Bertahan di Tengah Dunia Yang Membenci Kebenaran
Matius 5: 10-12
10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.
Apa pendapat Saudara tentang ucapan bahagia menurut Yesus ini? Adakah dari kita yang mengatakan bahwa kotbah Yesus adalah kotbah yang tidak masuk akal, tidak humanis, dan tidak normal bagi manusia. Ya! Termasuk saya pernah mengatakan yang demikian. Siapa yang mau dianiaya. Mendengar seorang pendeta dianiaya karena berkotbah di gereja yang sedang disengketakan saja sudah bikin merinding apalagi menyerahkan diri secara sukarela untuk dianiaya. Anda dan saya mungkin akan lebih memilih mencari cara untuk tidak mengungkapkan kebenaran bila dengan mengungkapkannya hidup kita bahkan orang-orang yang kita kasihi terancam.
Tapi...ternyata sesuatu yang pernah saya anggap tidak masuk akal ini, menginspirasi banyak orang Kristen, termasuk para rasul dan bapa-bapa gereja hingga jemaat2 Tuhan di berbagai tempat dan benua di seluruh penjuru dunia ini. Begitu menginspirasinya hingga mereka begitu rela dan sukacita melakukannya. Meskipun mereka harus menderita, dikejar, dimasukkan ke dalam penjara, diancam untuk dibunuh hingga benar-benar dibunuh, mereka menjalaninya dengan penuh harapan. Bagi kita yang tinggal di jaman modern sekarang ini mungkin akan menyebut mereka sebagai orang –orang sakaw, atau orang orang yang putus asa. Lebih baik mati!
Pertanyaannya adalah mengapa? Mengapa mereka mau? Apakah yang mereka berikan sepadan dengan yang akan mereka terima? Memangnya apa yang akan mereka terima? Apakah yang akan mereka terima adalah sesuatu yang benar-benar nyata? Atau hanya ilusi bahkan mimpi? Menerima uang atau rumah, atau harta benda lainnya akan menjadikannya hal yang sepedan bagi banyak orang, tapi Kerajaan Allah? Apa yang membuatnya menjadi sepadan?
Tentunya kerajaan Allah disini bukanlah kerajaan Allah yang anda bayangkan layaknya sebuah kastil yang dikelilingi oleh taman yang berbunga beserta aliran air jernih dengan bebatuan mulia yang membuatnya nampak sangat mewah dan berkilau. Kerajaan Allah juga bukan soal tempat yang aman, yang membuat kita merasa hommie karena dijaga oleh pasukan malaikat Allah, yang akan menjamin kehidupan yang bebas dari kejahatan, kriminalitas, perampokan, dan semua yang membuat hidup menjadi penuh dengan ketakutan, alias nyaman selama-lamanya. Bukan juga karena yang namanya kerajaan Allah yang pasti berkelimpahan, maka hidup kita juga akan berkelimpahan, kaya, makmur, hingga turunan keberapapun...
Lalu seperti apa kerajaan Allah yang diidamkan para rasul, Bapa Gereja dan sedikit pengikut Kristus ini? Hal pertama yang harus kita sadari adalah kerajaan Allah bukanlah tempat. Bukan juga lokasi dan bangunan yang mewah dan megah. Kerajaan Allah adalah soal eksistensi Allah yang membentuk sikap hati yang benar, yang kuat, yang positif, yang membawa kedamaian dan sukacita. Dan hal tersebut tidak akan pernah terwujud tanpa menjadikan Allah sendiri sebagai pemerintah di dalamnya, karena kerajaan Allah juga adalah keadaan dimana Allah berperan sebagai pemimpin, raja, Tuhan dan penguasa baik pikiran hati dan tubuh.
Nah, bila hal itu memang terjadi, bila Allah sungguh memerintah hati dan pikiran manusia, apa yang paling mungkin terjadi? Damai, sukacita, ketenangan yang sejati. Bukan yang ditawarkan dunia, putaw, estacy, alkohol, seks, bahkan kekayaan bukan? Dan mungkin yang bagi dunia hanya sebuah impian bahkan khayalan. Tapi nyatanya tidak bagi mereka yang mengalaminya. Damai, sukacita, ketenangan dan keselamatan sejati, yang tidak terbatas oleh situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan mereka mau mengalami penganiayaan.
Apakah semua ini sungguh nyata bagi mereka yang mengalaminya? Bukan sekedar euforia belaka, atau khayalan karena banyaknya tekanan dan penderitaan yang harus dihadapi? Ternyata bukan. Mengapa?Karena Yesus bukan khayalan. Ia ada dalam sejarah manusia dan bahkan mengubah sejarah manusia. Masalahnya kini adalah bagaimana caranya kita bisa menikmati dan mengalami kerajaan Allah itu. Kerajaan Allah yang tidak ada tandingannya di dunia ini?
Yesus mengatakan: Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran. Berarti yang membawa manusia pada pengalaman Kerajaan Allah (pengalaman kebahagiaan yang sejati ) sesungguhnya bukan aniayanya, melainkan...kebenarannya, righteousness. Apakah kebenaran itu? Apakah lawannya kebohongan? Apakah lawannya penipuan? Atau apa saja yang dianggap benar oleh dunia? Tidak! Lalu apakah kebenaran itu? Allah sendiri, Yesus sendiri, Kristus sendiri!! Jadi ayatnya sesungguhnya dapat berubah menjadi “berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab Kristus” mengapa?
Karena orang yang memilih Kristus adalah orang yang memilih hidup dan bukan kematian. Orang yang memilih Kristus adalah orang yang menang dan bukan yang kalah, orang yang memilih Kristus adalah orang yang menjadi berkat dan bukan kutuk, orang yang memilih Kristus adalah orang yang memilih menjadi benar lebih dari sekedar menjadi baik. Orang yang memilih Kristus adalah orang yang hidupnya berarti, artinya tidak sia-sia. Ia akan selalu menjadi inspirasi, apa yang dilakukannya akan menjadi sumber kekuatan bagi orang lain yang melimpahkan berkat.
Berarti orang yang akan memiliki kerajaan Allah adalah orang orang yang memilih untuk hidup seperti, bagi dan oleh Kristus. Mereka yang melakukan Kebenaran yang seturut dengan kebenaran Kristus, bukan apa yang dianggap benar oleh dunia. 2 Kor 6: 9-10 Tapi bagaimana kita dapat bertahan di dalam dunia yang tidak mengenal kebenaran ini?
1. Fokus pada tujuan. Proses seberat apapun bila kita tahu tujuannya yang luar biasa (BAHAGIA). Maka kita akan mendorong diri kita untuk sampai pada tujuan akhir, hidup yang berkemenangan bersama Tuhan. Ingat, hidup berkemenangan bukan soal keselamatan di akherat saja, namun keselamatan di dunia, sukacita, damai, tentram yang hadir setiap hari, waktu dalam hidup anda. Bukan juga berarti tidak ada yang akan membuat kita sedih, tertekan, marah, tapi bagaimana dari semuanya itu kita menjadi pribadi yang lebih baik.
2. Karena kita manusia tidak akan pernah mampu melakukan apa yang benar menurut Tuhan tanpa Tuhan sendiri menolong kita, maka jadikan Ia pusat dalam hidup kita. Kita tidak akan pernah bisa hidup benar tanpa sumber yang benar. Karena sama seperti bagaimana kita akan mengeluarkan seekor gajah dari dalam kamar kita tanpa memasukkannya terlebih dahulu? Bagaiamana sebuah talang air akan dapat mengalirkan air tanpa ada air yang mengalirinya? Hidup kita tidak akan pernah jadi benar tanpa Tuhan. Kita akan senantiasa memilih apa yang tidak benar, tanpa Tuhan mengaliri kita dengan kebenaran sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar