Tahukah Saudara, bahwa kehidupan kita sebagai gereja di masa kini tidak dapat dilepaskan dari perjalanan iman para Bapa Gereja, Rasul dan jemaat mula-mula. Perjalanan seperti apa ya yang telah mereka jalani? Tentunya bukan hanya perjalanan manis yang mereka tempuh, namun juga beragam peristiwa pahit, menyakitkan, dan meninggalkan luka yang mendalam baik bagi umat Kristen sendiri, dan juga umat lain yang bersinggungan secara langsung dengan isu-isu yang dibawa oleh Bapa-bapa Gereja kita di masa lampau.
Kalau kita mau dalami lebih jauh sejarah perkembangan gereja, kita akan dapat menemukan betapa banyaknya alasan umat lain untuk bersikap negatif kepada kita, umat Kristen. Bagaimana tidak, masa lalu kita sebagai umat Allah bukanlah masa lalu yang manis untuk dikenang, dan dibanggakan. Pertumpahan darah demi pertumpahan darah menjadi bagian yang umum dalam kehidupan gereja di masa lampau. Bahkan banyak umat lain terluka oleh perilaku umat Kristiani pada masa-masa tertentu. Perang salib misalnya, bukan terjadi atas dasar iman dan kasih kepada Allah, tapi terjadi karena perlakuan pemimpin-pemimpin Kristen yang memandang rendah umat lain. Mereka mengenakan pajak yang sangat tinggi, bahkan membunuh umat lain yang dianggap ancaman bagi kehidupan dan kekuasaan Kristen pada masa itu. Dengan begitu, kita memang tidak dapat memungkiri bahwa perasaan benci, dan terluka yang dialami oleh umat lain kepada Kekristenan, adalah karena perlakuan para Leluhur kita atas mereka.
Kini, persoalannya adalah bagaimana cara yang paling tepat untuk menyikapi secara positif sejarah hubungan kekristenan yang telah melukai masyarakat, dan bagaimana kita dapat membalut luka-luka yang disebabkan oleh pertarungan kepentingan di masa lalu tersebut.Membalas kekerasan dengan kekerasan yang lain tentu bukan jawaban yang tepat, bahkan dengan melakukannya kita hanya akan menimbulkan luka baru yang akan menghancurkan masa depan hubungan kita.
Yesus tahu pasti bahwa sifat manusia yang tidak mau kalah itu akan menyebabkan permusuhan yang tidak kunjung berakhir. Oleh karena itu sejak kehadiranNya di dunia, Tuhan Yesus sudah memberi kita peringatan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan yang lain. Ia ingin kita berdoa bagi mereka yang menganiaya kita, mengasihi musuh-musuh musuh kita. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”Matius 5:44. Bukan karena Ia adalah Allah yang diam dan menyarah pada musuh, tapi karena Ia tahu dengan pasti hanya kebaikkan, kasih dan pengampunan yang mampu memulihkan hubungan yang sudah terlampau lama rusak ini.
Mungkin Saudara bertanya, bagaimana kalau kita sudah mengasihi mereka namun mereka tetap memusuhi kita. Jawabannya mudah: Bukankah itulah arti sesungguhnya dari kasih?. Jadi, yuk mari kita perbaiki hubungan ini, dengan melakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan. Jangan pernah berpikir untuk membalas, karena pembalasan dan penghakiman adalah hak Allah dan bukan hal kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar