Matius 5: 3-12
Apa kata dunia tentang kebahagiaan? Manusia mendefinisikan kebahagiaan sebagai suatu perasaan yang membawa perasaan gembira, tenang, bebas dari segala hal yang menyusahkan, beruntung, dan jauh dari mala petaka. Wahhh....siapa yang tidak mau hidup seperti itu??? Menyenangkan sekali bukan??? Namun... mana ada kehidupan di dunia yang seperti itu? Itu hanya ada di negeri dongeng, pun ada bagi kita, yaitu hidup setelah kematian (pun...sekali lagi...kalo pulangnya ke sorga dan bukan ke neraka )
Tapi...kalo dipikir2 mana ada sih manusia yang tidak mau merasa bahagia? Manusia akan selalu mencari kebahagiaan... bahkan kebahagiaan menjadi tujuan utama hidup manusia dan bukan yang lain. Kebahagiaan menjadi alasan manusia belajar, bekerja, berkarya, dan melakukan segala sesuatu dalam hidup mereka. Oleh karenanya kebahagiaan adalah sesuatu yang langka dan mahal adanya.
Pun banyak manusia yang sudah belajar, bekerja, berkarya dan melakukan banyak hal untuk meraih kebahagiaan, tetap tidak menemukannya. Hasilnya? Banyak manusia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kebahagiaan itu. Cara cepat, cara curang....mencuri, hingga menghilangkan nyawa orang lain...apapun itu yang penting dapat memperoleh kebahagiaan yang diidamkan.
Apa dampak pencarian kebahagiaan macam itu? Banyak oraang berbahagia di atas penderitaan orang lain. Kebahagiaan kita mendatangkan kekecewaan, petaka, musibah dan kerugian bagi banyak pihak. Anehnya...makin banyak manusia yang merasa kebahagiaan macam itu mendatangkan lebih banyak kenikmatan, daripada kebahagiaan yang diperoleh dari kerja keras dan kejujuran.
Yahhh...memang bila kita menggunakan definisi manusia, maka kebahagiaan itu tidak akan pernah kita dapatkan... lalu bagaimana kebahagiaan yang sesungguhnya dapat kita peroleh, bukan yang sementara dan yang semu? Yesus memberikan resep kebahagiaan milikNya...yang banyak orang melihatnya sebagai suatu keanehan, namun inilah sejatinya kebahagiaan yang diimpikan oleh banyak manusia:
1. Miskin di hadapan Allah. Tentunya miskin disini bukan berarti miskin harta, hormat ataupun kuasa. Lalu apa artinya? Artinya...adalah orang yang merasa tidak berarti tanpa Allah di sisinya, yang sadar akan kebutuhan akan Allah dalam hidup mereka, yang senantiasa haus dan lapar akan Allah. merekalah yang empunya kerajaan sorga, bukan karena mereka yang paling tahu siapa Allah, yang paling kaya akan pengetahuan tentang Allah, namun karena mereka adalah orang-orang yang mencari Allah bukan karena alasan memperkaya, memperlengkapi, menjadikan diri berkuasa, namun...karena mereka tahu bahwa tanpa Allah mereka hanyalah debu.
2. Berdukacita. siapa yang mau berduka? Siapa yang mau ditinggal oleh kekasih...orang yang kita kasihi dan mengasihi kita? Tidak ada bukan? Namun tanpa merasa dukacita, kehilangan, kita tidak akan pernah merasakan penghiburan sejati yang dari Allah. Orang yang tidak pernah berduka tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya mendapatkan penghiburan. Orang yang tidak pernah berduka tidak akan tahu rasanya memperoleh pengharapan di tengah keberdukaan itu. Intinya... kita tidak akan pernah melihat karya Yesus yang luar biasa itu di dalam hidup kita yang biasa saja. Justru di tengah ketidak berdayaan, di tengah kesulitan, di tengah himpitan dan kegelapan, secercah cahaya begitu berarti...
3. lemah lembut. Tentu sebagai anak Allah kita memang diminta untuk menjadi manusia yang lemah lembut, dan bukan lemah gemulai, atau lemah mental alias mudah putus asa. Tuhan ingin kita menjadi anak-anakNya yang kuat, mampu berdiri teguh dan tekun menghadapi banyak tantangan. Tapi kelemah lembutan menjadi nilai penting yang bermakna penguasaan diri oleh Roh kudus. Kata lemah lembut menjadi lawan sifat manusia yang agresif, egois dan mementingkan diri dan kepentingan sendiri. Semakin manusia meraup segala sesuatu di hadapannya...semakin sedikit yang diperolehnya! (Ambilah segenggam kacang dengan tangganmu...dan bedakan banyak kacang yang kamu peroleh bila kamu membuka tanganmu menjadi wadah bagi kacang2 itu.)
4. Lapar dan haus akan kebenaran. Membela kebenaran di masa moderen sekarang ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Banyak pengacara ataupun mereka yang dipanggil sebagai penegak hukum, sama sekali tidak membela mereka yang benar..alih2 membela mereka yang punya uang...kuasa...popularitas...dan lain sebagainya. Makin sedikit manusia yang sungguh2 membela kebenaran dalam hidupnya. Pertanyaannya mungkin kebenaran macam apa? Apakah sekedar membedakan yang benar dan yang salah? Atau? Ya kebenaran disini, bukan kebenaran ala manusia, namun hidup dalam kebenaran milik Allah, yang artinya menjunjung tinggi integritas sebagai Anak Allah, melakukan, memikirkan, dan mengatakan apa yang bersih, yang tidak bercacat....menjaga hidup berkenan di hadapan Allah
5. murah hatinya. Bukan harga dirinya yaaa....(banyak orang yang lebih suka menjatuhkan harga dirinya, makin hari makin murah.....demi menegak sedikit kesenangan dan kenikmatan, dengan tidak menjaga kualitasnya sebagai ciptaan Allah) Kita memang diciptakan spesial, tapi kita menjadi spesial karena Allah kita spesial....oleh karena itu Allah minta kita menjadi orang yang murah hati, yaitu jadilah orang yang menjunjung tinggi dan menjaga harkat dan derajat sebagai gambar dan rupa Allah dan bukan sekedar menjaga gensi. Yaitu mereka yang bertindak atas dasar kasih Allah, pengampunan dari Allah dan rasa sayang Allah kepadanya.
6. suci hatinya. Adakah manusia yang suci? TIDAK!! Hanya Allah seorang yang suci hatinya...tidak ada manusia yang hatinya seperti Allah. Namun bukan berarti perintah ini adalah sesuatu yang sia2 belaka. Karena suci di sini bukan soal tanpa noda dan dosa, tanpa terselip keinginan untuk berbuat tidak adil, jahat kepada orang lain. Namun bagaiman kita sebagai mansia yang terbatas, memilih untuk menjaga hati kita tetap dikuasai oleh hal2 yang bersih, tulus dan jujur. Mengapa harus hati? Karena hati adalah pusat kehidupan bagi orang yahudi, yang menentukan apakah hidup kita menjadi baik atau buruk. Hati menjadi tempat mengolah, menimbang, memutuskan apa yang harus diambil dalam hidup. Hati yang bersih akan memancarkan kehidupan yang baik...tapi hati yang penih dengan dengki, amarah, iri, dan kejahatan akan membuat kehidupan tidak bercahaya...namun menjadi gelap.
7. membawa damai. Sama dengan keadilan, damai adalah sesuatu yang amat langka bagi kehidupan kita dewasa ini. Di rumah, jalan, kantor, kampus, semua orang mengobarkan rasa marah dan bukan damai. Banyak manusia berdemo dengan mengusung kata damai...namun mengakhiri demo dengan tindakan yang tidak membawa damai bagi...para pedagang (yang gerobaknya diserbu), para pengguna jalan (yang mobil dan motornya disambit batu), para pengguna jalan yang lain (yang terkena kemacetan panjang)... Damai ada bukan hanya dengan slogan, spanduk,,,atau sorakan2 mengancam...namun dengan senyuman, sentuhan, sapaan...
8. dianiaya oleh karena kebenaran. Mungkin dalam hal ini yang kita alami tidak akan seextrim yang dialami oleh para murid. Mulai dari hal yang dianggap kecil dan remeh, ketika kita mengatakan kejujuran, ketika kita memilih untuk berakhir pekan di gereja, ketika kita memilih untuk bersahabat dengan mereka yang dijauhi dunia karena beragam alasan, ketika kita memilih untuk menolong orang yang telah menyakiti dan mengkhianati kita
tentang apa ini semua???? Tentang apa yang dianggap tidak berharga bagi dunia. Karena apa yang dianggap dunia tidak berarti diubahkan oleh Allah sebagai sesuatu yang bermakna dan bernilai. Jadi bila kita ingin menjadi orang yang berbahagia...jadilah orang yang melihat makna bukan hanya wujud....jadilah orang yang melihat nilai dan bukan hanya untung....jadilah orang yang menggunakan cara pandang Allah dan bukan cara pandang dunia....maka dapat dipastikan anda akan emnajdi orang yang paling berbahagia dalam hidup. Karena hidup yang Allah ciptakan bagi saya dan saudara adalah hidup yang indah adanya!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar