1 Tesalonika 1:1-10
Setiap kita pasti punya panggilan masing2. Di rumah seorang laki-laki saja mungkin mendapat beberapa panggilan dari anggota keluarganya. Sebagai seorang suami dia mendapat panggilan sanyang, sebagai seorang ayah dia dipanggil ayah atau papa, sebagai seorang anak laki-laki tertua ia bisa saja mendapat panggilan kakak, atau koko, dan lain sebagainya.
Setiap manusia punya status, dan identitas; setiap orang dapat memiliki 1 bahkan banyak sekali status bagi dirinya sendiri, baik sebagai Ayah, karyawan, pemimpin perusahaan, suami, kakak, adik, mahasiswa/i, pelayan, hingga menjadi hamba Allah dan duta Allah. Namun kini yang menjadi pertanyaan pentingnya adalah sejauh mana kita memenuhi dan memaknai panggilan akan statusnya itu?
Adakah kita hanya menjalankan satu dua status yang kita anggap mudah? Ataukah kita menjalani semuanya dengan asal saja, setengah2? Atau kita menjalankan status dan panggilan kita tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesungguhan hati dan mengerahkan segala daya dan upaya untuk memberikan yang terbaik pada setiap panggilan tersebut?
Nah, kini apa arti menjadi duta?
Dalam KBBI, duta (Sangsekerta) adalah orang yang diutus untuk melakukan tugas khusus, menjadi utusan untuk melakukan misi tertentu, orang yang mewakili suatu negara untuk mengurus kepentingan negara yang diwakilinya, membantu, melindungi warga negara yang tinggal di negara itu. Ketika kita dipanggil menjadi duta Allah, maka tugas kita adalah menjadi utusan untuk melakukan misi tertentu. Tentunya ketika berbicara tentang misi Allah, kita akan membicarakan banyak hal yang tidak akan dapat dibahjas dalam percakapan satu malam, (di STT Jakarta saja misiologi dibahas 2 semester, masing2 3 sks) Tapi melalui bacaan kita hari ini, kita diajak untuk menjalani tugas untuk mewartakan apa itu IMAN, PENGHARAPAN dan KASIH melalui teladan hidup kita.
Apa yang dihadapi jemaat Tesalonika?
Di tesalonika untuk pertama kalinya pemberitaan Paulus mendapat banyak pengikut dari golongan masyarakat kelas atas. Lawannya tidak berhasil mempengaruhi pemerintah seperti di tempat lain, sehingga mereka memilih jalan menimbulkan kerusuhan dengan maksud memaksa pemerintah kota untuk mengambil tindakkan. Para penguasa yang tertangap oleh tuduhan tidak patuh terhadap kaisar, mengambil tindakan dengan menyingkirkan Paulus tanpa melakukan kekerasan.
Oleh karena itu sekitar tahun 50 M paulus dan rekan2 meninggalkan Tesalonika, yaitu sesudah beberapa orang bertobat dan satu jemaat didirikan. Dengan situasi demikian, dapat dipastikan bahwa orang –orang yang bertobat itu akan mendapatkan penganiayaan, padahal untuk meghadapi itu mereka belum siap. Sebab Paulus tidak punya cukup waktu untuk mengajar dan menemani mereka bertumbuh. Namun, ketika Timotius kembali kepada Paulus di kota Korintus, ia membawa kabar baik tentang keteguhan hati jemaat di Tesalonika dan kegiatan mereka dalam penyebaran Injil.
Apa saja yang telah dibuat jemaat Tesalonika hingga mereka menjadi teladan di dalam pekerjaan iman, usaha kasihmu, dan ketekunan pengharapan mereka?
1. Ayat 6. Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus; menjadi penurut bukanlah hal yang mudah. Di saat menyenangkan saja tidak mudah untuk menjadi penurut2 Allah, apalagi pada masa sukar, penuh tekanan dan kesulitan. Tapi dengan teguh jemaat Tesalonika memberi diri untuk taat kepada Allah, mengapa? Apakah karena mereka memang kuat? Atau mereka pura2 kuat, seperti kebanyakan kita? Dari manakah kekuatan yang mereka miliki? Bukan karena kuasa mereka sendiri, mereka mampu untuk menjadi taat, tapi karena iman yang telah dianugerahkan kepada mereka oleh Allah sendiri yang memabntu mereka untuk taat. Ketaatan adalah bukti kepercayaan, dan pemberian diri kepada Tuhan. Karena beriman bukan hanya percaya, namun mempercakan diri, dan ketaatan menjadi bukti nyata dari jemaat tesalonika yang mempercayakan diri kepada Allah walau kondisi, situasi, kebahagiaan tidak berpihak kepada kita sekalipun. Di saat-saat sulit inilah Jemaat Tesalonika menjadi teladan dalam pengharapan yang tidak putus2nya kepada Allah. Dengan hidup berdasakan pengharapan itulah jemaat Tesalonika melakukan hal yang dianggap manusia lain adalah hal yang terberat sekalipun, dan dengan melakukannyalah sukacita tak terkira dialami oleh jemaat ini.
Sudahkah kita menjadi teladan dalam ketaatan kita kepada Allah dalam segenap bidang kehidupan kita? Di dalam keluarga, sudahkah kita sebagai isteri, suami, anak, orang tua menunjukkan ketaatan kepada Kristus sebagai kepala?
Sudahkah di dalam hidup kita kita menyatakan bahwa kita adalh orang yang berpengharapan dengan melakukan apa yang Ia inginkan untuk kita lakukan dengan sukacita bukan dengan gerutu, kemarahan dan kekesalan terus menerus? Karena pengharapan sesungguhnya menjadi kekuatan dan sumber sukacita bagi manusia di dalam masa tersulit sekalipun
2. Ayat 9 bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar. Sulitkah membuktikan rasa sayang anda kepada mereka yang anda kasihi? Banyak yang mengatakan mudah, namun tidak sedikit pula yang mengatakan sulit. Hal itu dikarenakan memberi bukti memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan dibandingkan berkata2 dan memberikan janji manis. Bila keapda manusia yang ada di hadapan kita saja kita sulit untuk membuktikan janji kita, bagaimana kepada Allah yang tidak nampak? Namun ternyata hal tersebut bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan oleh Jemaat Tesalonika. Mereka membuktikan kasih mereka pertama-tama kepada Tuhan dengan berbalik dari berhala2, ilah2 mereka yang lama, sungguh melayani Allah dengan hidup benar.
Dalam hidup kita, sudahkah kita meninggalkan berhala2 hati (materi, orang-orang terdekat, intelektual, kuasa) kita yang lama, yang membawa kita menjauh dari Tuhan, yang membuat kita menduakan Tuhan? Seberapa besar usahala yang kita berikan untuk membuktikan kasih kita kepada Tuhan, dengan memberikan bukti untuk dilihat, dirasakan dan menjadi inspirasi bagi orang –orang disekitar kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar