Kis 16:9-15
Wahyu 21: 10,22-22:5
Yohanes 5: 1-9
Tujuan: Anggota jemaat dimampukan untuk mengalami perubahan hidup sehingga mampu mempertemukan orang lain dengan kuasa Tuhan.
Apa yang anda bayangkan tentang kuasa Tuhan? Adakah dari saudara yang pernah merasakan kuasa Tuhan? Seperti apakah kuasa Tuhan itu? Mungkin anda akan menjawab kuasa Tuhan itu besar, tidak dapat terduga, tidak dapat didefinisikan, bahkan irrasional (padahal seharusnya suprarasional=melampaui akal pikiran manusia). Atau anda akan berkata bahwa kuasa Tuhan akan mendatangkan damai sejahtera, sukacita, kekuatan, penghiburan dan lain sebagainya. Jawaban2 itu saya katakan sebagai jawaban klise. Anda dapat menjawab itu semua berdasarkan apa yang ditulis dan dinyatakan oleh para penulis Alkitab yang telah mengalaminya.
Namun kini, saya bertanya kepada anda sebagai pribadi, apakah anda sungguh2 mengalaminya? mengalami kuasa Tuhan itu sendiri, hingga anda dapat memahami dan mengalami benar apa yang dikatakan oleh para penulis Alkitab itu? Apakah anda sungguh dapat mengatakan bahwa apa yang disaksikan oleh Alkitab adalah ya dan amin, dan bukan sekedar mengekor karena tidak tahu harus berkata apa, karena kita sendiri belum merasakan kuasa Allah? Atau tidak sadar bahwa setiap hari dalam hidup anda, anda sesungguhnya merasakan kuasa Allah?
Ada seorang remaja berkata: “Kak tahukah kakak apa yang akan kita rasakan ketika mengalami kuasa Tuhan? Malu ka! Karena Dia saja yang memiliki kuasa begitu besar untuk mengubah diri saya tidak sombong, dan tidak pernah memegahkan diriNya, tapi saya yang tidak ada apa2nya, yang begitu dikasihiNya, sudah merasa menjadi segalanya.” Ada lagi yang mengatakan: “Sedih dan terharu, karena Dia sesungguhnya punya kuasa untuk melenyapkan saya ketika saya terus menerus memilih untuk berdosa dan bukan taat, tapi Ia tetap memberikan saya kesempatan, bahkan dengan kuasaNya Ia menolong saya menjadi pribadi yang lebih baik.”
Perjumpaan Saulus dengan Tuhan untuk pertama kalinya, mungkin tidak membawa sukacita, namun ketakutan. Bagaimana tidak, ia yang tadinya penuh kuasa untuk mengejar dan membunuh orang Kristen, menjadi tak berdaya karena kebutaannya. Tapi Bagaimana dengan orang lumpuh di tepi kolam Bethesda? Tidak ada reaksi signifikan yang dialami olehnya, ia cenderung hanya mengikuti perintah, bahkan ia tidak sadar siapa yang telah menyembuhkannya. (Yoh 5:8-13)
Apa yang dapat kita pelajari dari 2 pengalaman di atas? Perjumpaan dengan Tuhan tidak semata-mata mendatangkan damai, sukacita, kebahagiaan, penghiburan namun juga rasa malu, terharu, sedih, bahkan tidak sadar bahwa sesungguhnya kuasa Tuhan sudah dialami. Tuhan selalu punya 1001 cara berbeda untuk menunjukkan kuasaNya kepada manusia, dan perasaan yang ditimbulkan juga berbeda. Kini, apa yang menjadi persamaannya? perjumpaan dengan kuasa Tuhan membawa kita kepada perubahan hidup dan pertobatan yang sejati artinya PERUBAHAN! Saulus berubah, Orang lumpuh itu juga berubah (paling tidak ia dapat berjalan, walau tidak pernah diceritakan bagaimana perubahan hidupnya melawan dosa. Ay.14)
Menurut anda apakah Dia akan sembarangan mencari orang yang akan mempertemukan kuasaNya dengan orang lain ? Saya rasa tidak, Ia ingin setiap kita mengalami KuasaNya terlebih dahulu. Karena hanya kuasaNya yang memampukan seseorang mengalami perubahan. “hidupku, bukannya aku lagi, tapi Kristus!” itulah perkataan Paulus yang begitu terkenal. Tapi bagaimana ia dapat berkata demikian hanya karena ia telah ‘ditangkap’ oleh Kuasa Kristus (Filipi 3:12).
Jadi....sesungguhnya kita tidak akan pernah dapat mempertemukan orang lain dengan kuasa Tuhan, tanpa kita mengalami kuasaNya yang mengubahkan tersebut terlebih dahulu. Atau kita akan seperti seorang anak yang berkata betapa enaknya makan es krim coklat padahal ia tidak pernah merasakan bagaimana sesungguhnya enaknya makan es krim coklat. Ia hanya mengatakan hal tersebut supaya teman2nya tahu bahwa ia telah mencoba es krim coklat. Hasilnya....Ia hanya mengatakan sesuatu berdasarkan pengetahuannya tentang apa itu es krim coklat dan bukan berdasarkan perasaan yang ia peroleh ketika ia mengalami nikmatnya es krim coklat. Orang lain akan melihat bedanya!! Apa yang membuat berbeda? Karena berbeda berkata2 dengan kekuatan dan pengetahuan kita sendiri dengan berkata2 dengan kekuatan dan hikmat Allah, maksudnya? KUASA ALLAH ITU SENDIRILAH YANG AKAN MEMANCAR DARI HIDUP KITA ketika kita berjumpa setiap harinya dengan orang2 di sekitar kita.
Sekarang.....bagaimana caranya mengalami kuasa Allah yang memperbaharui hidup kita itu, hingga kita sungguh menjadi baru dan dimampukan untuk mempertemukan kuasa tersebut kepada orang lain?
1. Pembaharuan hidup yang sungguh, dapat dirasakan oleh mereka yang mau belajar untuk TAAT. Dapatkah orang lumpuh di tepi kolam Bethesda kembali berjalan tanpa mau bangun, mengangkat tilam dan mulai berjalan? TIDAK saudara2. kesembuhan itu tidak akan pernah terjadi! Taat bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, sekalipun kita sudah menerima Yesus dalma hidup kita. Karena ketaatan tidak hanya membutuhkan kemauan, ketekunan, tapi juga iman yang tidak sekedar percaya. Bila anda mengalami apa yang dialami oleh orang lumpuh itu, dan ada seorang yang asing di hadapan anda mengangatakan hal yang sama yang Yesus katakan kepada orang lumpuh tersebut, maukan anda mengikutinya? Alih2 anda akan mengatakan: “kamu gila ya!! Atau, kamu tuh bukan Tuhan tau! Tau gak saya ini udah puluhan tahun lumpuh sarafnya sudah putus, mana mungkin bisa berjalan lagi, kamu mau mengejek saya yaa!!” Taat kepada Tuhan itu berbeda dengan ketaatan kita kepada sesama manusia. Terhadap manusia kita dapat berkata: siapa kamu, atau kita akan mengolah semua perintah dengan rasio (baik atau tidak menurut saya, mudah atau sulit untuk saya lakukan) kita terlebih dahulu. Tapi tidak begitu dengan ketaatan kepada Tuhan. Kita tidak akan pernah bisa berkata: Siapa anda, mau perintah2 saya?! Atau menggunakan rasio kita terlebih dahulu. Karena Allah tidak selalu dapat dimengerti dengan rasio, walau tetap kita harus mengujinya menggunakan rasio dan hikmat Allah secara terus menerus.
2. Mau dan siap untuk BANGUN, MENGANGKAT TILAM DAN BERJALAN. Apa yang akan terjadi bila anda hanya duduk atau tidur selama berpuluh tahun karena sakit penyakit, masih adakah kemauan untuk bangun hingga mengangkat tilam? Pun masih ada kemauan, kita tahu bahwa itu tidak mungkin menurut rasio manusia. Puluhan tahun tidak menggunakan kaki, menurut logika, menyebabkan kaki tidak dapat digerakkan sama sekali karena otot2nya juga sudah tidak mampu berfungsi dengan baik, oleh karena itu dibutuhkan terapi yang lama dan kemauan untuk melatih kembali semua otot yang membuat kita dapat berjalan kembali. Begitu juga dengan kita yang sudah puluhan tahun hidup dalam keberdosaan. Dosa membuat kita tidak mampu berjalan dalam kebenaran, dan karena lamanya kita hidup dalam dosa, kita sudah ‘terbiasa’ untuk hidup seperti itu, maka butuh kemauan dan kesiapan untuk meninggalkan keberdosaan kita, dan memulai ‘terapi’ hidup dalam kebenaran. Bila orang sakit di pinggir kolam Bethesda itu tidak bertanya, menyanggah ataupun menolak sedikitpun, hanya bangun, mengangkat tilamnya dan berjalan, bagaimana dengan kita?Apakah kita mau dan siap mengubah kebiasaan kita hingga memiliki kebiasaan yang baru? Ingat di Rumah Bapa tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu. (Why 21:27)
3. (Why 22:5) Tanpa HIDUP DITERANGI TERANG KASIH ALLAH, maka ketaatan dan kemauan untuk bangun, mengangkat tilam dan berjalan menjadi suatu beban yang terlampau berat yang tidak mungkin dilakukan. Gerutu, marah, kesal, dan bukan syukur, sukacita, damai, menjadi bagian yang tak terelakan setiap hari. Karena perubahan dianggap sesuatu keharusan bukan kerinduan. Paksaan dan bukan keinginan. Oleh karena itu perubahan apapun yang kita alami dalam hidup haruslah kita dasarkan pada kasih kita kepada Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar