Mazmur 119:9-27
Fokus: Bertambah usia adalah bagian tahapan kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari. Umumnya orang berpendapat bahwa bertambah usia berarti bertambah pula kedewasaan seseorang. Tak heran orang yang lanjut usia biasanya dianggap dapat memberikan nasihat yag bijaksana kepada orang yang lebih muda. Namun realitanya, pertambahan usia tidak dapat dijadikan patokan bahwa seseorang bertamabah dewasa. Ada orang yang usianya sudah lanjut namun bersikap seperti kanak2, sebaliknya ada orang muda yang bertutur layaknya orang dewasa.
Mana ada sih manusia yang suka diremehkan? Rata2 dan kebanyakan, dan mungkin hampir semua manusia ingin diakui eksistensinya. Dari kanak2 hingga orang dewasa ingin dipandang oleh manusia lain. Hal tersebut merupakan hal yang normal ko! Ngak ada yang salah dengan kebutuhan akan pengakuan. Hanya saja, cara untuk menunjukkan eksistensi diri itulah yang keliru atau kurang tepat dan tentunya rekan-rekan sekalian dapat menemukan bentuk2 kekeliruan itu dalam teknologi yang namanya Facebook. Banyak anak, remaja, pemuda hingga orang dewasa menjadi tidak bijak menggunakan fasilitas tersebut. Up date status digunakan untuk menunjukkan kemarahan, kekesalan dan kebencian pada orang lain. Up Load foto dijadikan ajang untuk mempermalukan orang lain dan lain sebagainya. Tak mengherankan Facebook juga menjadi sarana untuk saling melempar tudingan, tuduhan palsu, dan menjadi ajang untuk unjuk kekuatan melalui rubrik ‘dukunglah’.
Mengapa itu semua dapat terjadi? Bukan teknologinya yang salah, namun orang yang menggunakannya yang kurang bijak dan berhikmat dalam menggunakannya, yaitu ketika mereka tidak menjadi manusia yang dewasa dalam bertutur, termasuk dalam menuangkan pikiran mereka dalam jejaring sosial tersebut. Apa aja sih ciri2 orang yang tidak dewasa?
Menurut ilmu psikologi, seorang yang belum dewasa adalah seorang yang:
- self centered, alias mengutamakan dirinya, kesenangannya, kebutuhannya, keuntungannya diatas yang lain. Apa yang ingin dilakukan, dikatakan, dituliskan adalah sesuai dengan kesenangannnya sendiri, tanpa memikirkan kebutuhan dan seringkali mengbaikan perasaan orang lain. Itulah yang kerap kali di lakukan oleh anak yang belum dewasa, yang dipikirkan itulah yang dilakukan, apa yang diinginkan harus diberikan, kalau tidak diberikan maka si anak akan marah dan ngambek. Apa kata Firman Tuhan? Manusia yang dewasa di dalam Tuhan tidak akan mengutamakan dirinya sendiri, karena Ia akan belajar untuk pertama-tama mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia. Lebih lagi, ia akan belajar untuk berkorban bagi orang lain, sebagai wujud kasih yang paling nyata. Kebahagiaan orang lain menjadi tujuan hidupnya, tentunya bukan asal kebahagiaan, namun kebahagiaan yang sesuai dengan keinginan Tuhan bagi manusia.
- Belum dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Namanya juga anak kecil, ia akan bertingkah berdasarkan naluri anaknya, bukan berdasarkan atas penilaian akan yang baik dan yang tidak baik untuk dilakukan. Jadi mereka yang tidak dewasa adalah mereka yang sudah tahu bahwa itu adalah perbuatan yang tidak baik, namun tetap dilakukan. Apa kata Firman Tuhan? Manusia yang dewasa di dalam Tuhan juga akan menjadi manusia yang sudah dapat membedakan yang baik, yang berkenan, dan yang memuliakan Tuhan, mengapa? Karena hidupnya sudah berada di dalam ‘Terang’ ia ada di dalam dunia namun tidak serupa dengan dunia. Ia ada bagi dunia, namun tidak menjadi seperti apa kata dunia. Manusia baru, dan bukan lagi menjadi manusia lama.
- Belum dapat menerima keberadaan orang lain sebagai sahabat yang melengkapi. Persaingan adalah hal yang manusiawi, namun bagaimana menyikapi persaingan itulah yang perlu dicermati dan diperhatikan. Orang yang belum dewasa akan melihat sesamanya sebagai ancaman, hingga ia dapat menggunakan apa-saja untuk melenyapkan sesamanya. Bukan menjadi berkat malah menajdi serigala bagi manusia lainnya. Apa kata Firman Tuhan? Kita diciptakan bukan untuk memberi masalah kepada orang lain loh! Tapi untuk menjadi garam dan terang untuk membawa sukacita, kedamaian bagi orang lain dan bukan kemarahan, dan iri hati. Tuhan menciptakan kita bukan untuk saling membenci, menganggap diri kita yang paling baik ataupun menganggap keberadaan orang lain membahayakan pamor kita, mengurangi pengakuan orang lain terhadap kita dan lain sebagainya. Manusia diciptakan untuk saling melengkapi sebagai kesatuan Tubuh Kristus. Jadi sebagaimana seharusnya tubuh Kristus, maka kita pula harus saling membantu dan menerima baik kekurangan dan kelebihan anggota tubuh yang lain bukan?
Nah, kini mari kita cari tahu apa sih yang sesungguhnya membuat kita tidak menjadi dewasa?
1. ay 9. salah memilih apa yang masuk ke pikiran, tubuh, dan hati kita. Seorang anak yang seharusnya sudah belajar mengkonsumsi makanan yang tingkat gizinya lebih tinggi sesuai dengan pertambahan usianya, namun terus2an diberi bubur dan susu, akan menjadi anak yang mengalami kurang gizi atau bahkan gizi buruk. Begitu juga dengan anak-anak Allah, yang lebih suka berada dalam zona aman dan nyaman, yang membuatnya tidak belajar apapun yang baru, akan senantiasa berada dalam tingkat kedewasaan yang segitu2 saja, tidak berkembang, bertumbuh! Jadi kalau ingin tumbuh dewasa, pilihlah apa yangbaik bagi pertumbuhan itu sendiri, bukan hanya yang kita inginkan, atau yang dirasa enak saja. Konsekuensinya: a. belajarlah melihat Firman Tuhan bukan hanya sebagai sesuatu yang menguatkan, namun juga menegur dan menghajar kita, agar kita berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. b. memilih segala sesuatu yang baik dan benar dan bukan enak dan sedap di pikiran, di hati, dan di mulut saja, baik itu makanan, bacaan, tontonan, hingga pergaulan. Apa standar kebaikkannya? FIRMAN TUHAN....tidak ada yang lain.
2. ay 10-11. bersedia menerima kritik dan hukuman, bila kita memang pantas menerimanya. Hukuman diberikan kepada seseorang bukan karena orang tersebut dibenci, namun untuk memperbaiki kelakuannya yang kurang tepat! Jadi bila kita dihukum oleh Tuhan terimalah dengan hati yang besar. Karena hukuman Tuhan diberikan bukan karena Tuhan membenci kita, namun karena Ia mengasihi kita lebih dari apapun, dan karena Ia ingin anak-anakNya menjadi anak2 yang kuat dan punya nilai. Belajarlah juga untuk menerima kritik, karena dengan mengabaikannya kita akan kehilangan untuk banyak kesempatan untuk menjadikan diri kita 100 hingga 1000x lebih baik, lebih pandai, lebih bijak, dan lebih berguna dari sebelumnya.
3. ay 28. bersedia untuk merasa ‘sakit dan susah’. Siapa coba yang mau sakit? Semua manusia tentu ingin merasa sehat dan tidak kekurangan apapun. Namun ternyata sakit memberikan kita banyak pelajaran tentang bagaimana mengatasi penyakit, dan bagaimana mensyukuri keadaan tubuh yang masih sehat. Sakit disini, tentunya bukan hanya sakit penyakit, tapi sakit hati karena dikecewakan, ditinggalkan oleh orang yang dikasihi, dibiarkan bekerja sendiri, dan rasa sakit yang lain....dengan rasa sakit itu kita belajar melatih diri untuk menjadi lebih sabar, lebih arif. Dengan mengalami rasa sakit itu, kita dapat membantu meringankan beban orang lain yang merasakan kesakitan yang sama, dan menjadi semangat bahkan inspirasi bagi mereka, bukan semata-mata belajar bagaimana cara membalas rasa sakit yang kita alami kepada orang lain. Kesakitan, kepahitan dan kesedihan dapat menjadi alat Allah untuk memoles, mengasah, menjadikan kita semakin indah setiap harinya...jadi jangan mengeluh ketika rasa ‘sakit dan susah’ itu datang. Di dalam Tuhan tidak ada kesusahan yang terlalu susah, dan tidak ada kesakitan yang terlalu sakit, semuanya akan diubahkanNya menjadi sesuatu yang bernilai dan berharga bagi kita di kemudian hari kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar