Keluaran 20: 1-17
Maz 19
1 Korintus 1: 18-25
Yohanes 2: 13-22
Apakah anda percaya bila saya mengatakan bahwa batu yang saya pegang ini sesungguhnya namanya bukan batu melainkan roti? Alih-alih percaya, mungkin anda mengatakan saya yang gila bukan? Mengapa? Karena dari pertama kita melihat batu, orang tua kita telah mengatakan bahwa ini adalah batu dan bukan roti. Batu tidak bisa dimakan, karena memang bukan makanan.
Namun pertanyaanya bagi kita kini adalah; siapa yang bilang bahwa itu batu dan bukan roti? Siapa yang pertama kali mengatakan bahwa ini adalah warna kuning dan bukan hitam? Bisakah anda menguju kebenarannya? Paling banter kita mengatakan bahwa kata orang tua saya ini yang namanya batu dan ini yang namanya roti, yang seperti inilah yang namanya kuning dan yang seperti itulah yang namanya biru. seperti itulah kita melihat dunia, yaitu dengan kacamata kita sendiri, bahkan mungkin bukan kacamata kita, namun kacamata leluhur kita. Apakah dapat dibenarkan? Sudah terujikah semua itu? Paling jawaban kita berikan adalah: ”Udah dari sononya begitu ya ikutin aja, susah amat sih!”
Tanpa kita sadari sesungguhnya banyak kebenaran yang tidak pasti, yang relatif, namun karena telah menjadi kebenaran umum, baik dalam tradisi, budaya, dan bahkan ilmu pengetahuan, kita menerimanya sebagai kebenaran mutlak, yang tidak boleh dipertanyakan dan bahkan tidak boleh diganggun gugat. Padahal kebenaran mutlak tidak akan pernah dapat kita temui di dunia. Kebenaran mutlak hanya milik Allah dan bukan milik manusia yang terbatas dan berdosa. Sayangnya banyak manusia yang tidak menyadari hal itu, sehingga banyak dari mereka juga merasa bahwa kebenaran adalah milik mereka sendiri. Hasilnya: banyak manusia yang terlalu cepat menghakimi orang lain tanpa mau mencoba melihat baik itu persoalan hidup, cara pandang, kehidupan sosial, politik dan segala aspek yang menopang hidup manusia, dari cara pandang yang berbeda, yang sesungguhnya dapat digunakan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan, dan bukan menjadi ajang perdebatan bahkan untuk saling menyalahkan.
Realitas tersebut tentunya bukan hanya terjadi pada masa kini, namun juga pada masa lalu. Masyarakat Yahudi memandang salib sebagai sesuatu kenistaan, suatu lambang kebodohan dan keterbuangan seseorang dari komunitas. Salib digunakan bukan hanya untuk menghukum, namun terutama untuk mempermalukan sang pesakitan. Salib adalah lambang penolakkan, kehinaan, ketidak berdayaan dan kekalahan. Ya memang Yesus sempat dikalahkan oleh maut, Dia mati. Namun, berbeda dengan manusia, Ia tidak hanya mati lalu selesailah kisah seorang manusia yang bernama Yesus. Pada hari yang ketiga Ia menyatakan kemenanganNya dengan kebangkitanNya dari maut.
Tapi lihat, apa respon manusia atas kebangkitanNya? Banggakah? Senangkah? Bersukacita penuh kemenangankah? TIDAK yang dipikirkan manusia adalah: Mayat Yesus dicuri! Yesus yang selama ini dibanggakan dan dielukan ternyata hanya manusia biasa yang bisa mati dan sekarangpun jasadnya lenyap bak ditelan bumi. Rasa putus asa, takut, kecewa bahkan marah melanda mereka yang ditinggalkan oleh Yesus. Pengharapan yang selama ini membuncah di hati dan pikiran mereka akan keselamatan dan dunia baru, seakan lenyap dalam sekejap. Itulah ketika manusia tidak mengerti apa yang Tuhan rancangkan, yaitu ketika manusia lebih suka menggunakan kacamata kuda dari pada kacamata Allah untuk memandang dunia.
Manusia terjebak dalam tradisi dan budaya dunia yang memiliki pandangan sendiri tentang segala sesuatu. Lumrahkah? Ya lumrah!! Manusia dapat berpikir sendiri karena manusia bukan robot. Hanya saja sering kali manusia merasa lebih benar, paling mengerti segala sesuatu, termasuk ketika mereka mencoba memahami Allah, rencanaNya, cara pandang dan kehendak dan karyaNya.
Bagi Allah Salib bukanlah kebodohan, namun kekuatan Allah, mengapa kekuatan, bukankah Yesus mati, dan mati menunjukkan kelemahan dan ketidakberdayaan manusia? Ketika kemudian manusia menyerah, dan pergi untuk selamanya? Dimana kekuatan itu? Apa yang dimaksud kekuatan? Saudara sekalian kekuatan Allah tidak dapat diukur hanya dengan melihat bagaimana Ia menciptakan dunia ini hanya dengan ucapan, tidak juga diukur hanya ketika Allah mampu membelah laut Teberau, mendatangkan tulah , mengirim air bah, dan perbuatan penuh kuasa lainnya. Melalui salib manusia disadarkan betapa kuatnya Allah mau menanggung malu, menanggung derita, menanggung segala keburukan, penyakit, luka yang diderita manusia. Manusia mana yang tahan dipermalukan seperti itu, manusia mana yang mampu bertahan menerima segala siksaan itu.
Lihat para koruptor... yang terbiasa hidup nikmat, berlimpah materi, hidup nyaman dengan segala fasilitas, mana bisa disatukan dengan tahanan kelas teri? Rumah tahanannya saja ada televisi dan AC, bahkan mungkin ada treadmile untuk tetap memelihara kebugaran tubuhnya! Seorang anak pejabat yang biasa diantar jemput dengan mobil mewah plus plus, mana tahan harus berdesak desakkan di dalam bis kota, atau kehujanan dan kepanasan ketika menunggu angkot lewat? Seorang pengusaha yang biasa berpakaian necis, dengan wewangian terbaru yang dibeli dari Eropa, hilir mudik dengan mobil sport keluaran terbaru, mana tahan disuruh berdekatan dengan anak jalanan? Untuk duduk bersebelahan dengan supir pribadinya saja ia tidak mau! “Yang namanya Bos di belakang dong... nyaman sedikit”, sambil laptop di pangkuan atau menjelajah dunia maya dengan blackberry mungil di tangan.
Itulah gambaran manusia... tapi Allah???
Saya yakin 100% di surga tempat Allah berdiam dan bersemayam ytidak ada yang namanya kesusahan, kepanasan, ratap tangis, derita. Yang ada di sana adalah segala kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, dan kegembiraan. Dia yang terbiasa dengan segala sesuatu yang baik itu rela turun ke dunia, berkarya di tengah tengah orang tertolak, orang –orang buangan, sakit, terkutuk, jijikkah Dia? TIDAK, bahkan Ia mau mati dengan cara yang paling memalukan di jaman itu, menderita lahir dan batin... tapi Ia tahan menjalani semua itu. Ia jalani dengan tidak mengeluh, tidak juga memberontak. Ia jalani segala sesuatu dengan tekun dan hati yang lapang? BUTUH KEKUATAN YANG LUAR BIASA UNTUK MENJALANI SEGALA SESUATU YANG TUHAN ALAMI DI DUNIA UNTUK KITA. Dan salib itu adalah bukti yang paling nyata untuk membuktikan bahwa Allah memang kuat dan bahkan adalah sumber kekuatan bagi kita manusia.
Kini, setelah kita mengerti mengapa Paulus mengatakan bahwa salib adalah kekuatan Allah apa yang bisa kita lakukan? Kita tahu dengan pasti, bahwa Allah menginkan kita memikul salib. Bisakah? Pasti bisa LIHAT ALLAH ADALAH SUMBER KEKUATAN YANG TIDAK AKAN PERNAH HABIS!!! Tapi, mau nggak? Rela ga meninggalkan segala yang enak menurut manusia? Bersedia ga untuk menaati apa yang Ia inginkan untuk kita lakukan dalam hidup kita?
Lakukanlah dengan SaLiB
1 Salibkan manusia lama. Lakukan apa yang Tuhan ingin kita lakukan. Lakukan dengan ketaatan penuh dan dengan hati bukan karena paksaan, bukan karena takut hukuman, bukan karena tidak ada pilihan. Tapi lakukan dengan kesadaran bahwa Allah telah mengerjakannya terlebih dahulu untuk kita. Salibkan ego kita, salibkan keinginan daging kita, salibkan nafsu kita, salibkan cara pandang manusia lama kita, salibkan dan tinggalkan!!! Karena itu semua sudah mati. Dan jadilah manusia yang benar-benar baru dalam proses!
2 Lihat ke depan. Apa yang sudah ada di belakang adalah pelajaran berharga, jangan dilupakan, atau disangkal, tapi jadikan itu sebagai titik tolak untuk berjalan dan berlari ke depan. Setiap peristiwa adalah kepingan yang berharga, termasuk masa lalu manusia yang pahit, buruk dan tercela. Sadar bahwa kita adalah manusia yang pernah melakukan dosa dan tidak akan pernah dapat lepas dari dosa, oleh karena itu jadikanlah masa lalu sebagai tolok ukur. Sudahkah kita maju? Atau malah mundur? Sudahkah kita lebih dewasa dalam iman? Atau malah berjalan di tempat? Sudahkah kita lebih mengandalkan Tuhan, atau malah lebih mengandalkan diri sendiri?
3 Berjalanlah bersama Tuhan. Kita sadar bahwa konsekuensi yang akan kita tanggung sebagai anak-anak Allah tidak akan mudah. Banyak orang menilai, membicarakan, menghasut, memfitnah, menjelek-jelekkan, bahkan mencoba untuk menghabisi dan membunuh kita. Tapi berjalan dan bergandengan tangan dengan Tuhan akan memberikan kita perlindungan lebih dari yang kita butuhkan. Ialah sumber segalanya bagi kita, kekuatan dan keselamatan kita. “Bila Tuhan di pihak kita , siapa berani melawan kita? TIDAK ADA” AMIN...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar