Ulangan 6: 1-9
Mazmur 146
Ibrani 9: 11-14
Markus 12:28-34
Bila hari ini saya bertanya kepada saudara: “ Apakah kerajaan Allah itu telah datang?” apa kira-kira jawaban bapak ibu sekalian? Adakah kita menjawab belum karena Tuhan memang belum datang? Atau malah lebih banyak dari kita yang mengatakan ngaak tahu? Wajar bila kita mengatakan belum, karena yang kita bayangkan tentang kerajaan Allah adalah yang indah...yang damai...yang dipenuhi sukacita....tempat dimana tidak ada ratap tangis, keluh kesah, derita manusia...dan SEGALA SESUATU YANG MEMBUAT MANUSIA BERTERIAK : DIMANA ALLAH!!!! jangan-jangan karena itu juga manusia mengatakan “Allah tidak ada”
Kerajaan Allah memang menjadi konsep yang abstrak sekaligus ambigu bagi manusia kebanyakan. Namun bukan karena keabstrakkannya itu Kerajaan Allah hanyalah menjadi angan atau mimpi manusia yang tertekan oleh kehidupan, atau ekspresi dari pengharapan akibat penderitaan. Kerajaan Allah bukanlah impian, bukan pula harapan belaka, namun sebuah realitas yang dapat dirasakan, dinikmati, diresapi oleh tubuh dan indera kita. Wahhhh.... bagaimana kita bisa meyakini bahwa Kerajaaan Allah adalah suatu realita dan bukan sekedar pengharapan apokaliptik??
Tentunya kesadaran bahwa kerajaan Allah adalah suatu realita berawal dari pengakuan kita terhadap eksistensi Allah. Kerajaan Allah tidak akan pernah ada bila Allah juga tidak ada. Allah kita adalah Allah yang Maha Hadir. I a tidak hanya hadir di masa lalu atau masa depan, namun Ia juga hadir di masa kini. Bila keyakinan itu menjadi pegangan kita, bahwa Allah hadir sekarang...di tengah2 kehidupan manusia bahkan dalam hati kita...maka bukankah perwujudan kerajaan Allah dapat kita nikmati dari saat ini, dalam hidup dan kekinian kita?
Tapi... Allah belum mau mengambil alih kekuasaanNya, dan menjadi Raja sepenuhnya atas diri manusia. Ia masih ‘betah’ berada dalam hati manusia. Oleh karena itu walau judulnya Kerajaan Allah, bukan semata-mata hanya Allah yang bekerja untuk mewujudnyatakannya, manusia diajak untuk mengambil bagian bersamaNya.
Apa wujudnya? Tentu kita semua tahu jawabannya... Kasih melalui Yesus... yaitu kasih yang diberikan atas pengorbanan diri, tubuh jiwa dan ragaNya. Kini, bagaimana mewujudkannya? Dengan cara apa dan bagaimana?
1. (29) Dengarlah. Mendengar bagi sebagian orang bukanlah hal yang menyenangkan, karena ketika mendengar berarti tidak berbicara, bila kita berbicara maka tidak akan pernah dapat mendengar. Sedangkan keinginan manusia adalah berbicara dan bukan mendengar. Nahhhh... Bila untuk mendengar sesama manusia saja, manusia enggan, apalagi untuk mendengar Tuhan!! Kerajaan Allah adalah milik Allah dan oleh Allah bukan milik dan oleh manusia. Bagaimana mewujudkan kerajaan Allah tanpa mendengar Dia yang adalah Raja dari segala raja itu? Kerajaan Allah hanya akan menjadi kerajaan dongeng tanpa kita menghadirkan Allah sebagai pemilik dalam kehidupan kita dan memperdengarkan kehendak dan titah Allah itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita perlu sadar bahwa kerajaan Allah bukanlah kerajaan dimana ada kastil yang indah, dikelilingi oleh taman bunga yang rupawan. Namun kerajaan Allah adalah kondisi dimana aturan Tuhan diberlakukan, kehendak Tuhan diperdengarkan, kuasa Tuhan diinyatakan. Jadi yang pertama belajarlah mendengar Undang-undang, aturan Allah dan bukan kita.
2. (30) dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan. Apa bukti kasih kita kepada Tuhan? Sekuntum bunga kah? Nyanyiankah? Kesediaan untuk menjadi pelayan di gereja kah? Banyak manusia merasa bila ia telah memberikan waktu dalam pelayanan berarti sudah mengasihi Tuhan. Banyak juga dari kita yang merasa telah memberikan persembahan yang banyak berarti telah mengasihi Tuhan. Salah besar!!! Karena mengasihi Tuhan haruslah dengan 1. segenap hati, yaitu dengan memusatkan kehidupan kita kepada Tuhan. Bukan sekedar hidup untuk menyatakan eksistensi kita sebagai manusia, namun hidup untuk menyatakan eksistensi Allah; Hidup yang mewartakan Allah, mengandalkan Allah, meminta kekuatan Allah dan untuk dipersembahkan kepada Allah. 2. dengan segenap jiwa, yaitu dengan segenap nafas. Nafas adalah bukti kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup manusia, maka kasihilah Tuhan dalam setiap hembusan dan tarikkan nafas kita. yaitu ketika kita tidur untuk mengasihi Tuhan, bekerja untuk mengasihi Tuhan, makan untuk mengasihi Tuhan, bekerja untuk mengasihi Tuhan, menjadi suami, isteri untuk emngasihi Tuhan, merawat buah hati karena mengasihi Tuhan....apapun yang kita lakukan dalam setiap tarikkan dan hembusan nafas kita. 3. dengan segenap akal budi, yaitu dengan segenap kepandaian, pikiran, pengertian, ragam ilmu yang kita dapatkan dan miliki. Perkayalah hidup dengan pelbagai pengertian untuk mengasihi Allah, dan jangan gunakan pelbagai pengertian itu untuk menyakiti bahkan mengkhianati Allah. 4. dengan segenap kekuatan, yaitu segala hal yang kita anggap adalah sumber kekuatan dunia kita, baik kekayaan, pengaruh, popularitas, kuasa....gunakan itu semua untuk mengasihi Allah bukan untuk mencari pengakuan manusia yang semu. Hanya dengan itu semua kerajaan Allah akan sungguh hidup dalam seluruh hidup kita
3. kasihilah sesama manusia seperti diri sendiri. Mengapa harus mengasihi sesama manusia? Karena Allah ada di dalam diri manusia. Setiap manusia memiliki Roh Allah. sesuatu yang mustahil mengasihi Allah tanpa mengasihi sesama manusia. Allah tak nampak di hadapan kita, manusia yang ada di hadapan kita... Objek dari kerajaan Allah bukan hanya diri kita pribadi, namun sesama manusia. Untuk itulah kita mengasihi... untuk mewujudkan kerajaan Allah dalam hidup sesama kita..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar