul pada bagian yang lain. Tapi bukankah pisau yang baik harus memiliki syarat seperti itu, tajam di satu sisi dan tumpul di sisi yang lain? Memamg benar, tapi bagaimana bila tajam dan tumpul di sisi yang salah? Dapatkah ia menjadi pisau yang baik? Atau dia hanya akan melukai dirinya sendiri. Begitulah orang-orang yang terbiasa dengan dosa. Perlahan tapi pasti ia akan menggiring dirinya kepada kematian.
Untungnya kita bukan hanya menjadi warga dunia, tapi kita dipilih dan dipanggil untuk menjadi warga kerajaan Allah. Apa dampaknya? Kita diperhadapkan dengan kriteria menjadi warga kerajaan Allah yang sama sekali berbeda dengan Kriteria yang diharapkan dunia, bahkan kriteria yang saling berlawanan satu dengan yang lain. Kini tugas kita adalah memilih! Kita akan ada di dalam dunia, tapi tidak serupa dengan dunia. Bagaimana? Apakah saya tidak disebut orang aneh nantinya?
1. Roma 12:2 “...berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Kata kunci yang pertama adalah berubahlah. Paulus menggunakan istilah Methaphor yang artinya adalah perubahan dari bentuk satu ke bentuk yang lain, namun Metafor adalah perubahan yang sama sekali berbeda dengan sekedar bentuk seperti air menjadi uap, es, atau sebaliknya. Adakah seekor kupu-kupu dapat berubah kembali ke bentuk ulat? TIDAK. Ya! Itulah perubahan yang dimaksud oleh Paulus. Perubahan yang benar2 berubah bukan karena tempat, situasi, dan kondisi. Perubahan yang 180 bukan 360 derajat. Kata kunci ke dua adalah oleh pembaharuan budimu. Paulus menggunakan kata nous yang berarti pikiran atau mind. Tahukah anda betapa bahayanya sebuah pikiran? Dari pikiran timbullah berbagai rancangan jahat. Oleh karena itu Paulus dalam 2 KOR 10:5, mengingatkan bahwa pikiran kita harus ditundukkan di dalam Kristus. Agar apa? Agar Kristus yang memegang kendali atas pikiran kita dan bukan diri kita sendiri atau iblis. Ketika Kristus sudah benar-benar menguasai pikiran kita, maka apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna menjadi pilihan kita. Lebih dari itu, ketika kita memilih apa yang salah, maka Dia sendiri yang akan menolong kita keluar dari pilihan tersebut dan kembali kepada pilihan yang tepat. Jadi berubalah oleh pembaharuan budimu artinya berubahlah dan engkau pasti berubah bila engkau telah dibaharui Kristus.
2. 1 Yoh 4:1 Ujilah tiap roh. Ujilah tiap perkataan. Ujilah tiap tindakan. Ujilah tiap pilihan...karena tidak semua perkataan, tindakan, pilihan, roh berasal dari Allah sendiri, tapi dari Nabi-nabi palsu yang pergi ke penjuru dunia. Apa tandanya anda menjawab soal ulangan dengan benar semua? Hasilnya bukan? 100, sempurna. Nah, kini Apa tandanya bahwa perkataan, tindakan, pilihan anda tepat atau benar di mata Tuhan? Hasilnya juga bukan? Hasil yang membuat diri kita dan orang lain lebih baik, lebih berkualitas, lebih meningkat dalam kasihnya, imannya, pengharapannya kepada Tuhan dan bukan kepada yang lain. Gimana caranya? Lihat buahnya!!! Kalo pohon kita adalah pohon yang baik, maka buahnya juga baik! Tapi bila pohon kita adalah pohon yang buruk maka buahnya buruk! Kini, lihat, rasakan, renungkan: apakah yang kita perbuat itu adalah sesuatu yang mendatangkan sukacita, damai, kasih, pengendalian diri...dkk (Gal 5:22)
3. Yoh 14:6. “Mengubah Tuan hidup kita dari diri kita sendiri kepada Tuhan susah...menguji tiap roh juga susah, ga bisa deh!” terlalu ambigu, terlalu rohani, susah untuk direalisasi. Yakin susah? Susah sih iyaa... tapi kalo mau ngak ada yang susah!! Yesus sudah membuktikannya dengan hidupnya. Maka dekat-dekatlah dengan Dia, bergaullah dengan Dia, teladanilah hidupNya, bacalah kesaksian hidupNya. maka tidak ada pilihan yang salah pilih lagi, tidak ada merasa benar di jalan yang salah. Kenapa karena Yesus sudah jadi cermin kita! Anytime, kita bis belajar dan bercermin pada kehidupan Yesus. Gelang WWJD, jangan Cuma dijadikan fashion!! Karena itu pengingat kita sebelum bertindak! Apa yang Yesus lakukan bila Ia berada dalam keadaan seperti saya? Belajar dariNya maka hidupmu akan menuju kepada keselamatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar